Chapter 15

85 26 4
                                    

"Regrets can be read from the beginning by trying to fuse two worlds between two people who hate each other, exploit, and blame each other. I'll try it while closing my eyes."

***

Musim tidak akan lupa kapan ia harus menurunkan hujan sesuai dengan air yang mengembung dalam awan. Sakura juga tidak akan lupa akan seperti apa resiko pada keputusan yang akan ia lakukan.

Meski sebenarnya terasa sangat salah dan ia merasa tersesat, namun Sakura mencoba untuk tidak menyesalinya karena ia baru saja memulai.

Rintikan hujan yang turun ke bumi seolah menjadi pertanda bahwa alam sama sekali tak merestui penikahan yang akan diselenggarakan hari ini. Bagaimanapun, pernikahan ini sudah diawali dengan kehancuran yang sengaja Sakura ciptakan. Masa depan seperti apa yang diharapkan sepasang insan yang telah menanamkan kebencian satu sama lain di dalam benak mereka.

Sakura termangu dan hanya menatap nisan di depannya dengan hati getir. Maafkan dia yang telah melakukan semua ini demi seorang gadis yang telah tenang di alam sana atas kemauannya sendiri. Tapi egonya telah mengalahkan bagaimana nuraninya bekerja. Entah mengapa mendatangi makam Minju hanya menambah kemarahan yang semakin mengeras dalam dirinya. Mau bagaimanapun ia berpikir, ia tidak akan terima dengan takdir yang terjadi tanpa diduga ini.

Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Eunbi akan berlangsung, tapi disinalah Sakura berada. Meski setelan tuxedo berwana hitam itu sudah melekat pada tubuhnya, Sakura tetap belum ingin beranjak dari sana. Gerimis masih turun rintik-rintik, seorang bodyguard setia memayungi Sakura agar lelaki itu tak merusak pakaiannya di hari sepenting ini.

Sudah setengah jam Sakura berdiri di samping nisan Minju dan hanya menatap makam itu tanpa sepatah katapun. Ia berharap Minju bisa mengerti hanya dengan kehadirannya.

Sakura menghela napas, kemudian memeriksa jam tangannya, lalu ia berbalik dan berjalan masuk ke dalam mobil.

***


Eunbi tidak gelisah sama sekali, meskipun semua orang yang berada di sana sangat khawatir dengan nasibnya karena Sakura tak kunjung datang. Bagi Eunbi, menikah dengan Sakura merupakan sebuah nasib buruk, meskipun jika tidak menikahinya juga bukan ide yang bagus.                        

Eunbi tidak pernah mengenal Sakura sama sekali, dan kini lelaki itu benar-benar akan menjadi pengantin pria di acara penikahan yang pernah ia harapkan akan ia lakukan dengan normal sebagaimana manusia lainnya. Berdiri di altar dengan orang yang saling mencintai. Tapi nyatanya, angan itu ternyata seperti sebuah belati yang mengiris hatinya saat ini.

Di sini Eunbi seperti seekor kambing hitam yang dijadikan Sakura sebagai pelampiasan. Sampai kini bahkan ia tidak tahu apa motif dari lelaki itu sampai dengan tanpa hati mencoba menghancurkan kehidupan Eunbi yang sudah tidak utuh. Mungkin, Eunbi adalah satu-satunya pengantin di dunia ini yang merasa membenci suaminya sendiri, bahkan untuk melihatnya saja ia merasa sesak.
Hyewon menggenggam tangan Eunbi, membuat Eunbi menoleh menatapnya.

"Kalau kau ingin, aku bisa membantumu melarikan diri dari sini," ucap Hyewon, membuat Eunbi terkekeh pelan.

"Sepertinya kau sangat tidak menyukai Sakura," kata Eunbi mencoba tersenyum.

"Memangnya kau suka? Aku rasa aku bisa memukulnya lagi di altar kalian. Kau ingin aku melakukannya?" kata Hyewon sambil mengepalkan tangannya dan memukul-mukulkannya di telapak tangannya yang lain. Eunbi tertawa mendengarnya.

"Hyewon-ah," panggil Eunbi pelan, membuat Hyewon menatapnya serius.

"Kau tahu... Sebelum Irene Unnie pergi, ia mengatakan padaku untuk tidak mempercayai semua lelaki di dunia ini," ucap Eunbi kembali menerawang ingatannya ketika Irene mengatakan hal itu kepadanya.

I Like You As Soon As I Hated YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang