EPILOG

9.2K 417 48
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul 23:30 PM. Keheningan malam menyelimuti kediaman Aditya. Kedua orang tua Aditya jelas sudah terlelap tidur di kamar mereka.

Namun, tetap saja keheningan malam itu akan hilang sejak Aditya dan Ivana kembali ke rumah.

Tepatnya, suara-suara itu terdengar dari arah kamar Aditya.
Suara Ivana maupun Aditya kadang terdengar hingga keluar kamar ketika mereka sedang....

"Yah, Va... Sobek..." Ucap Aditya panik.

"Dit, kan dibilang pelan-pelan." Sahut Ivana buru-buru mengambil alih bungkus hadiah yang tak sengaja dirobek Aditya ketika membukanya.

"Ini kartu ucapannya juga kerobek, Dit. Ga bisa di foto. Ih jahat banget kamu mah." Ucap Ivana tertawa miris melihat kartu ucapan dari teman-teman kantornya.

"Niat kamu buat pamer sih. Jadi rusak." Jawab Aditya tertawa, sementara tangannya mengambil hadiah pernikahan lainnya yang sebenarnya tak akan habis mereka buka malam ini.

"Lagian banyak banget hadiahnya. Kamu serius mau bukain ini semua?" Tanya Aditya terlihat sudah akan menyerah.

"Dit, aku tuh harus bilang makasih lho sama mereka. Orang-orang itu harus tahu kalau kita udah terima hadiahnya dengan baik." Jawab Ivana dengan hati-hati membuka hadiah yang lainnya.

"Astaga... Ini..." Lagi-lagi suara tawa Aditya pecah ketika melihat seperangkat alat makan bayi kepada mereka.

Ivana sendiri sempat shock melihatnya. Dan hadiah itu berasal dari istrinya Heru.

"Katanya, Selamat ya Aditya dan Ivana. Semoga langgeng terus, dan cepet dapet... Momongan." Ucap Aditya membaca kartu ucapan di dalamnya.

Ivana melirik ke arah Aditya yang juga menatapnya.
"Apa?"

"Jadi mau punya berapa, Va?" Tanya Aditya menahan tawanya. Sementara Ivana memegangi keningnya hampir pingsan mendengar pertanyaan itu untuk kesekian kalinya.

"Ini buka yang lain. Itu gede banget tuh." Ucap Ivana mengalihkan pembicaraan, kemudian membuka kotak yang ada di tangannya.

Sementara Aditya masih tertawa sambil mengambil kotak hadiah lainnya.

Begitu Ivana membuka kotak yang ia pegang, ia mengeriyitkan keningnya heran karena melihat sebuah gaun brokat putih yang lusuh dan penuh bercak darah di dalamnya.

Ivana sampai tercengang tak percaya melihatnya.
Karena Ivana hanya diam, hal itu tentu saja menarik Aditya untuk menoleh padanya penasaran.

"Va? Kenapa?" Tanya Aditya yang refleks menaruh perhatiannya kepada kotak hadiah di tangan Ivana.

Ivana tak menjawab, tiba-tiba ia menjauhkan kotak tersebut dari hadapannya dan memeluk dirinya sendiri dengan raut wajah khawatir.

Karena penasaran, Aditya pun mengambil kotak tersebut dan mengeluarkan isinya.

Begitu memeriksanya dengan teliti, Aditya menyadari kalau noda merah yang seperti darah itu ternyata hanyalah warna cat kuku.

"Ini siapa sih iseng banget." Umpat Aditya sambil beranjak dari dudukny dan membuangnya ke tempat sampah.

"Ga mungkin ada yang iseng ngirim begituan kan, Dit?" Gumam Ivana pelan.

Aditya menghela napas panjang kemudian duduk kembali di hadapan Ivana.

"Coba inget-inget, mantan kamu ada yang dateng ga ke acara nikahan kita?" Tanya Aditya dengan nada meledek.

"Itu gaun mahal, Dit. Liat deh... Baru aku pegang aja kerasa, bahannya."

"Jadi mantan kamu ga ada yang sanggup beli gaun semahal itu, maksudnya?"

Ivana baru akan menyahut lagi, namun ia urungkan karena tak bisa menahan tawanya.

"Iya kan? Maksud kamu gitu, kan?" Tanya Aditya sambil menggelitik pinggang Ivana yang bergerak mundur.

"Bukan, maksud aku tuh ga mungkin ada orang yang beli gaun semahal itu cuma buat iseng, Dit..." Ucap Ivana setelah berdiri untuk menghindari kejahilan Aditya.

Melihat ekspresi Ivana yang masih khawatir, Aditya beranjak menuju mejanya, kemudian mengeluarkan sebuah kotak yang lain.

"Sini deh, Va..." Ucap Aditya sambil mengeluarkan beberapa barang dari kotak tersebut.

"Ini... Buku album foto yang aku kasih kan?" Tanya Ivana begitu melihat album foto yang dikeluarkan oleh Aditya.

"Coba buka." Ucap Aditya sambil mempersiapkan kotak lainnya yang ukurannya lebih kecil.

Ketika membuka album fotonya, Ivana tercengang ketika melihat deretan foto-foto dirinya saat masih SMA yang disusun urut oleh Aditya beserta tanggal-tanggalnya.

Aditya tersenyum puas ketika melihat reaksi Ivana yang tercengang dengan mata berbinar melihat lembar demi lembar album foto tersebut.

"Kamu... Nyeremin ya, ternyata. Ada puluhan foto aku yang kamu potret diem-diem disini. Astaga, Dit... Kapan kamu ngerjain ini?" Tanya Ivana kehabisan kata-kata.

"Masih ada, nih." Jawab Aditya sambil memberikan kotak berwarna lilac kepada Ivana.

Kali ini, saat Ivana membuka kotak tersebut, terlihatlah thumbnail foto-foto dirinya bersama Aditya saat masih SMA dan kuliah.

"Waktu itu, sebelum kita putus, tiba-tiba kamu minta foto-foto selfie kita berdua. Ternyata untuk ini?" Tanya Ivana tersenyum ke arah Aditya.

"Untuk hadiah kelulusan yang belum sempet aku kasih." Jawab Aditya membuat senyum Ivana semakin lebar dan cerah menatap kotak tersebut.

"Eh, disini ada pitanya." Ucap Ivana yang menyadari ada pita berwarna silver di bawah kotak tersebut.

"Eh, jangan-"

Sebelum Aditya sempat menahan Ivana, gadis itu sudah lebih dulu menarik pita tersebut, sehingga muncul lah secarik kertas dengan sebuah tulisan, 'Congratulations, Ivana. I Love You..

Sontak, Ivana pun tertawa terbahak-bahak melihat pesan yang ada di sana. Sementara Aditya buru-buru menutup pita itu lagi.

"Adit, kok bisa sih? Ternyata kamu yang bucin sama aku."

"Emang kalau cowok bilang gitu bisa dibilang bucin? Engga kan?" Elak Aditya.

"Jangan-jangan di kamar ini kamu masih nyimpen lebih banyak lagi foto-foto aku?" Tanya Ivana segera berjalan ke arah lemari Aditya kemudian ke bawah tempat tidur.

"Astaga, Va. Kayanya kamu kecapean deh..."

"Engga-engga... Pasti ada di tempat ini, kan?"

Aditya tertawa pelan kemudian segera menggendong Ivana untuk kembali ke tempat tidur hingga Ivana refleks memekik kaget.

"Adit... Ivana... Kalian ga apa-apa, kan?" Tanya Bu Rahma dari luar kamar begitu mendengar suara kerusuhan mereka berdua.

"Engga, bu... Kita ga apa-apa." Jawab Aditya sementara Ivana berusaha keras menahan tawanya.

"Oh, ya sudah. Kalian istirahat, jangan becanda terus..." Tegur Bu Rahma kemudian kembali ke kamarnya.

Aditya mendelik ke arah Ivana ingin protes, namun Ivana hanya tertawa.
"Aku mau liat kotaknya lagi-"

"Udah malem. Tidur." Sahut Aditya menahan Ivana yang akan beranjak lagi dari tempat tidur, sehingga Aditya harus mematikan lampu kamarnya dan memeluk Ivana yang masih tertawa pelan.

KOMITMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang