part 10

5.2K 419 0
                                    

Cahaya matahari mulai menyinari ruangan itu. Kedua mata tajam milik sang pemilik kamar mulai terbuka dengan perlahan. Dan saat ia membuka kedua matanya yang ia dapati adalah Haechan yang terdiam di sudut ranjang sambil memeluk lututnya.

Jaemin beranjak dari tidurnya dan tidak menghiraukan Haechan. Ia memilih untuk langsung mandi dan berolahraga setelahnya.

Setelah kepergian Jaemin dari kamar miliknya. Haechan memutuskan untuk mencari sesuatu yang dapat membuatnya bisa menghubungi ayahnya.

Ia merasa jika nyawanya akan terancam sekarang. Semua perkataan Jaemin semalam menurutnya hanyalah sebuah omong kosong. Pria itu tidak mungkin melepaskannya begitu saja.

Haechan terus mencari kesana kemari. Berusaha menemukan telepon atau alat komunikasi lainnya. Tapi ia tidak menemukannya sama sekali.

Ia menghentikan kegiatannya mengobrak abrik isi lemari Jaemin, lalu menoleh kearah pintu kamarnya.

"Apa aku harus keluar dan meminta tolong?"
Tanyanya entah pada siapa.

"Mereka tidak mungkin mau menolong ku"
Jawabnya selanjutnya.

Kaki Haechan rasanya sangat lemas sekarang. Ia tidak tau harus melakukan apa? Hidupnya penuh dengan ancaman saat ia tau siapa Jaemin sebenarnya.

Haechan meringkuk di ujung sudut kamar mewah itu. Menutupi wajahnya dengan lengan miliknya. Tangisan mulai terdengar mengisi ruangan itu.

Setelah setengah jam terus saja menangis. Pintu kamar itu terbuka dengan perlahan. Seorang pria tampan yang sudah di tebak adalah si pemilik kamar masuk ke dalam kamar itu dengan tubuh penuh keringatnya.

Ia melirik kearah Haechan yang masih terus saja menunduk di sudut ruangan.

"Apa yang kau lakukan?"
Tanyanya yang sudah berdiri di depan Haechan.

"Tinggalkan aku sendiri.."
Lirih Haechan yang masih saja menangis dengan suara pelan. Jaemin terkesan tidak peduli dan segera mengambil pakaian gantinya untuk ia pakai setelah mandi.

Haechan masih di tempatnya, dalam posisi yang sama bahkan sampai Jaemin selesai mandi.

Jaemin yang melihat tingkah Haechan, membuat ia mengeraskan rahangnya karena terlanjur marah pada bocah 18 tahun itu.

"Berdiri!"
Perintah Jaemin dengan suara beratnya. Haechan tidak menjawab ataupun mendongak.

"Kau tidak mendengarku!?"
Sekali lagi Jaemin bertanya dengan suara mengintimidasinya. Namun Haechan tidak peduli.

"Lee Haechan!"

"Jangan memanggil nama ku!"

Haechan tiba-tiba saja berteriak. Wajah merah yang penuh dengan air mata itu menatap tajam kearah Jaemin. Matanya terlihat sembab dan sedikit bengkak. Keringat memenuhi tubuhnya. Membuat Jaemin yang menatap kearahnya langsung meluluhkan pandangannya.

"Jangan pernah memanggil nama ku! Kau tidak memiliki hak!"
Teriak Haechan dengan sangat keras. Jaemin memandangnya tanpa ekspresi.

"Aku tau siapa kau!? Aku tau apa yang kau inginkan dari ku! Jika kau ingin membunuh ku sekarang maka lakukan saja! Aku sudah lelah!"
Haechan kembali berteriak meluapkan semua hal yang sudah ia pendam sedari tadi. Rasanya sudah tidak ada lagi yang bisa ia lakukan. Ia sudah berusaha untuk mempertahankan hidupnya namun percuma. Jaemin akan tetap membunuhnya nanti. Jadi untuk apa ia harus bertahan? Dan untuk apa ia harus takut sekarang?

Jaemin mengepalkan kedua tangannya saat mendengar perkataan Haechan tadi. Meskipun terlihat marah namun ia tidak menampilkan ekspresi apapun.

"Aku tidak akan membunuh mu!"
Ucap Jaemin dengan tegas.

"Aku tidak mempercayai mu!"
Haechan langsung menjawab dengan kembali berteriak. Ia masih terus saja menangis.

"Kau orang yang berniat membunuh ayah ku waktu itu. Dan sekarang kau menculik ku untuk membunuh ku, kan?"

Haechan menatap kedua mata Jaemin dengan sangat dalam. Rasanya hati Jaemin sangat sakit saat melihat mata yang bergitu indah itu memerah dan terlihat ketakutan.

"Aku tidak apa jika kau ingin melakukan hal itu pada ku, tapi ku mohon jangan sakiti ayah ku. Jangan ganggu dia, aku tidak apa jika harus menggantikan dirinya. Aku tidak masalah untuk itu"
Wajah Haechan terlihat memohon. Ia bahkan hampir saja bersujud di depan Jaemin jika pria itu tidak menahan tubuhnya.

"Aku tidak akan menyakiti mu, aku berjanji"
Suara berat Jaemin yang begitu menenangkan hati, membuat perasaan Haechan menenang untuk sesaat karena ia tau jika Jaemin hanya sedang berbohong kepadanya saat ini.

Jaemin menggendong tubuh Haechan lalu membawanya masuk ke dalam kamar mandi miliknya.

Setelah beberapa menit memandikan serta membersihkan tubuh Haechan yang sudah lemas itu. Jaemin segera memakaikan Haechan pakaian. Hanya kemeja putih kebesaran miliknya dan celana yang sangat pendek untuk bagian bawahnya.

"Aku akan membawakan mu makanan"
Bisik Jaemin di telinga Haechan. Si manis itu masih saja diam sambil menatap lurus kearah depan. Enggan menjawab atau berkata apapun.

Setelah beberapa menit. Para pelayan membawa makanan ke dalam kamar itu. Jaemin mengirim Chenle untuk menjaga dan memeriksa keadaan Haechan. Sedangkan pria itu harus melakukan sesuatu hal di luar sana.





























VannoWilliams

Yakuza (NaHyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang