"Biarkan luka mengering dengan semestinya, biarkan masalalu berlalu dengan sendirinya, biarkan aku mencintaimu dengan sepenuhnya, lewat hati yang telah pecah, lewat duka yang pernah singgah, dan lewat rasaku yang tumbuh karena resah."
***
"Aku akan menjemputmu."
Entah sudah berapa kali Eunbi melihat kalimat itu di dalam sebuah bar chat ponselnya. Rasanya, Eunbi ingin memastikan untuk yang keseratus kalinya jika apa yang ia baca bukanlah kata yang salah atau pengirim dari nama kontak yang ia baca benar-benar dari Miyawaki Sakura.
Bahkan kini Eunbi sangat ingin menertawakan dirinya sendiri. Ia seperti seorang gadis remaja yang bisa berbunga-bunga hanya dengan mendapatkan pesan dari seseroang yang diharapakan. Padahal, Eunbi selalu mencibir orang-orang yang terlalu berlebihan memandang cinta anak remaja sebagai sesuatu yang paling membahagiakan di dunia.
Memang, Eunbi tidak pernah memiliki hubungan asmara yang begitu dalam hingga membawa perasaan. Sejauh ini, ia terlalu sibuk bergelut dengan kehancuran hidupnya yang begitu menyesakkan hingga hal-hal kecil seperti ini jauh dari apa yang bisa ia lampaui.
Di sisi lain, sebenarnya Eunbi merasa takut. Ia takut perasaannya hanya akan menjadi sebuah mata pisau yang menggoreskan luka lagi.
Pertemuan terakhirnya dengan Miyawaki Sakura di rumah sakit tentu tidak akan ia lupakan. Bahkan karena rasa sesak itu, Eunbi telah berusaha untuk merelakan semuanya, lagi. Eunbi merasa hidupnya memang tidak pernah sejalan dan semulus apa yang ia inginkan. Eunbi sudah siap menyerah sebelum memulai peperangan dengan hatinya. Ia terlalu takut dengan rasa sakit yang akan bersarang pada dirinya jika ia memaksa. Namun, ketika ia tahu Sakura menghubunginya dengan kalimat singkat seperti ini, bisakah Eunbi kembali berharap ? Suara klakson mobil yang terdengar di telinganya membuat jantung Eunbi bedegup nyaring. Eunbi segera menyambar tas yang ia letakkan di samping ranjang. Sudah sejak satu jam yang lalu Eunbi siap dengan urusan penampilannya dan hanya duduk di dalam kamar menunggu kedatangan Sakura.
Sebelum ia benar-benar keluar, Eunbi mengecek tampilannya terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada yang salah dari dirinya. Gaun hitam yang ia kenakan sebenarnya tidak cukup mampu menutupi perutnya yang mulai membuncit. Namun gaun itu tetap tidak bisa menyembunyikan kecantikan Eunbi yang begitu memikat.
Eunbi menuruni tangga dengan langkah pelan. Ia tahu ia sedang melindungi seorang mahluk kecil yang tinggal dalam janinnya.
Setidaknya Eunbi tahu jika ia harus lebih berhati-hati lagi mulai sekarang.
Ibunya dan ayah Eunbi menatap putri satu-satunya itu sambil tersenyum.Sebenarnya, sejak mereka mengurung Eunbi di dalam kamar, hubungan mereka menjadi sedikit senggang. Ada dinding tak kasat mata yang terbentang di antara Eunbi dan kedua orangtuanya sejak Eunbi merasa sangat kecewa padanya.
Bagaimanapun, orangtua Eunbi memiliki keputusan yang egois meski mereka melakukannya juga karena kebaikan Eunbi sendiri.
Saat itu, Eunbi tiba-tiba menjadi sangat penurut. Eunbi tidak lagi memberontak dan mulai menenangkan dirinya sendiri agar tidak terbawa oleh rasa frustasi yang bisa membahayakan kesehatannya dan janinnya. Garis besarnya, sebenarnya Eunbi melakukan ini untuk kandungannya yang ia rasa tidak memiliki kesalahan apapun untuk ikut merasakan penderitaan yang ia alami. Perubahan sikap Eunbi yang lebih tenang ternyata mampu membuat Nyonya Kwon tersentuh. Ia membujuk Tuan Kwon agar lebih memberikan kelonggaran kepada Eunbi dan memberikan kesempatan kepada Eunbi sekali lagi. Bahkan, akhirnya mereka membiarkan Eunbi kembali ke apartement Miyawaki Sakura ketika mendapat kabar lelaki itu telah pulih.
Namun di luar dugaan, Eunbilah justru yang menolaknya. Gadis itu mengatakan masih ingin tinggal di rumah orangtuanya untuk sementara, karena sejujurnya Eunbi belum siap bertemu Sakura sama sekali. Ia hanya mengunjungi Sakura ketika lelaki itu masih belum sadarkan diri untuk sedikit meringankan delusinya yang kian memburuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like You As Soon As I Hated You
Fiksi PenggemarWhen winter freezes the oceans, the girl came with warmth in her arms.When summer comes to drop the leaves, the girl came with coolness to the rays of her eyes. But strangely enough, she was created to be an enemy. Notes: ➜ This is a work of fictio...