RENCANA PERKENALAN

2.1K 254 7
                                    

"Aku mau ngenalin kamu ke orang tua aku, Va."

Ivana menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur dengan kalimat Aditya yang terus berputar-putar di pikirannya.

Bagaimana bisa? Sejak kapan Aditya memikirkannya? Apa yang harus ia lakukan? Begitulah yang Ivana pikirkan.

Ia tak pernah diajak menemui orang tua pacarnya. Jika dipikirkan lagi, ia baru dua kali pacaran dalam hidupnya, tidak terhitung dengan Aditya. Tapi semua mantan pacarnya tak pernah ia anggap serius sebelumnya, tak ada yang pernah ia ajak ke rumahnya, dan tak ada yang pernah mengajaknya berkenalan dengan orang tua mereka, kecuali Adrian.

Ivana menggelengkan kepalanya ketika mengingat kalau Adrian saja hanya mengenalkan dirinya pada sang kakak, bukan orang tuanya.

Satu-satunya tempat ia bertanya hal seperti ini adalah Dinda. Jadi ia segera meraih ponselnya untuk menghubungi temannya itu. Sebelum ia mengingat akan kondisi Dinda yang sedang tak baik hari ini. Akhirnya, Ivana mengurungkan niatnya.

"Mati gue," gumam Ivana pelan.

Ia segera beranjak dari tempat tidurnya untuk beralih ke lemarinya. Besok ketika pulang kerja, Aditya akan mengajaknya main ke rumahnya. Dan Ivana mendengus kesal ketika baru menyadari kalau ia sama sekali tak memiliki gaun yang santai layaknya seorang wanita feminim.

Di lemarinya penuh dengan kemeja dan celana jeans. Saat itu, Ivana hanya bisa mengutuk dirinya sendiri. Mau tak mau ia harus membeli dress baru besok, harus.

"Adit bener-bener ya. Coba kalau tadi siang bilangnya, gue kan bisa beli baju dulu. Tahu gitu tadi siang ga makan banyak. Ah, kenapa pas lagi dateng bulan sih, ada jerawat kan! Aduh, ga bisa!" pekik Ivana menjatuhkan dirinya kembali ke atas tempat tidur.

"Tapi mumpung Adit mau. Nanti dia malah ngerasa gue ga ngehargain dia lagi," gumam Ivana pelan. Ia tak tahu harus bagaimana menghadapi orang tua Adit yang belum pernah ia kenal sama sekali.

"Dek.... Riri!!" panggil Ivana sambil berlari keluar dengan piyama yang sudah melekat di tubuhnya. Ia lupa kalau adiknya masih melakukan rapat pemuda di halaman rumahnya malam ini.

Sontak, Ivana pun segera menarik Riri untuk masuk ke dalam rumahnya sebentar.

"Apaan sih?" tanya Riri.

"Lo punya stok sheet mask kan? Gue mau dong. Terus salep jerawat itu masih punya kan? Please, ini urgent banget. Darurat," ujar Ivana sedikit heboh hingga Riri mendelik kesal ke arahnya. Dan dengan wajah cemberut, Riri mengeluarkan beberapa lembar masker wajah miliknya juga salep jerawat.

"50.000."

"Eh, mahal amat. Lo ngerampok? Paling harga maskernya 20.000," jawab Ivana kesal.

"Ini namanya bisnis. Keinginan meningkat, stok terbatas, harga otomatis naik. Mau ga? Kalau engga, beli aja sono keluar," sahut Riri dengan sangat percaya diri.

Kali ini, Ivana yang cemberut sambil mengeluarkan selembar uang 50.000 rupiah kepada Riri.

"Sering-sering kepepet ya, Kak," ledek Riri tersenyum sumringah sambil mengantongi uang tersebut dan kembali keluar rumah.

Sementara Ivana hanya diam sambil memerhatikan masker dan salep wajah tersebut.

***

Aditya yang baru saja memarkirkan motornya di rumah, segera berjalan masuk dengan langkah cepat.

"Syukur kamu udah pulang, Dit. Bapak mau kabur, kamu aja yang makan masakan ibumu itu," ucap Rudhi segera beranjak dari sofa.

KOMITMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang