"Va," panggil Aditya menyodorkan sebuah cup kopi kepada Ivana yang sedari tadi duduk di kursi Taman Ekspresi Bogor sambil terus melihat telapak tangannya sendiri.
"Iva," panggil Aditya lagi karena Ivana tak juga menyahut. Kali ini Aditya duduk di sebelah Ivana melirik gadis yang sejak pulang dari rumahnya terus memandangi tangannya sendiri itu.
"Soal tadi, ibu emang baru tahu kalau aku deket sama cewek selain Clarissa, makanya dia kaget banget waktu aku bilang kamu pacar-"
"Adit... Ibu kamu bilang aku punya tangan ajaib," potong Ivana menoleh pada Aditya dengan senyum antusias.
"Aku... Ga denger soal itu," sahut Aditya bingung dengan ekspresi berlebihan Ivana.
"Kamu tadi lagi ngambil jaket. Terus ibu kamu bilang, tangan aku ini bisa bikin tulisan yang bagus dan masak yang enak. Terus dia bilang... Aku bisa lakuin apapun," jawab Ivana tertawa pelan masih menatap telapak tangannya sendiri.
"Ya... Udah aku bilang, ibu itu fans kamu. Jadi ya dia pasti bilang yang bagus-bagus," sahut Aditya ikut tertawa.
"Ah, iya. Dia serius suka sama tulisan resep-resep aku? Beneran kan?"
"Kalau kamu periksa handphone-nya, udah banyak banget screenshoot-an dari blog kamu," jawab Aditya ikut senang dengan keantusiasan Ivana.
Bahkan saat ini Ivana tak bisa berkata apa-apa lagi selain tersenyum sambil terus menatap telapak tangannya.
"Ga sia-sia telapak tangan aku kena air panas," ucap Aditya meledek Ivana dengan nada menyindir.
Sontak Ivana pun segera menoleh ke arah Aditya dengan kaget.
"Ya ampun, Adit... Tangan kamu masih sakit?" tanya Ivana sambil meraih tangan kiri Aditya untuk memeriksanya."Untungnya ga melepuh. Lagian bukan air mendidih kan," sahut Aditya.
"Tapi tetep aja masih merah gini."
Aditya tertawa pelan melihat Ivana yang sibuk meniup-niup telapak tangannya yang memerah. Sebenarnya, ia sudah tak lagi merasakan perih, tapi sejujurnya Aditya menyukai Ivana yang khawatir padanya.
"Kok berenti? Masih perih tau."
"Kamu pikir ga capek niup-niup?" sahut Ivana ikut memprotes.
"Ini merah banget, Iva," ucap Aditya kembali menyodorkan telapak tangannya kepada Ivana.
Ivana meraih kembali telapak tangan Aditya kemudian menciumnya beberapa kali.
"Cepet sembuh tangan Adit yang malang, gara-gara kecerobohan pacarnya," bisik Ivana pelan walaupun masih bisa didengar oleh Aditya yang hanya bisa tersenyum kecil.
"Udah sembuh," jawab Aditya menggenggam tangan Ivana lalu mencium punggung tangan kanan gadis itu beberapa kali.
"Makasih tangan ajaibnya Iva," bisik Aditya tertawa pelan yang juga menular kepada Ivana.
"Oh iya, satu lagi. Dua-duanya kan ajaib," lanjut Aditya meraih tangan kiri Ivana lalu kembali mencium punggung tangannya lagi. Sementara Ivana hanya terkekeh pelan.
Ivana menghela napas panjang kemudian menarik tangan kiri Aditya untuk memeluknya.
Entah mengapa hari yang ia pikir akan berakhir buruk, saat ini malah menjadi hari yang sangat melegakan baginya. Meskipun ia tak tahu pasti apa yang membuat Aditya membawanya ke rumahnya.
"Kayanya ibu bakal nyuruh aku untuk sering-sering ngajak kamu ke rumah, Va," ucap Aditya pelan.
Namun Ivana tak langsung menjawab, ia seolah sibuk memikirkan tentang Clarissa yang sempat membuatnya sangat amat insecure di hadapan kedua orang tua Aditya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMITMEN
RomanceSeorang jurnalis berstatus freelance yang berada di ujung tanduk setelah ditinggal nikah oleh sang mantan. Ivana Nabila yang malang, bertemu dengan salah satu mantannya saat SMA, bernama Aditya. Perpisahan tak mengenakan mereka membuat perasaan dul...