Chapter 42

3.8K 251 12
                                    

Suamimu masuk rumah sakit, karena mau nyaingin kalong dengan nggak tidur selama 4 hari 3 malam. Dan sekarang dia lagi sekarat nungguin Kakak buat ngucapin salam untuk yang terakhir kalinya

Hanya dengan membaca pesan singkat yang dikirim adiknya itu, Allegra rela memberondong jadwalnya untuk 3 hari ke depan. Dan terbukti, belum genap satu minggu dia di luar kota, sekarang Allegra sudah berada di perjalanan menuju rumah sakit tempat suaminya dirawat.

Dan hal itu tentu memunculkan banyak tanda tanya di kepala Seren. Wanita itu menoleh dan menatap Allegra penuh cemooh. "Ini yang namanya nggak sayang?" sindirnya memperhatikan wajah khawatir Allegra. "Lo peduli pada Saka. Itu artinya lo sayang sama dia. Benar kan?"

Allegra melirik sekilas ke arah Seren yang tengah mengemudikan mobilnya. "Rasa peduli nggak bisa diartikan sebagai rasa sayang. Gue peduli sama Elsaka, karena dia suami gue."

"Kepedulian tumbuh karena ada rasa sayang yang menyertai! Nggak mungkin lo peduli sama Saka kalau lo nggak sayang sama dia."

Allegra mendengus mendengar penuturan tak masuk akal itu. "Peduli dan sayang adalah dua hal berbeda yang nggak bisa disangkutpautkan dengan perasaan. Jangan sok tau!"

"Terserah lo deh." Seren hanya memutar bola matanya malas. Enggan berdebat dengan Allegra. Karena dia tau, dia tidak akan pernah menang melawan Allegra yang keras kepala.

Setelah mobil yang membawanya sampai di halaman luas rumah sakit, Allegra membuka seatbelt dan menoleh ke arah manajernya. "Lo nggak mau ikut?" Seren menggeleng. Kebetulan dia juga memiliki urusan mendadak yang tidak bisa ditinggal.

"Hati-hati. Jangan ngebut." Seren mengangguk. Dia membunyikan klakson sebelum akhirnya meninggalkan Allegra yang masih menatap kepergiannya.

Melihat mobil Seren yang hilang dari pandangannya, Allegra menghela napas. Dia mengambil ponselnya, bermaksud menghubungi adiknya untuk menanyakan di mana ruang Saka. Dan setelah mendapatkan apa yang diinginkan, Allegra langsung berjalan dengan tergesa memasuki bangunan di hadapannya.

Allegra menatap pintu itu di depannya lama, sebelum akhirnya meraih handle dan membukanya secara perlahan. Bertepatan dengan itu, pintu kamar mandi juga terbuka, menampilkan kondisi Saka yang sangat kontras dari yang terakhir kali Allegra lihat.

"Kamu?" Saka tidak bisa merasa biasa saja setelah melihat keberadaan Allegra yang berdiri di ambang pintu. Bukankah wanita itu masih di luar kota? Dia mengerjap pelan. Siapa tau sosok yang dilihatnya itu hanya sebuah ilusi yang memenuhi kepalanya.

Allegra membuka pintu lebih lebar dan mulai melangkah masuk. Dia menghampiri Saka yang masih mematung. Tatapannya tidak pernah terlepas sedikitpun dari penampilan suaminya. Dahinya tampak berkerut. Baru satu minggu ditinggal, tapi penampilan pemuda itu benar-benar terlihat sangat berantakan.

"Apa aja yang kamu lakukan sampai bisa terlihat menyedihkan seperti ini?"

Dan pertanyan itu menyadarkan Saka bahwa wanita di depannya benar-benar nyata. "Ini masih 5 hari. Kenapa kamu sudah pulang?" Saka mengabaikan pertanyan Allegra. Dia berjalan menuju satu-satunya ranjang di ruangan itu.

Allegra mengikuti Saka. Ia mendengus mengetahui Saka yang berniat mengalihkan pembicaraan. "Aku sengaja mempercepat jadwal pemotretan buat jenguk kamu. Kata adikku kamu lagi sekarat."

Saka terdiam kaku. Sekali lagi dia menatap Allegra dengan pandangan tak percaya. Wanita ini sengaja mempercepat jadwalnya karena ingin melihat kondisinya? Tidak bisa dipercaya.

"Bagaimana keadaanmu?" Allegra mendudukkan dirinya di kursi sebelah ranjang.

"Seperti yang kamu lihat. Aku baik-baik saja."

Terpaksa Menikahi Berondong (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang