part 15

1.5K 104 0
                                    

Kelompok yakuza yang dipimpin langsung oleh Jaemin itu segera berangkat menuju markas dari mafia yang menyandera para anggota utama mafia Alaskan. Informasi ini mereka dapat dari Yangyang yang di bantu oleh Sohee untuk menemukan lokasi mereka dari pelacak yang di bawa oleh Jaehee saat ia di tangkap.

Jeno juga ikut dalam misi ini untuk menyelamatkan para rekannya. Ia tidak akan mengampuni siapapun yang berani melukai anggotanya.

Perjalanan yang mereka tempuh cukup jauh. Namun itu bukan masalah untuk mereka karena mereka sudah pernah melewati rute jalan yang lebih jauh dari ini sebelumnya.

Pukul sepuluh malam akhirnya mereka sampai pada tujuan mereka. Malam ini mereka akan melakukan penyerangan dengan menyeluruh untuk mendapatkan anggota mafia Alaskan dan juga ayah dari Haechan. Sedangkan Haechan menunggu mereka bersama dengan Wonbin dan Chenle di mansion milik kelompok yakuza.

"Kita bagi menjadi dua tim"
Ucap Jaemin menatap kearah semua rekannya kecuali Jeno yang tidak mendengarkannya sama sekali.

"Aku, Jeno hyung, dan tiga sniper akan pergi bersama. Dan sisanya menjadi satu tim. Kalian mengerti!?"

"Mengerti!"

"Baiklah. Kita berpencar!"

Setelah memberikan intruksi dan pengarahan kepada para anggotanya. Mereka langsung pergi mencari titik keberadaan para tawanan di sekap.

Jeno dan Jaemin bekerja sama untuk masuk ke dalam ruangan itu dengan di bantu oleh ketiga sniper terbaik yang di miliki oleh kelompok yakuza itu.

Cukup lama mereka mencari, akhirnya satu ruangan yang mereka pastikan merupakan ruangan yang mereka cari dapat mereka temukan berkat bantuan Yangyang dan Sohee. Kedua si manis keturunan cina dan korea itu berhasil membobol sistem keamanan yang di buat di sana.

Jeno segera masuk ke dalam menyisakan Jaemin di luar untuk berjaga-berjaga. Tidak beberapa lama dalam keheningan. Suara tembakan terdengar dari ruangan lain. Jaemin ingin masuk ke dalam dan mencari Jeno untuk memperingatinya. Namun belum sempat ia melakukannya, ia mendapat kabar buruk dari Sohee.

"Boss, Riku dan Sion tertembak!"

Jaemin mengepalkan kedua tangannya. Segera ia berlari kearah titik koordinat yang Sohee berikan untuk menemui para anggotanya. Sampai ia melupakan keberadaan Jeno yang sedang dalam bahaya saat ini.

Jeno berhasil menemukan para anggotanya yang terlihat tidak berdaya dengan beberapa luka di tubuh mereka. Rasanya ia ingin menghajar siapapun sekarang ini. Apa yang telah mereka lakukan pada para anggota mafia kesayangannya?

Jeno ingin segera melepaskan mereka. Namun suara tembakan dari balik tubuhnya membuat kegiatannya terhenti.

Jeno membalik tubuhnya dengan tatapan tajamnya yang sungguh sangat menakutkan.

"Kalian!"

"Hai Jeno..!"
Terlihat Bangchan berdiri di depan Jeno dengan senjata di tangannya.

"Kau! Aku tidak akan mengampuni kalian!"
Ucap Jeno dengan tatapan tajamnya.

"Ooh, dan kau pikir kami akan takut? Itu tidak mungkin"
Bangchan menatap kearah Jeno dengan menantang.

Di lain sisi Jaemin berhasil mengambil kembali tubuh Riku yang sudah terluka dengan Sion. Meskipun sedang terluka namun pria itu masih bisa menggendong tubuh ramping kekasihnya itu.

"Aku harus segera kembali!"
Jaemin ingin segera kembali menemui Jeno yang masih ada di dalam ruangan itu.

"Jangan lakukan itu!"
Suara Sohee memenuhi gendang telinganya. Jaemin mengeryitkan keningnya dengan bingung.

"Sebaiknya kalian kembali ke markas sekarang! Ini terlalu berbahaya, boss!"
Ucapnya yang terlihat panik di seberang sana.

"Aku tidak mungkin meninggalkannya di sini sendirian"

"Boss! Mafia yang kalian hadapi saat ini terlalu berbahaya!"

Jaemin mengepalkan tangannya dengan penuh amarah. Ia tidak bisa bertindak sekarang. Musuh yang ia hadapi lebih kuat dari dirinya.

Jaemin merasa sangat enggan untuk pergi. Apalagi harus meninggalkan Jeno sendirian di dalam sana. Tapi percuma, ia juga tidak akan bisa melawan mereka. Jika ia terus memaksa, maka anggotanya yang akan menjadi korbannya.

Para yakuza itu memutuskan untuk pergi meninggalkan daerah itu. Meninggalkan Jeno yang kini tengah berhadapan dengan salah satu kelompok mafia berbahaya yang masih aktif sampai sekarang.

"Meminta bantuan senior? Cih! Apa kalian tidak punya malu!?"
Jeno memandang rendah Bangchan yang ada di depannya.

"Kenapa harus malu, jika hal itu bisa membuatmu tidak berdaya sekarang"
Ucapnya dengan santai.

Yejin juga berada di sana. Pemimpin dari mafia Weasel itulah yang meminta bantuan dari seniornya yang berada di kolombia.

"Kami hanya menginginkan anak itu! Kenapa sangat sulit untuk kau memberikannya!?"
Ucap Yejin menatap kedua mata Jeno. Jeno enggan untuk menjawab, ia bahkan tidak sudi melihat wajah Yejin saat ini.

"Dasar tidak sopan!"
Ucapnya dengan sedikit kesal.

"Tenang saja, kita memang tidak memiliki anak itu. Tapi kita memiliki ayahnya. Tugas kita adalah untuk membunuhnya bukan?"
Ucap Bangchan berusaha menenangkan Yejin. Wanita itu mengangguk pelan.

"Lalu apa yang harus kita lakukan padanya?"
Tanya Yejin sekali lagi.

"Apa lagi!? Ini kesempatan kita untuk menghabisi seluruh anggota mafia alaskan. Bukankah mereka sangat kuat? Kita lihat apa yang akan di katakan dunia jika kita berhasil melumpuhkan mereka"
Ucap Bangchan dengan tatapan remehnya yang ia tunjukkan pada Jeno yang tengah menahan amarahnya sekarang. Ia memang tidak bisa melakukan apapun sekarang. Tapi ia tidak pernah takut pada siapapun. Tidak akan pernah.

"Tidak sia-sia aku meminta tolong pada mereka"













































Sedangkan di area lain terlihat enam manusia yang tengah duduk di sofa yang terletak di salah satu ruangan yang ada di situ.

"Apa tidak akan menjadi masalah jika kita membantu mereka?"
Tanya wanita yang bernama Jolie itu. Pria yang berada di sebelahnya yang merupakan sang kekasih hanya bergedik acuh. Namanya adalah Yadon.

"Memangnya kenapa? Bukankah kita juga pernah membantu mereka?"
Seorang pria yang bernama Haben itu menyahut.

"Tapi lawan yang kita hadapi ini sangat berbahaya"
Ucap Jolie yang mulai panik, yang lainnya hanya terdiam.

"Mereka memiliki koneksi di mana-mana"
Lanjut yang bernama Jinan.

"Terutama anak itu. Lee Jeno, kau tau siapa dia dan kau tau dari keluarga mana dia berasal. Ini terlalu berbahaya untuk kita"
Jolie ikut menyambung. Max yang duduk di sebelah kekasihnya yaitu Jinan hanya bisa terdiam sambil menunduk. Sedangkan Nigan berusaha berpikir keras.

"Aku tidak bisa membiarkan adik ku terluka"
Ucap Max tiba-tiba. Adik yang ia maksud adalah Yejin, ia sudah menganggap anak itu sebagai adik kandungnya.

"Tapi kau tau dia yang memulai peperangan ini"
Sambung Jinan.

"Tapi aku tidak bisa meninggalkannya!"
Ucap Max yang meninggikan suaranya hingga membuat Jinan sedikit terkejut.

Seluruh anggota yang ada di sana terlihat terdiam dan enggan bicara. Hingga suara dari salah satu anggota kepercayaan mereka terdengar.

"Kau adalah pemimpin kami, kami akan melakukan apapun yang kau perintahkan!"
Ucapnya yang tidak lain adalah Nigan. Max menghela nafas lalu mengangguk pelan.

Ia yang memulai semua ini, dan ia juga yang harus mengakhirinya atau mempertahankannya.



























































KevanoAlvyn

Yakuza (NaHyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang