THREE STORIES : 20

6.3K 131 0
                                    

⚠️THERE ARE ADULT SCENE⚠️1821+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️THERE ARE ADULT SCENE⚠️
1821+

Malam ini hujan turun dengan deras mengguyur kota bandung, Viola tidak bisa tidur karena sebenarnya dia sedikit takut dengan suara petir yang bersahutan.

Viola menaikkan selimutnya, dingin sekali. Viola berusaha memejamkan matanya agar cepat terlelap, tapi tetap tidak bisa tiba tiba saja listrik Apartment padam membuat kamar Viola di kuasai gelap gulita. Viola memekik terkejut karena bersama dengan listrik padam ada petir yang berbunyi keras.

Dada Viola naik turun, dia meraih ponselnya, dan menghidupkannya, pukul sepuluh malam, Viola sangat takut. Gelap dan badai di luar,hanya ada dia di Apartmen ini. Mengabaikan gengsinya, Viola menelpon Arnesh.

10:15 WITA

"Hmm, ngpain nelpon gue?"

"Gue takut, disini lampu nya mati, lo nggak bisa kesini sampe lampu nya nyala hah?"

"Kesana? kesempatan jangan dilewatkan"guman nya.

"Oke tunggu gue otewe nih"

"Iya udah cepetan jangan lama lama."

"Iya bawell"

Arnesh kini sudah berada di apartment Viola dan langsung masuk karna dia sudah mengetahui password Viola, Viola pun begitu

"Viola, buka pintunya" Arnesh mengentuk pintu kamar Viola pelan, tapi Viola tidak juga keluar dan membukakan pintunya.

Arnesh akhirnya mengetuknya dengan keras "VIOLA BUKA PINTUNYA"

Taklama kemudia pintu kamar Viola "Lampunya mati gue takut" cicit Viola.

Arnesh menghela nafas, "Tunggu disini, gue ambil lilin di dapur"

"Gue ikut" Viola memegangi ujung baju Arnesh dari belakang dan mengikuti pria itu berjalan didepannya, tiba tiba saja ada petir yang menyambar dan suaranya sangat keras. Viola refleks memeluk Arnesh dari belakang.

"Gue ngga bisa jalan, kalo lo memeluk gue" kata Arnesh, padahal diam diam dia terkekeh dan gemas dengan kelakuan Viola.

"Ngga ngga, lo lanjut aja jalan lo"

Arnesh berjalan dengan Viola yang memeluknya erat dari belakang, menuju dapur dengan susah payah, Viola menempel seperti lem.

Sekarang mereka berada di kamar Viola, yang cukup terang karena Arnesh menyalan banyak lilin agar tidak gelap, dan sepanci Mie kuah yang sempat Viola buat saat didapur tadi. Mereka makan Mie kuah di tengah malam gelap seperti ini, Viola mengunyah dengan semangat, Mie kua membuat badannya cukup hangat.

THREE STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang