"Bentar, ya. Gue ngerokok dulu di luar," ucap Reva sambil menepuk bahu Arya, mengajak partner kerjanya itu untuk ikut dengannya.
Terlalu larut dengan alunan musik pop di cafe ini, Anya dengan cepat menyetujui dan kembali mengobrol dengan Dinda sambil menikmati suasana cafe yang semakin ramai ketika malam hari. Sementara di meja sebelah, para lelaki juga sedang asik mengobrol kecuali Clarissa yang sesekali melirik ke arah meja Ivana.
Clarissa sadar pasti Aditya sedang menghampiri Ivana. Tapi yang ia yakin, Aditya tidak akan melakukan hal-hal yang mungkin akan dilakukan pria dewasa bersama gadis lugu seperti Ivana. Karena kenyataannya, Aditya dan Ivana memang hanya diam di balkon cafe, menikmati angin malam yang tak begitu Ivana sukai sebenarnya.
"Kenapa ngikutin aku ke sini? Kamu pasti ditungguin temen-temen kamu di sana," ucap Ivana akhirnya membuka suara.
Saat itu, Aditya hanya melirik ke arah mejanya kemudian menghela napas panjang. "Mereka bahkan ga sadar kalau aku pergi. Jadi ga masalah kalau aku di sini," sahut Aditya dengan tenang.
Ivana menahan napasnya kemudian menaruh perhatiannya lagi ke depan. Ada yang ingin ia pastikan sebenarnya, tapi entah bagaimana harus mengatakannya. Hal itu jelas membuat Ivana jauh lebih gelisah dari biasanya. Dan Aditya menyadari itu sejak kedatangannya tadi.
"Kalau kamu disini, cewek kamu pasti digodain lagi sama mereka," tukas Ivana akhirnya bisa mengatakannya walaupun sebenarnya bukan itu yang ia ingin katakan.
"Cewek aku? Maksud kamu, Clarissa?" tanya Aditya sontak membuat Ivana semakin merasa tak nyaman. Akhirnya Ivana membuang wajahnya ke arah lain. Ia malu mengakui kalau ia cemburu. Dan apa haknya untuk itu?
"Dia bukan cewek aku. Yang tadi itu cuma becandaan garing temen-temen aku karena ga ada obrolan lain," jawab Aditya tertawa.
Sementara Ivana menggigit bibirnya sambil memeluk dirinya sendiri dengan gugup. Ia berdehem pelan beberapa kali kemudian menoleh kembali pada Aditya.
"Aku ga ngomong gitu buat minta penjelasan kok," ucap Ivana berusaha tertawa.
"Tapi kamu salah paham," jawab Aditya sambil melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap lurus ke arah Ivana.
"Buat apa aku salah paham?" tanya Ivana tertawa pelan walaupun dirinya semakin gugup. Ia tak ingin ketahuan lagi kalau ia memang butuh penjelasan pada awalnya. Kenapa juga Aditya terlalu bisa menebaknya?
"Ga tahu. Aku cuma ga mau kamu salah paham," jawab Aditya sambil memutar tubuhnya kembali menyenderkan kedua tangannya di dinding pembatas balkon cafe.
Ivana baru akan menyahut lagi, sebelum ia mendapati Dinda terlihat sedang mencarinya bahkan hingga menanyai Reva dan Arya yang baru masuk kembali ke cafe. Ia tahu kalau tak seharusnya, ia terlihat bersama Aditya atau kedua temannya itu akan heboh menanyainya soal laki-laki yang bersamanya saat ini.
"Iva," panggil Dinda yang akhirnya melihat Ivana yang barus aja akan menuruni tangga.
Bukan hanya Ivana yang menoleh, tapi Aditya pun yang masih berdiri tak jauh dari mereka, ikut menoleh sebentar.
"Ngapain sih lo kesini? Sama siapa?" tanya Dinda begitu menaiki tangga dan menyusul Ivana.
"Engga sama siapa-siapa. Gue sendirian. Kenapa?" sahut Ivana dengan panik. Hal itu membuat Aditya kembali berbalik dan melemparkan pandangannya ke depan. Melihat reaksi Ivana yang tak ingin orang lain mengetahui keberadaannya, sudah cukup membuat Aditya mengerti.
"Kenapa? Lo bukannya deketin si Arya. Lo ga paham maksud gue, Va? Besok kan nikahannya mantan lo yang brengsek itu. Lo ga serius mau dateng sendirian kan?" omel Dinda terlihat begitu gemas. Sementara Ivana yang tak bisa mengontrol ocehan Dinda terlihat semakin panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMITMEN
Roman d'amourSeorang jurnalis berstatus freelance yang berada di ujung tanduk setelah ditinggal nikah oleh sang mantan. Ivana Nabila yang malang, bertemu dengan salah satu mantannya saat SMA, bernama Aditya. Perpisahan tak mengenakan mereka membuat perasaan dul...