NEGOSIASI

3K 301 7
                                    

Andini melirik jam tangannya lagi untuk ketiga kalinya. Setidaknya sudah hampir 2 jam ia menunggu di lobby kantor untuk bertemu dengan Aditya. Namun hingga detik ini pun Aditya tak terlihat menampakkan diri.

Dan untuk kesekian kalinya juga, ponsel Andini berbunyi. Kali ini panggilan dari Rifki, dan ia tak mungkin mengabaikannya.

"Kamu dimana? Inah bilang kamu belum sampe rumah?"

"Aku lagi ketemuan sama temen lama. Dia baru balik ke Indonesia," jawab Andini pelan.

"Bohong lagi kamu?! Ngapain kamu di kantor aku sekarang? Jelas-jelas kamu tahu seharian ini aku akan meeting diluar," omel Rifki sedikit membentak hingga Andini kembali memejamkan matanya sambil menundukkan kepalanya gelisah.

"Aku bilang, aku mau ketemu temen lama aku disini. Kita janjian disini-"

"Pulang. Sekarang. Kalau aku tahu kamu masih di sana, aku akan paksa Irham seret kamu pulang."

"Aku cuma mau-"

"Aku masih meeting. Jangan telepon lagi. Dan cepet pulang," sergah Rifki kemudian memutuskan sambungan teleponnya.

Andini menghela napas berat kemudian melangkahkan kakinya keluar dari kantor tersebut. Namun entah memang keberuntungannya atau tidak, tapi ia melihat akhirnya Aditya sampai di kantor ini dengan motornya.

Dengan tak sabar, akhirnya Andini berusaha menghampiri Aditya yang beru saja melepas helm-nya.

"Adit!"

Andini berhenti melangkah ketika mendengar suara perempuan lain yang lebih dulu memanggil Aditya ke parkiran. Tentu saja Aditya segera menoleh ke arah suara, terlihat sangat jelas senyum Aditya yang baru kali ini Andini lihat. Senyum cerah yang membuatnya tertegun untuk beberapa saat.

Perhatian kemudian teralihkan pada seorang gadis yang berjalan cepat menghampiri Aditya dengan senyum yang tak kalah lebarnya kemudian tanpa segan memeluk Aditya dengan ceria.

"Kamu kok ke sini?" tanya Aditya sambil merapikan rambut Ivana yang tertiup angin sore.

"Aku udah diizinin cuti. Sebenernya mulai besok sih, tapi karena kerjaan aku juga udah beres jadi aku langsung pergi."

"Terus kenapa ga nunggu di sana aja biar aku jemput. Aku masih harus ngasih beberapa laporan dulu baru bisa pulang," jawab Aditya sambil melepaskan jaketnya.

"Nungguin sama siapa disana juga? Anya lagi nge-date sama Fadil masa aku recokin? Dinda juga kan udah cuti hamil," jawab Ivana sambil menguncir rambutnya karena terus terkena angin hingga berantakan.

"Terus kamu mau disini?"

"Ya udah, ga apa-apa sekalian aku liat-liat kantor kamu," jawab Ivana tersenyum antusias.

"Ngapain? Secara teknis aku kan udah resign, jadi bentar lagi ini bukan kantor aku lagi," bisik Aditya.

"Oh, iya. Siap, Pak Manager," bisik Ivana dengan nada meledek.

Aditya tertawa kemudian menggandeng Ivana untuk masuk ke gedung kantor sehingga Andini harus segera menyingkir dan membalikkan badannya agar mereka tak melihat keberadaannya.

"Di sebelah sana ada kantin, kamu bisa tunggu di sana sambil ngemil. Ga lama kok, oke?" ucap Aditya sambil menunjukkan sebuah coffeeshop kepada Ivana. Kemudian Ivana pun menganggukkan kepalanya mengerti.

"Inget ya, ngemil. Jangan makan banyak-banyak. Kita makan di luar," lanjut Aditya memperingati, ditegaskan seperti itu, tentu saja Ivana tertawa geli.

"Ya udah sana..."

KOMITMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang