"Kenapa lo pergi, Va? Lo cemburu?"
"Masih terlalu cepat untuk dibilang cemburu. Justru gue lagi membatasi diri untuk ga berlanjut sampai ke tahap itu."
Ivana menghela napas panjang sambil menundukan kepalanya ketika ia harus kembali berdebat dengan dirinya sendiri. Harusnya ia tak pergi tanpa berkata apa-apa di depan Aditya tadi. Sangat terlihat jelas kalau ia sedang menghindar.
Tapi bagaimanapun Ivana berusaha menenangkan hatinya kalau ini adalah pertemuan terakhirnya dengan Aditya. Ia berharap tak ada lagi pertemuan semacam ini. Ia lupa bahwa Aditya tetaplah pria dewasa yang memerlukan pasangan seumur dengannya.
"Bukannya kamu setuju kalau kita ketemu secara ga sengaja lagi, kamu mau ngobrol sama aku?"
Halte bis ini cukup ramai, tapi Ivana masih bisa mendengar dengan jelas suara Aditya. Ia tahu Aditya berada di sisi sebelah kirinya, jadi Ivana ingin sekali tetap menunduk. Tapi apa tak mungkin ia terus menunduk sementara seseorang sedang berbicara dengannya.
"Kenapa tadi kamu pergi?" tanya Aditya ketika Ivana sudah menoleh padanya
"Sorry, Adit. Saya baru inget ada janji sama orang," jawab Ivana pelan.
"Cowok?"
"Bukan," jawab Ivana cepat, namun ia terlihat bingung dengan pertanyaan Aditya barusan.
Ivana menghela napas panjang dan mengalihkan pandangannya ke arah lain berharap bis segera datang. Namun pandangannya malah menangkap sosok Clarrisa yang berdiri tak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.
"Aku masih baca blog kamu," ucap Aditya mengalihkan perhatian Ivana lagi padanya dengan cepat.
"Apa? B-blog aku? Aku ga ada blog-"
"Anaworld itu blog kamu kan? Panjang ceritanya sampe aku ketemu blog kamu. Tapi aku cuma mau kamu bales komentar-komentar mereka yang penasaran sama kelanjutan cerita kamu."
"Cerita..."
"Soal mantan terakhir kamu yang brengsek."
Sial, batin Ivana menggerutu pada dirinya sendiri. Ia benar-benar kehabisan kata-kata untuk menjawab Aditya.
Siapa yang menyangka juga kalau Aditya bisa sampai menemukan blog pribadi miliknya. Ternyata firasat tak enak sejak awal ia menulis postingan itu terbukti hari ini.
"Kamu juga nulis di stiker Cafe Kotaku, kalau kamu takut sama perceraian dan perselingkuhan. Apa itu berhubungan?"
Ivana menoleh ke arah Aditya lagi dan menatapnya dengan kedua mata berair dan pandangan penuh kekecewaan pada Aditya yang mencecarnya dengan semua pertanyaan sensitif itu.
"Ya," jawab Ivana singkat namun mampu merubah raut wajah Aditya yang semula tenang, kini terlihat sedikit gusar.
"Ivana... Aku..."
Untunglah sebuah bis akhirnya datang ke halte tersebut, memaksa Aditya untuk tak melanjutkan kalimatnya. Ivana tersenyum tipis ke arah Aditya kemudian ia segera menaiki bis bersama beberapa orang lainnya yang menunggu.
Sayangnya Ivana sedang tak beruntung kali ini, karena ia harus berdiri dan berpegangan di tiang bis karena semua kursi sudah penuh. Pikirannya kembali mengawang pada semua pertanyaan Aditya tadi.
Jika saja ia bisa menceritakan ini pada seseorang, namun ia sendiri malu dengan kisah cinta terakhirnya itu. Ivana sudah mendengar banyak omongan orang tentang isu perselingkuhan Adrian.
Namun ia seolah tak peduli dan selama Adrian menyangkal itu semua, ia pikir semuanya akan baik-baik saja. Adrian menghabiskan banyak waktunya sebagai seorang executive chef di sebuah hotel besar. Bahkan ada isu yang mengatakan kalau Adrian sering menyewa kamar di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMITMEN
RomansSeorang jurnalis berstatus freelance yang berada di ujung tanduk setelah ditinggal nikah oleh sang mantan. Ivana Nabila yang malang, bertemu dengan salah satu mantannya saat SMA, bernama Aditya. Perpisahan tak mengenakan mereka membuat perasaan dul...