Chapter 25

3.9K 157 8
                                    

Keenan dan Allegra berjalan menghampiri Pak Sanip, pria setengah abad yang Keenan percayakan untuk menjaga dan mengurus vilanya. Dia berdehem pelan untuk menarik atensi pria yang tengah membersihkan kolam renang itu.

"Bapak boleh pulang, biar saya dan sepupu saya yang akan menempati vila malam ini. Bapak nggak usah khawatir." Keenan membuka suara dengan senyum ramahnya.

Pak Sanip balas tersenyum. Dia tampak merogohkankan tangannya mengambil sesuatu. "Baik, Den. Ini kuncinya." Lalu menyerahkan segerombolan kunci pada Keenan. Kemudian melenggang pergi meninggalkan tempat itu selepas menyelesaikan pekerjaannya.

"Ayo masuk." Keenan menghela tangan Allegra untuk memasuki vila miliknya. Sementara Allegra hanya menurut. Dia masih terhanyut oleh euforia yang membungkus jiwanya.

Semenjak menapakkan kakinya di dalam vila, Allegra tak henti-hentinya mengamati setiap desain interior yang tampak tak asing di matanya. Semua masih sama, kira-kira begitulah pengamatannya. Baik dari segi letak, susunan properti dan detail warna. Yang membedakan hanya terdapat setitik sentuhan modern yang membuat suasana vila menjadi lebih hidup dan berwarna. Meski sudah menjadi miliknya, Keenan tak mengubah tempat ini. Dia masih mempertahankan ciri khas yang telah mengakar kuat sejak vila ini didirikan.

Tak membiarkan Allegra mengamati keadaan ruang tamu yang tidak ada apa-apanya dibanding kamar utama vila ini. Keenan kembali menarik tangan Allegra dengan lembut. Dan tak berselang lama, akhirnya mereka sampai di sebuah pintu besar bercat coklat. Keenan membuka pintu itu secara perlahan. Dan sebuah kamar besar dan mewah impian semua orang langsung tersaji di depan mata mereka.

Allegra mematung sejenak dan tak lama dia tersenyum melihat dekorasi kamar di depannya. Lebih dari yang dia bayangkan.

"Gimana? Kamu suka?" Allegra mengangguk. Meninggalkan Keenan yang berada di belakangnya, dia melangkah menyelusuri kamar utama yang benar-benar besar dan megah. Allegra mendekati beberapa pilar yang saling berjejeran dan hanya terpisah oleh kaca bening yang tembus pandang. Jadi, dari kamar ini Allegra masih bisa melihat pemandangan pegunungan dan sebuah kolam renang yang sangat luas hampir menyerupai laguna.

"Aku sengaja merancang seperti itu agar kita bisa melihat panorama dari atas sini. Apalagi waktu malam hari" Keenan mendekati Allegra dan langsung memeluk perempuan itu mesra. "Kamu bahagia?"

Allegra tersenyum sangat tulus. Dia mengusap tangan Keenan yang berada di perutnya. "Aku bahagia."

Keenan semakin mengeratkan pelukannya dan menelungsupkan wajahnya di leher Allegra. "Aku senang dengarnya." Mengingat sesuatu, dia bergegas melepaskan diri dan bergerak menjauh dari perempuan itu. "Sebentar. Ada yang ingin aku berikan padamu."

"Apa?"

Keenan tersenyum tipis. Dia berjalan menghampiri lemari yang terletak di sudut ruangan dan mengambil sebuah brankas dari dalamnya. Allegra hanya memperhatikan saat Keenan terlihat menempelkan sidik jarinya di berangkas itu. Kemudian mengambil sesuatu yang tersimpan di dalamnya. Keenan kembali berjalan menghampiri Allegra dan menyerahkan benda itu.

"Surat apa ini?" Allegra bertanya penasaran.

"Sertifikat hak milik atas vila ini."

Allegra melirik Keenan sekilas kemudian mengalihkan fokusnya pada berkas di tangannya. "Kok dikasih ke aku." Allegra berkata semakin lirih saat mendapati namanya yang tertulis di berkas itu. Wajah Allegra berubah dan menatap Keenan menuntut penjelasan. "Apa maksudnya ini, Keenan?"

"Kamu bisa membacanya sendiri." Keenan menyahut dengan santai.

"Bagaimana bisa namaku yang tertulis sebagai pemilik sah dari vila ini?"

Terpaksa Menikahi Berondong (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang