Bima berjalan dengan cepat menyusuri lorong-lorong rumah sakit untuk ke tempat perempuan bernama Riska itu bertugas sebagai dokter umum.
Dengan membawa makanan paket dari Mc Donalds, Bima semakin mantap melangkahkan kakinya ditengah tenangnya area rumah sakit tersebut.
"Eh, Mas Bima..." Sapa seorang suster yang sepertinya sudah sering melihat laki-laki ini berkunjung ke rumah sakit ini untuk menemui seseorang, yang ia tahu juga.
"Eh, Ta. Liat Riska ga? Lagi nanganin pasien ga sekarang?" Tanya Bima yang mengambil kesempatan ini untuk menitipkan makanan ini kepada Mita, karena sejujurnya ia merasa risih kalau harus menemui Riska di rumah sakit dan rekan-rekan dokter lainnya yang tak ia kenal.
Namun suster bernama Mita itu malah mengerutkan dahinya heran kemudian mengeluarkan ponselnya seolah sedang memastikan sesuatu.
"Dokter Riska harusnya udah pulang kan dari tadi sore? Sekarang jadwalnya Dokter Zidan." Jawab Mita dengan yakin.
"Iya, harusnya gitu. Tapi katanya dia harus gantiin dokter yang izin tiba-tiba." Ucap Bima. Sementara Mita terlihat masih meragukan akan hal itu.
"Saya nitip makanan ini ya? Jadi nanti saya ga bisa jemput dia pulang. Terus saya beliin ini untuk makan malemnya dia. Sekalian buat yang lain juga." Ucap Bima sambil menyerahkan bingkisan yang dibawanya. Saat itu, Mita hanya menganggukkan kepalanya kemudian membawa bingkisan tersebut menuju kantor para dokter. Sementara Bima segera berbalik dan mencoba menelepon seseorang.
"Wah, Mita mau traktir makan nih..." Ledek seorang laki-laki muda berseragam dokter yang sepertinya baru keluar dari ruang rawat menuju ruang dokter.
"Bukan, ini dari pacarnya Dokter Riska. Buat makan malem Dokter Riska sama yang lainnya katanya."
"Dokter Riska? Bukannya tadi sore udah pulang? Kan gantian shift sama saya." Ucap Dokter Zidan dengan raut wajah heran.
"Mungkin gantiin dokter lain, dok?"
"Engga, orang pas dia pulang sempet papasan sama saya. Gimana sih..." Ucap Dokter Zidan tertawa kemudian masuk ke dalam ruang dokter. Sementara Mita terdiam bingung. Ia segera berlari kecil menyusul Bima yang untungnya belum pergi terlalu jauh.
"Mas Bima!" Panggil Mita terengah-engah menyusul Bima yang hampir menaiki mobilnya.
"Kenapa? Kok dibawa lagi?"
"Saya sudah konfirmasi tadi, Dokter Riska sudah pulang dari tadi sore. Bahkan Dokter Zidan sempat papasan sama Dokter Riska waktu pulang itu, mas." Jawab Mita sambil menyodorkan kembali paket makanan barusan.
Bima terdiam sejenak. Ia berusaha untuk tetap tenang, kemudian tersenyum.
"Ya udah buat kamu aja makanannya, oke?" Ucap Bima terkekeh pelan kemudian masuk ke dalam mobilnya masih dengan pikiran yang penuh dengan tanda tanya.Akhirnya ia memutuskan untuk menelepon Riska, namun lagi-lagi teleponnya tak juga diangkat.
Sejak tadi ia mencoba menelepon Riska, namun tak diangkat, ia pikir karena Riska sedang menangani pasien. Tapi jika ia tidak di rumah sakit, lalu kemana dan kenapa tak mengangkat telepon?
***
From: Bima
Va, sorry banget... saya baru inget ada urusan sebentar. Saya pergi dulu, tapi kamu tetep di sana ya. Saya ke sana setelah urusan saya selesai.Ivana tertawa pelan ketika baru membaca pesan dari Bima setengah jam lalu. Setelah itu, ia buru-buru membalas pesan tersebut.
To: Bima
Iya, Bim. Tapi saya baru ketemu temen|
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMITMEN
عاطفيةSeorang jurnalis berstatus freelance yang berada di ujung tanduk setelah ditinggal nikah oleh sang mantan. Ivana Nabila yang malang, bertemu dengan salah satu mantannya saat SMA, bernama Aditya. Perpisahan tak mengenakan mereka membuat perasaan dul...