DARI SEKIAN BANYAK MANUSIA, KENAPA KAMU?

2.8K 308 18
                                    

Clarissa menaruh beberapa belanjaan yang ia bawa ke rumah Aditya minggu siang ini. Niatnya bertemu Aditya ternyata gagal, sehingga ia hanya bisa menemui ibunya.

"Kemarin padahal sudah keliatan cerah. Tapi tadi malam mulai lagi deh galaunya. Ga ngerti deh Ibu sama Adit," ucap Bu Rahma sambil membuatkan minum untuk Clarissa.

"Emang Adit sekarang dimana Bu?" tanya Clarissa.

Bu Rahma menghela napas panjang sambil membawakan nampan tadi ke hadapan Clarissa. "Ga tahu, dia pergi ga bilang-bilang. Tapi tenang aja, palingan dia nemuin si Heru. Bukan cewek," jawab Rahma yang hanya dibalas senyum tipis dari Clarissa. Pasalnya, Clarissa juga tak yakin karena keberadaan Ivana yang belakangan ini memenuhi hari-hari Aditya kembali.

"Dan lo mau biarin Ivana pergi lagi dari hari-hari lo yang kelam ini?" tanya Heru mengomentari sahabatnya yang terlihat uring-uringan sejak satu jam yang lalu mereka sampai di Windflower Cafe. Kali ini Aditya tak menyahut. Ia hanya diam sambil menyenderkan kepalanya di atas meja dan memutar ponselnya sendiri di sebelah kepalanya.

"Dit! Hoy! Jangan kaya anak perawan abis putus cinta gini deh, jijik gue liatnya," sentak Heru sambil mencoba mengangkat Aditya agar duduk tegap. Namun walaupun sudah duduk dengan tegap, ekspresi Aditya masih tak berubah. Ia masih terlihat seperti mayat hidup. Pikirannya benar-benar kacau karena Ivana yang datang kembali dalam hidupnya. Ia sendiri tak yakin perasaan apa yang membuatnya sebingung ini.

Sekali lagi, Aditya melengguh pelan sambil menyenderkan punggungnya ke senderan kursi.

"Gue denger kemaren lo minjem mobil Andi? Kok bisa? Buat apa?" tanya Heru mengalihkan topik mereka dari kegalauan Aditya. Namun nyatanya, Heru kembali mengingatkan Aditya akan kejadian kemarin bersama Ivana.

"Buat nemenin Ivana ke nikahan mantannya," jawab Aditya singkat. Kali ini ia memainkan kunci motornya di atas meja dengan pandangan kosong. Mendengar jawaban dari Aditya, tentu saja Heru semakin merasa prihatin pada sahabatnya ini.

"Jadi sebenernya lo itu suka atau engga sih sama Ivana?" tanya Heru gemas.

"Gue suka sama dia," jawab Aditya pelan.

"Terus? Kenapa lo malah begini? Perjuangin lah!"

"Dia perempuan baik-baik, Her," ucap Aditya menundukkan kepalanya. Sementara Heru malah mengerutkan keningnya heran menatap Aditya yang rasanya mulai bersikap aneh.

"Ya bagus kalau gitu. Kenapa?"

Aditya menahan napasnya, kemudian ia melirik ke arah Heru dengan kesal. Dan akhirnya Aditya tak mau repot-repot menjelaskan maksudnya pada Heru karena orang ini tak mungkin mengerti maksudnya.

"Intinya, Dit. Lo kan udah semangat lagi nih gara-gara Ivana. Ya lo deketin aja terus. Inget ya, Dit. Sekarang, lo harus bisa bebasin diri lo untuk milih cewek mana yang akan ngisi hati lo," nasihat Heru sambil beranjak dari tempat duduknya sambil membawa sebungkus kotak rokok berwarna putih, pergi dari meja mereka menuju area bebas rokok. Sementara Aditya hanya diam sambil terus memainkan kunci motornya. Ia melirik ponselnya dan membuka aplikasi WhatsApp miliknya.

Tepat sebelum Aditya kembali mematikan layar ponselnya, ia mendapat panggilan telepon dari Clarissa.

"Dit, ada waktu ga? Bantuin gue ngerjain tugas dari kantor dong. Ada beberapa hal yang ga gue ngerti nih," ucap Clarissa begitu Aditya mengangkat teleponnya.

Sebenarnya, Aditya sedang tidak ada di dalam kondisi baik untuk membantu orang lain termasuk Clarissa. Namun, untuk apa juga dirinya hanya diam di sini dengan pikiran yang kacau.

"Chat aja tempatnya dimana."

"Oke... See you!"

Aditya tak menyahut lagi. Ia hanya menaruh ponselnya di atas meja kemudian memakai kembali jaketnya.

KOMITMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang