Chapter 33

4.6K 171 3
                                    

Setelah melangsungkan acara pernikahan yang sederhana, tapi berkesan dan suci, mereka telah kembali pada aktivitas masing-masing. Saka yang sibuk dengan kuliahnya dan Allegra yang sibuk dengan projeknya yang terbengkalai.

Baru tiga hari Allegra mengambil cuti, tapi pekerjaan yang menantinya sudah menggunung. Dia sangat sibuk akhir-akhir ini. Dan itu membuat interaksinya dengan Saka menjadi terbatas. Apalagi dia juga jarang pulang karena harus melakukan pemotretan di luar kota.

Ngomong-ngomong setelah menikah mereka memutuskan untuk tinggal di apartemen Allegra. Perempuan itu mendesak Saka. Dengan tanpa daya akhirnya Saka menyetujui keinginan Allegra, meski jarak apartemen dengan kampusnya lebih jauh dibanding jarak rumahnya yang dulu.

Hari ini terhitung sudah dua minggu setelah pernikahan Allegra dan Saka. Namun, tidak ada yang spesial kecuali mereka yang terkadang berpapasan dan saling melemparkan sapaan basa-basi. Seperti pagi ini contohnya.

"Mau makan apa, El?"

Saka menghentikan ayunan kakinya. Dia melirik Allegra yang tengah duduk di kursi makan sembari mengotak-atik ponselnya. Ini adalah kali pertama Allegra menawarinya makan seperti ini. "Kamu bisa masak?" tanya Saka ragu. Bukannya meragukan, tapi dia tau orang seperti apa Allegra ini.

"Memang siapa yang mau masak?" tanya Allegra balik.

"Kamu."

Allegra tertawa kecil. Mulutnya sedikit terperangah. Dia teringat saat hampir membuat dapur rumahnya terbakar. "Aku mau pesan go-food. Kamu mau sekalian?"

Saka menggeleng. "Aku ada kelas pagi. Aku bisa masak sendiri. Kalau kamu mau, aku bisa buatkan satu untukmu."

Allegra berpikir sejenak, "boleh, tapi aku mau request sandwich."

Saka menaikkan alisnya, "sandwich?" Allegra mengangguk membenarkan.

Saka menghela napas. Sebenarnya dia ingin membuat nasi goreng, tapi karena permintaan Allegra, dia jadi mengurungkan niatnya. Dia tidak ingin kerja dua kali, mengingat jam yang sudah menunjukan pukul 8, sedangkan kelasnya dimulai pukul 9 tepat.

Allegra tidak membantu. Dia hanya mengamati Saka yang bergerak ke sana kemari mengambil bahan-bahan di kulkas. Dia termenung. Semua laki-laki di sekelilingnya memang bisa memasak. Dan itu membuat Allegra jadi malu sendiri. Karena selama ini, bukan dia yang membuatkan mereka makan, tapi mereka yang selalu memasakkan dirinya.

"Terima kasih, " ucap Allegra setelah Saka menyajikan satu tangkap sandwich. Lelaki itu hanya mengangguk sebagai balasan.

"El, ada hal penting yang ingin aku sampaikan ke kamu. Nanti malam kamu usahakan jam 8 malam harus sampai di rumah."

Saka menaikkan satu alisnya, menanti Allegra mengatakan tujuan pertemuan nanti malam.

"Aku ingin ada beberapa kesepakatan yang terjalin dalam pernikahan kita."

"Kita akan melakukan pernikahan kontrak?"

Allegra menyeringai. "Aku nggak seburuk itu untuk mempermainkan sebuah pernikahan yang suci, El."

"Lalu?" Kening Saka terlipat dalam. Sebenarnya apa yang diinginkan perempuan ini?

"Aku ingin ada beberapa syarat yang menyertai pernikahan kita."

"Bukankah sama saja?"

"Berbeda."

"Ya terserah." Pada akhirnya Saka memilih mengalah. Mendebat orang yang memiliki paham individualisme tidak akan pernah membuatnya menang. Satu-satunya cara adalah mengiyakan saja. Beres.

Karena tidak ada hal lagi yang ingin disampaikan, Saka memilih beranjak dari tempatnya. Dia menarik kursi hingga menimbulkan bunyi decitan yang cukup nyaring.

Terpaksa Menikahi Berondong (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang