Ivana segera melepaskan gandengan tangannya pada Aditya setelah mereka sampai di depan rumah Ivana dan berpapasan dengan ibu Widya.
"Eh... Nak, Adit..."
"Maaf ya bu, tadi ngajak Ivana jalan-jalan sebentar." Ucap Aditya tersenyum cerah.
"Lama juga ga apa-apa... Biar fresh gitu mukanya. Dari pada di rumah terus."
"Mas Adit harus balik ke kantor ma..." Sahut Ivana dengan cepat.
"Oh ya sudah... Kalau begitu hati-hati ya, nak Adit..." Ucap Ibu Widya.
Aditya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Ia melirik Ivana sebentar, Ivana hanya menunjukkan jarinya yang masih memakai cincin dari Aditya itu.
Setelah itu Aditya menaiki motornya dan melajukannya pergi.
"Itu tadi berarti makanannya dari Adit, ya Va?"
"Makanan?" Tanya Ivana heran.
"Coba kamu liat, mama bawa ke dalem bungkusannya." Ucap Ibu Widya.
Tentu saja Ivana segera masuk ke dalam rumah mencari bungkusan yang dikatakan oleh ibunya.
Ia melihat dua bungkus soto hangat di dalamnya dan satu porsi martabak telur.
Seketika Ivana merasa pucat. Waktu istirahat Aditya hanya 1 jam, dia memesan makanan sebanyak ini dan harus kembali ke kantornya tepat waktu. Jadi Ivana asumsikan kalau Aditya berniat untuk makan siang dengannya.
"Ya ampun, Ivana... Jahat lo sumpah..." Gumam Ivana tak habis pikir.
Ia meraih ponselnya dengan panik. Masih ada waktu sekitar 10 menit lagi baginya untuk memperbaiki situasi ini.
***
Andi memberikan beberapa map lagi ke meja Aditya saat pria itu baru saja menduduki kembali kursi kebangsaannya itu.
Ingin sekali Aditya protes. Tapi karena suasana hatinya sedang bagus, maka ia hanya diam menerima beberapa map tersebut.
"Oh ya, Pak Rifki denger soal keberhasilan lo. Dan dia mau ketemu lo di ruangannya nanti sore." Ucap Andi membuat Aditya segera menoleh ke arahnya kaget.
"Gimana? Seneng kan lo? Gue juga pasti bawa nama lo lah ke pak manager... Jadi kerja yang bener lagi, oke?" Ucap Andi sambil menepuk bahu Aditya sebelum pergi kembali ke tempatnya.
Sementara Aditya, rasanya tidak sesenang yang dikira oleh Andi. Ia memang berharap kerja kerasnya di anggap oleh atasannya. Tapi ia lupa siapa yang berdiri sebagai atasannya saat ini. Suami dari mantan istrinya yang menjadi selingkuhan Andini. Tentu saja rasanya sangat malas untuk bertatap muka langsung dengan Rifki. Meskipun saat ini, ia sudah terlepas sepenuhnya dari Andini.
"Dit! Ada kurir yang nyariin lo tuh." Ucap Vino ketika baru memasuki ruang kerja mereka.
Aditya beranjak kembali dari kursinya dan menghampiri seorang kurir yang berdiri di luar ruangannya itu dengan penasaran.
"Mas Aditya?"
"Iya betul, saya." Jawab Aditya.
"Ini pesanan paket nasi bakar-nya ya pak. Sudah sesuai semua dengan pesanan ya, pak... Mohon dicek lagi." Ucap kurir tersebut sambil memberikan paket bingkisan yang dibawanya.
"Tapi saya ga pesen..."
"Kenapa mas?"
Aditya menahan senyumnya ketika menyadari kalau mungkin saja Ivana yang memesannya.
"Engga, pak. Berapa totalnya?"
"Sudah dibayar pak lewat e-wallet atas nama Ivana Nabila." Jawab sang kurir tersebut sambil menunjukkan layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMITMEN
RomanceSeorang jurnalis berstatus freelance yang berada di ujung tanduk setelah ditinggal nikah oleh sang mantan. Ivana Nabila yang malang, bertemu dengan salah satu mantannya saat SMA, bernama Aditya. Perpisahan tak mengenakan mereka membuat perasaan dul...