Chapter 26

3.1K 163 1
                                    

Berbeda dengan Keenan dan Allegra yang sedang menikmati malam berdua mereka, sebagian anggota keluarga Danawangsa justru tengah berkumpul di kediaman utama milik Opa Ganendra dengan ketegangan yang menyelimuti suasana mereka. Ganendra dengan aura dinginnya menatap seorang pemuda berkaca mata yang terlihat sibuk mengotak-atik ponselnya. Kemudian mengalihkan perhatiannya ketika mendengar suara menyudutkan dari salah satu cucu laki-lakinya.

"Ini semua gara-gara Om Rian!" celetuk Zico menatap penuh permusuhan ke arah Omnya. "Seandainya Om Rian nggak bawa Tante Luna, Kak All nggak mungkin menghilang dan Aska nggak akan terlibat perkelahian sampai lawannya sekarat." Dan perkataannya itu sukses mendapatkan cubitan maut dari wanita di sampingnya. "Adaw! Kenapa cubit-cubit sih, Mom?" Zico menatap tak terima ke arah mommy-nya

"Jangan memancing di air keruh kamu!" peringat Gisel dengan wajah garangnya.

"Habisnya aku kesel, Mom! Masa Om Rian yang jelas-jelas tau penderitaan mereka nggak bisa memahami perasaan Kak Allegra dan Aska. Orang aku yang cuma sepupunya aja tau dan berusaha semaksimal mungkin biar Aska nggak pernah ingat sama pengkhianatan ibunya. " Zico meraih pundak Aska yang tengah di obati oleh Maura pun Zio yang duduk di sebelah kanannya. "Karena kita itu saudara sehidup semati dari zaman jigot. Sahabat sejiwa-raga yang bisa saling mengerti perasaan satu sama lain. Nggak kayak Bapaknya yang nggak ngerti sama perasaan anaknya sendiri," sindirnya sambil menatap Adrian sinis.

Mata Gisel semakin melotot dan hampir keluar dari tempatnya. "Diam, kamu!" Mau tak mau Zico kembali menutup mulutnya. Meski dalam hati terus mencibir tindakan Omnya itu.

Adrian diam, tidak merespon sindiran Zico. Dia merasa bersalah, tentu saja! Apalagi pada Aska. Selama ini dia bahkan tidak pernah main tangan pada kedua anaknya. Jangankan menampar, membentak dengan penuh emosi pun dirinya tidak pernah. Adrian kelepasan dan dia sangat menyesal. Namun, ucapan Aska tadi pagi sudah sangat keterlaluan. Dia cuma tidak ingin Aska dan Allegra menjadi anak durhaka yang akan membuat mereka menyesal di kemudian hari.

Adrian sudah mengikhlaskan semuanya. Yang lalu biarlah berlalu. Dia hanya ingin hidup damai tanpa rasa benci atau dendam yang bersarang di hatinya. Untuk sekarang, dia hanya ingin fokus pada kebahagiaan kedua anaknya. Hanya itu, tidak lebih. Sangat sederhana bukan?

Jika dulu mantan istrinya memilih pergi sambil berkata bahwa dia sudah tidak bahagia dengan pernikahan mereka dan telah memiliki kebahagiaan lain bersama pria di luar sana. Adrian tidak bisa berbuat apa-apa. Menahannya pun percuma, karena itu hanya akan membuat banyak pihak yang merasa tersakiti. Dan akhirnya perpisahan lah menjadi jalan yang mereka tempuh.

Adrian tau, perceraian memang bukan jalan terbaik, tapi menurutnya itu lebih baik dibanding dia harus memberikan kebahagiaan semu pada kedua anaknya. Dia tidak ingin semakin merusak dan menghancurkan mental Allegra dan Aska dengan pertengkaran yang akan terjadi untuk kedepannya. Karena Adrian percaya, setelah pengakuan mantan istrinya, kehidupan rumah tangga mereka pasti tidak akan berjalan seperti dulu lagi.

"Gimana Sa? Apa nomor Allegra sudah aktif kembali?" tanya Adrian melihat Saka yang kembali bergabung bersama mereka. Pemuda itu memang sengaja dihubungi, karena Adrian mengira Saka mengetahui keberadaan putrinya. Namun, calon menantunya ini ternyata tidak mengetahui posisi Allegra sekarang.

"Belum, Om." Saka menggeleng pelan.

"Allegra nggak menghubungi kamu seharian ini?"

Saka kembali menggeleng. Adrian mendesah panjang. Dia memijit pelipisnya. Antara bingung dan khawatir. Juga marah pada dirinya sendiri. "Kamu kemana, All?" monolognya dengan nada cemas. Jika di keadaan biasa dia tidak mungkin sefrustasi ini. Tapi sekarang Allegra pergi dengan membawa emosi yang dia rasakan. Dan Adrian takut anak perempuannya itu nekat melakukan hal gila untuk menyalurkan kekecewaannya.

Terpaksa Menikahi Berondong (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang