TENTANG KITA

5.5K 311 29
                                    

Tanggal 29 September 2019, tepatnya di hari Minggu sore, Andini memarkirkan mobilnya di depan sebuah gedung sederhana yang cukup ramai.

Orang-orang berpakaian batik dan gaun brukat sederhana itu terlihat memasuki area resepsi pernikahan Ivana dan Aditya yang baru saja digelar.

Dengan berjalan sendirian, Andini melangkahkan kakinya masuk kedalam gedung tersebut.

Sebenarnya, namanya tak masuk ke dalam daftar tamu undangan. Namun nyatanya, Andini masih bisa masuk ke dalam.

Ia melihat dengan jelas, untuk kedua kalinya, Aditya berdiri dengan baju adat pernikahan. Bedanya, dulu Aditya hanya diam dengan wajah kaku. Sementara hari ini, lagi-lagi Andini melihat senyum hangat di wajahnya yang riang.

Andini menahan napasnya, kemudian ia menaruh kotak hadiah yang dibawanya di atas meja, bersama dengan kota hadiah yang lain.

Setelah melihat Aditya untuk terakhir kalinya, Andini berbalik dan melangkahkan kakinya dengan cepat keluar dari gedung pernikahan.

"Yang mesra dong, ga usah malu-malu!" ledek Anya yang akan memotret Ivana, Aditya, dan keluarga mereka.

"Tahu ih, udah suami istri juga kaya musuhan," ucap Riri sambil mendorong posisi kakaknya berdiri itu lebih memepet ke arah Aditya.

Tentu saja Ivana mendelik ke arah Riri dengan sebal. Sementara Aditya tertawa kecil sambil merangkul bahu Ivana.

"Nah, oke. Satu... Dua... Tiga!" Anya mulai memotret Ivana dan segera melihat hasil jepretannya di kamera.

"Ih bagus! Mau ikutan," ucap Anya heboh.

"Sini, aku aja yang fotoin," sahut Fadil yang berdiri di sebelah Anya.

"Engga-engga, itu ada mas Egi yang udah siap fotoin. Kalian sini aja," sahut Ivana gemas melihat Anya dan Fadil.

"Oh iya," ucap Anya lupa kalau di acara pernikahan itu memang ada orang yang bertugas memotret segala momen selama acara resepsi berlangsung.

Sontak, Anya pun segera menarik Fadil mengikutinya untuk berdiri di dekat pengantin.

"Cepet nyusul ya, Nak Anya," ucap Bu Widya kepada Anya yang berdiri di sebelahnya dan Ivana.

"Iya, Bu. Amin," jawab Anya terkekeh pelan. Kemudian ia mencubit Ivana sebentar karena malu.

"Lho, di doa-in juga," sahut Ivana tertawa pelan.

Setelah mendapatkan foto yang diinginkan akhirnya Anya berpamitan untuk pulang duluan karena ada acara keluarga bersama Fadil. Ivana yang tahu maksudnya, tentu saja malah mengusir Anya untuk buru-buru pulang sambil meledeknya.

"Dit," bisik Ivana pelan.

"Apa?"

"Acaranya cuma sampe sore kan? Jam berapa sih?" bisik Ivana.

"Sabar, Va. Abis ini kita langsung ke hotel," bisik Aditya yang duduk di sebelah Ivana.

"Apaan sih? Maksud aku ini sanggul-nya bikin pegel. Kok kamu jadi mikir ke situ?" sergah Ivana pelan sambil menyikut lengan Aditya yang menoleh ke arahnya bingung.

"Mikir apaan? Aku kan bilang, sabar Va, abis ini kita langsung ke hotel buat istirahat," jawab Aditya menjelaskan ulang mengenai maksudnya.

Hal itu tentu membuat Ivana terdiam, Aditya pun begitu. Dan mereka kembali dalam keheningan, sampai Aditya akhirnya mengerti maksud tuduhan Ivana barusan.

"Kamu kali mikirnya langsung ke situ," ledek Aditya berusaha keras menahan tawanya.

"Mikir apaan?" elak Ivana sambil pura-pura sibuk membetulkan gaunnya.

KOMITMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang