TAK PERNAH SEJALUR

2.1K 230 2
                                    

Petugas keamanan gedung pelatihan Taekwondo sudah menutup sepenuhnya gedung ketika anak-anak sudah dipulangkan tepat pada pukul 03:00 siang.

Setelah selesai dengan wawancaranya, Ivana segera menelepon Aditya dengan panik. Ia benar-benar takut kalau Aditya akan marah karena teleponnya yang ditolak dan selama beberapa jam ini ia mengubah ponselnya dengan mode pesawat.

Tapi sayangnya panggilan teleponnya selalu dialihkan.

"Masih ga bisa?" tanya Bima yang menyadari wajah gelisah Ivana sejak gadis itu mengatakan kalau ia menolak panggilan telepon Aditya tadi.

"Lagi ada di panggilan telepon lain terus," jawab Ivana murung.

Padahal hanya ini waktu yang pas untuk menghubungi Aditya karena ia harus kembali ke kantor dan menyelesaikan laporan hari ini.

"Dia kan disana lagi kerja, Va. Mungkin lagi sibuk ngurusin ini-itu," ucap Bima mencoba menenangkan Ivana.

Memang ada benarnya menurut Ivana. Tapi karena ucapan Dinda tadi pagi, pikirannya sudah terlanjur terpengaruhi oleh pikiran-pikiran negatif. Bagaimana kalau Aditya sedang sibuk menelepon orang lain? Misalnya Clarrisa?

Meskipun ia sendiri tak tahu ada urusan apa Aditya melakukan sambungan telepon dengan Clarrisa.

"Udah, jangan mikir macem-macem. Kalau kamu yakin dia sayang sama kamu, Aditya ga mungkin macem-macem kok. Percaya deh," ucap Bima sambil menepuk bahu Ivana.

Ivana melirik pada Bima kemudian tersenyum lebar. Sejak dulu Bima memang selalu bisa diandalkan baginya. Orang yang paling mengerti dirinya, yang selalu bisa memberikan kalimat-kalimat bijak untuknya.

"Ya udah, mau bareng ga? Saya sekalian mau pulang nih."

"Ga usah deh, Bim. Saya naik bis aja. Makasih banyak ya, Bim," ucap Ivana tersenyum.

Bima menganggukkan kepalanya kemudian mulai menaiki motornya.

***

Kata orang, jarak bukanlah masalah bagi sepasang manusia yang saling jatuh cinta dan terpaksa terpisah untuk beberapa saat.

Tapi kali ini Ivana merasakan hal sebaliknya. Ia pikir ia akan baik-baik aja selama Aditya berada jauh darinya. Tapi nyatanya, selalu terjadi miss komunikasi di antara mereka.

Ketika Aditya mencoba menghubunginya, Ivana sedang berada pada pekerjaannya. Begitupun sebaliknya. Sehingga mereka jarang sekali berada di situasi yang pas untuk mengobrol selain malam hari.

Namun sayangnya, saat malam hari pun tak jarang Ivana harus menelan pahit jika Aditya ternyata sudah tidur atau sedang membicarakan pekerjaan lainnya.

Seperti saat ini, Ivana sengaja menyelesaikan semua pekerjaannya dengan cepat dan berbaring di atas tempat tidur menunggu balasan pesan dari Aditya.

Namun dirinya malah merasa seperti orang bodoh yang menunggu sesuatu yang tak pasti.

Ponselnya berdering tanda notifikasi pesan masuk. Ivana segera membukanya, dan benar dari Aditya.

From: Aditya
Iva, saya udah sampe di hotel. Tapi saya harus telepon seseorang untuk presentasi tambahan. Besok pagi saya telepon kamu. Jangan begadang dan nungguin saya, okay?

To: Adit
Yeesss, sir...|

Ivana menghapus kembali pesan tersebut dan mengetik ulang sambil menggigit bibirnya.

To: Adit
Kamu juga, jangan tidur kemaleman ya..

From: Adit
Aku kangen banget sama kamu, Va.

KOMITMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang