Chapter 13

4.6K 282 1
                                    

"Jangan kayak orang susah kamu, Dek."

Allegra berkata jengah melihat Aska yang sejak tadi terlihat murung. Allegra hanya tak sengaja melelehkan satu Tupperware, bukan membakar kediaman mereka apalagi kediaman utama keluarga Danawangsa, tapi respon adiknya benar-benar di luar dugaan. Seperti seorang tahanan yang akan menghadapi eksekusi mati.

"Kita bisa menggantinya. Jangankan satu produk, kita bahkan bisa memborong satu toko beserta pramuniaganya sekalian," lanjut Allegra lalu menyandarkan punggung kecilnya ke sandaran sofa ruang tamu.

Dia memperhatikan dua housekeeper yang sejak tadi mondar-mandir membersihkan rumah papinya. Memang, setelah terjadi kekacauan itu Allegra langsung memanggil jasa kebersihan. Alasannya, karena semua ART-nya tengah meliburkan diri atas titah dari sang Tuan Rumah.

"Ini bukan masalah diganti atau enggaknya, Kak. Kakak nggak tau," sahut Aska akhirnya mau buka suara, "Kak Maura itu telitinya minta ampun. Dia tau mana barang miliknya dan mana bukan miliknya. Dia nggak bisa dikibulin gitu aja. Dulu Zico sama bang Daffa pernah hilangin benda itu dan Kak Maura yang lagi hamil tanpa ragu langsung lempar piring, untung nggak kena. Nggak cuma itu, dia bahkan sampai bakar sepatu kesayangan mereka. Padahal waktu itu bang Daffa dan Zico udah bawa Tupperware yang mirip banget sama yang mereka hilangkan," jelas Aska panjang lebar, memaparkan sebuah fakta yang semakin membuatnya bergidik ngeri. Kalau kedua sepupunya itu tau, mungkin mereka, terlebih Zico akan mengadukan hal ini ke Maura lalu menertawai dirinya habis-habisan.

"Kak Maura nggak mungkin kayak gitu."

"Kalau nggak percaya sekarang telepon bang Daffa atau Zico, mumpung mereka belum mati. Mereka adalah saksi hidup kekejaman kak Maura," Aska menyarankan dengan mata yang masih terlihat hampa.

Allegra berdecak. Dia merogoh kantung celananya untuk mengeluarkan ponsel, "Kakak akan menelpon kak Maura."

Aska yang mendengar itu kontan menoleh ke Allegra dan langsung menghentikan kakaknya dengan lengkingan yang memekak telinga.

"JANGAN TELEPON KAK MAURA!" Suara keras Aska membuat perempuan cantik itu terperanjat.

Namun, secepat kilat dia langsung mengubah mimik wajahnya. "Kamu terlalu parno," ucapnya acuh tak acuh, "Daffa dan Zico pasti udah melebih-lebihkan ceritanya. Kayak nggak tau aja sama mulut lanyo mereka."

"Tapi Zio juga benerin cerita mereka, Kak!" balas Aska cepat, "Kakak kan tau, di antara ketiga anak Om Damian cuma mulut Zio yang 99,9% bisa dipercaya."

Allegra terlihat merenung. Dia tengah berpikir keras. Lalu tak lama kemudian, sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk senyum tipis setelah sebuah ide melintas di otaknya. Dia menatap adiknya, "Kamu tenang aja. Kalau yang diucapkan kamu benar, kakak pastiin kalau kak Maura nggak akan marah sama kita. " Tanpa menunggu lama, Allegra langsung menghubungi kontak sepupu tertuanya itu.

"Halo, Kak," sapa Allegra setelah menunggu hingga dering ke tujuh baru diangkat oleh si penerima telepon.

'Halo, All. Maaf baru angkat. Kakak habis mandiin Key dan bapaknya. Ada apa tumben nelpon?'

Sekilas, Allegra melirik adiknya yang juga tengah menatapnya harap-harap cemas.

"Jadi begini, sebelumnya aku mau minta maaf, karena udah rusakin Tupperware punya kak Maura yang tertinggal di rumah. Aku benar-benar nggak sengaja masukin wadah itu ke dalam oven. " Nada yang diucapkan Allegra terdengar sungguh-sungguh dan penuh penyesalan, tapi raut yang diperlihatkan tidak demikian. Wajahnya tetap tenang dengan mata yang masih menyorot ke adiknya.

Hening. Tak ada sahutan apapun dari seseorang di sebrang sana hingga membuat Allegra mengira jika Maura mematikan sambungan telepon. Akan tetapi, ketika melihat layar ponsel, ternyata sambungan masih berlangsung.

Terpaksa Menikahi Berondong (SUDAH TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang