KEYAKINAN

2K 242 4
                                    

Dinda menaruh ponselnya di atas meja dengan putus asa, kemudian ia memegangi keningnya dengan raut wajah frustrasi.

Belum selesai Ivana memikirkan Anya yang belum juga kembali ke kantor, kini ia sudah beralih pada Dinda yang kelihatan lebih tertekan darinya saat ini.

"Din, kenapa?" tanya Ivana pelan.

Dinda menghela napas panjang kemudian menggelengkan kepalanya.
Untuk sementara, Ivana pikir Dinda terlihat seperti sedang kurang enak badan.

"Serius? Lo kayanya lagi kurang sehat deh, Din," ujar Ivana ragu.

"Iya, makanya nanti gue izin pulang lebih cepet," jawab Dinda pelan.

"Ya udah lo istirahat aja gih sana di ruang karyawan. Mau gue bikinin teh anget?"

Lagi-lagi Dinda menggelengkan kepalanya pelan, kemudian ia kembali fokus pada layar komputernya.

"Va, jadi ga nemuin narasumber?" tanya Dito yang sudah beranjak dari tempat duduknya.

Ivana menganggukkan kepalanya dengan cepat, kemudian meraih tas dan ponselnya. Sebelum pergi, ia kembali melirik ke arah Dinda. Namun wanita itu terlihat sedang benar-benar tak ingin diganggu, sehingga Ivana memutuskan untuk pergi keluar bersama Dito.

***

"Dit, file yang kemaren udah lo selesai-"

"Ini udah lengkap semua. Sekalian sama rekapannya. Periksa lagi aja," jawab Aditya sambil memberikan beberapa map kepada Andi dengan santai.

"Serius? Wah, gitu dong... Sesuai deadline," sahut Andi sambil memeriksa sekilas semua isi map yang diberikan oleh Aditya.

"Oh ya satu lagi, Di. Soal revisi pemasaran yang lo bilang itu, udah gue susun. Siapa tahu bisa ngebantu," ucap Aditya lagi sambil mengeluarkan beberapa kliping yang baru ia print tadi pagi.

Andi membaca kliping tersebut dan tercengang tak percaya menatap Aditya. Ia sampai menepuk-nepuk bahu Aditya beberapa kali sambil menggelengkan kepalanya.

"Gua ga tahu lo kepentok dimana Dit. Kerja bagus. Gue ajuin hari ini juga," jawab Andi tertawa pelan kemudian pergi meninggalkan meja Aditya dengan wajah sumringah karena pekerjaan yang biasanya akan ia kerjakan sendiri, kini malah sudah selesai dikerjakan Aditya.

Aditya kembali beralih pada layar komputernya. Kemudian ponselnya berdering tanda notifikasi.

Ia beralih pada laporan keuangan dari perusahaan yang ia tanamkan modal dengan membeli beberapa lot saham sejak 5 tahun yang lalu.

Setelah menyelesaikan semua tugasnya, Aditya menghela napas panjang untuk membaca semua perkembangan sahamnya yang selama bertahun-tahun terbengkalai.

"Dit!" panggil Heru yang berjalan menghampirinya dengan semangat.

"Makan di Cafe Windflower yuk. Lagi ada promo katanya..."

"Lo duluan deh, gue nanti aja," jawab Aditya sambil membetulkan kacamata bacanya dan menaruh ponselnya di atas meja.

"Oke," jawab Heru sedikit heran melihat Aditya yang kelihatan lebih bersemangat. Ia kembali berbalik menatap Aditya dengan tak percaya. Ia menggelengkan kepalanya bingung, kemudian melangkahkan kakinya keluar.

Perhatian Aditya beralih pada ponselnya yang berbunyi tanda pesan masuk dari Ivana.

From: Ivana
Jangan lupa makan siang...

Aditya tersenyum lebar setelah membuka pesan tersebut. Ia membuka kacamatanya dan segera membalas pesan dari Ivana.

To: Ivana
Kamu lagi makan siang sekarang? Nanti malem aku perlu ngomong sesuatu sama kamu, penting.

KOMITMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang