part 18

3.1K 286 0
                                    

"Turunkan aku!"
Haechan masih terus berusaha lepas dari gendongan Jaemin. Jaemin melempar tubuh ramping itu keranjang miliknya dengan kasar.

"Apa yang kau lakukan!? Aku sudah bilang kalau aku membenci mu!"
Teriak Haechan dengan tidak karuan. Jaemin yang mendengar hal itu langsung mengeraskan rahangnya. Ia mendekati Haechan lalu mencengkram rahang anak manis itu dengan sedikit kuat.

"Kau melupakan semua hal yang sudah ku lakukan untuk mu?"

Suara Jaemin terdengar sangat menyeramkan untuk di dengar.

Haechan berusaha melepas cengkraman itu namun sangat sulit untuknya.

"Aku tidak ingin mengatakan hal ini. Tapi kau terus memaksa ku melakukannya"
Jaemin semakin mencengkram dagu tirus itu dengan cukup kuat.

"Jika bukan karena ku, kau dan ayah mu sudah mati sekarang!"

Haechan membulatkan kedua matanya. Perkataan Jaemin barusan berhasil membuat sesuatu di hatinya terasa terkejut karena di timpa kenyataan.

Kedua mata Haechan mulai berair membuat Jaemin memilih melepaskan cengkramannya.

Haechan terbatuk dan berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Jaemin menatap wajah memerah itu dengan sedikit kesal. Dan kembali membuat jarak diantara mereka.

Haechan yang sudah kembali tenang mulai berkutat dengan pikirannya sendiri.

Apa yang di katakan Jaemin benar, jika bukan pria itu dan Jeno. Mungkin ia tidak akan bisa melihat sang ayah atau dunia ini lagi.

Kedua mata bulat yang terkesan indah itu mulai melirik kearah Jaemin yang sudah tidak menoleh kearahnya. Rahangnya terkesan tegas dan seperti tengah menahan amarah yang begitu memuncak di dadanya saat ini.

Haechan menelan ludahnya dengan kasar. Lalu berdehem pelan.

"Maaf.."
Ucapnya dengan lirih. Jaemin yang mendengar suara Haechan segera menoleh kearahnya.

"Maafkan aku.."
Ucapnya sekali lagi. Jaemin tidak bereaksi sama sekali. Namun tatapannya masih tertuju kearah Haechan.

Haechan yang merasa tidak mendapat respon dari Jaemin mulai mendongak untuk melihat wajah tampan itu.

Kedua mata itu bertemu, Haechan merasa sangat gugup sekarang. Lidahnya tiba-tiba saja terasa keluh dan tidak bisa mengucapkan satu kata pun.

Keheningan itu kembali melanda mereka hingga satu ketukan pintu di kamar itu membuat atensi keduanya teralihkan.

"Maaf boss menganggu mu, tapi ada seseorang yang menunggu mu di bawah"
Suara dari Shotaro itu berhasil membuat Jaemin tertuju penuh kearah pintu kamarnya.

"Aku akan turun"
Ucapnya. Dan setelahnya ia kembali menoleh kearah Haechan.

"Istirahatlah!"
Ucapnya penuh dengan perintah. Haechan yang mendengar hal itu langsung mengangguk patuh.


















































Jaemin memutuskan untuk langsung turun ke bawah setelah melihat Haechan tertidur.

"Kenapa kau ada di sini?"
Terdengar suara Jaemin yang sudah berada di lantai bawah, membuat semua yang ada di sana menatap kearahnya.

"Aku ingin menagih janji mu"
Seorang pria bernama lengkap Lee Jeno itu tengah duduk dengan santai di ruang tamunya.

"Kau baru saja mengalami hal buruk. Apa kau tidak ingin mengawasi anggota mu?"

"Aku tidak perlu melakukan hal itu"
Ucap Jeno yang berhasil membuat Jaemin tersenyum tipis.

Ia ikut mendudukkan dirinya di sofa yang berhadapan dengan Jeno.

"Aku tidak akan melupakan janji ku"
Ucap Jaemin yang kini menatap Jeno dengan serius.

"Aku akan mencarinya dan membawanya hidup-hidup untuk mu"
Lanjutnya yang berhasil membuat Jeno tersenyum puas.

"Aku tidak tau ikatan apa yang ada di antara kita berdua selain kau yang merupakan adik sepupu ku. Tapi terimakasih karena kau sudah membantu ku"
Ucap Jeno yang berhasil membuat seluruh manusia yang ada di sana terlihat kaget kecuali Jaemin. Mereka tidak menyangka jika Jeno, seorang ketua mafia yang terkenal itu akan berterimakasih kepada orang lain.

Jaemin mengangguk lalu tersenyum tipis.

"Kau sangat mencintainya?"
Tanya Jaemin. Jeno terdiam sesaat lalu kembali menatap kearah Jaemin.

"Kau tau jawabannya"

Jaemin kembali mengangguk

"Baiklah, aku akan pergi"
Jeno hendak beranjak dari duduknya.

"Anggota ku akan menemani mu pulang"
Saut Jaemin yang berhasil membuat Jeno terduduk kembali.

Jeno tersenyum lalu menggeleng pelan.
"Aku tidak akan mati jika jalan sendirian tanpa pengawal"
Ucapnya. Jaemin tidak menjawab namun wajahnya menunjukkan ekspresi khawatirnya, walau tidak terlihat jelas.

"Jaga dirimu dan anak itu baik-baik. Aku tidak tau kedepannya akan seperti apa? Tapi jika bisa memilih, aku harap aku tidak akan bertemu dengan mu lagi sebagai seorang musuh"
Setelah mengatakan hal itu Jeno segera beranjak dari duduknya.

"Hyung!"

Panggil Jaemin sekali lagi yang berhasil membuat Jeno menghentikan langkahnya.

"Terimakasih"
Ucap Jaemin dengan tulus. Jeno yang masih terdiam dan tidak ingin berbalik hanya tersenyum tipis tanpa berniat mengatakan apapun. Dan setelahnya ia benar-benar pergi dari mansion mewah milik kelompok yakuza itu.

Jaemin melihat punggung Jeno yang mulai menjauh dengan tatapan datarnya. Jaemin tidak akan pernah lupa, jika pria tampan yang terkenal sangat dingin itu adalah kakaknya, keluarganya. Ia tidak akan pernah lupa.
































KenzioNakamura

Yakuza (NaHyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang