Chapter 37

110 27 8
                                    

"Sometimes, some humans can only mature due to injuries."


***


Pagi hampir menjelang, lorong itu sunyi, meski beberapa orang memenuhi setiap sisi di depan sebuah pintu dua pilah dengan tulisan VIP room di layar palang. Kedua orangtua Eunbi duduk dengan gelisah di sebuah kursi berjajar yang terdapat di depan ruangan.

Nyonya kwon terus menangis di pelukan Tuan Kwon sejak mereka datang ke rumah sakit beberapa jam yang lalu. Baru saja mereka melepas putri mereka sebelumnya dengan harapan gadis itu akan bahagia dengan pilihannya sendiri. Tapi, justru sebuah kenaasan yang menimpanya lagi.

Operasi telah dilakukan sekitar satu jam yang lalu. Operasi pengangkatan kandungan Eunbi karena pendarahan parah yang ia alami. Bayi itu tidak terselamatkan dan harus berhenti melanjutkan rencana hidupnya sebelum lahir ke dunia. Eunbi masih berada di dalam ruangan kamar inap, ia tidak membiarkan siapapun masuk ke dalam sana, kecuali Hyewon.

Duka yang kesekian kalinya, Eunbi merasakannya kembali, karena dirinya lagi. Kehancuran itu, ternyata tidak hanya berlaku untuknya, namun juga berdampak pada semua yang berada di sekitarnya, kepada semua orang yang ia sayangi. Setelah Eunbi memutuskan untuk menerima dengan bahagia, justru bayi itulah yang menyerah dan memutuskan meninggalkannya.

Sementara di depan ruangan rawat inap Eunbi, seorang lelaki yang duduk di sisi dinding, dengan jemarinya yang ia tenggelamkan di sela-sela rambutnya, juga buku-buku tangannya yang masih mencetak darah yang telah mengering.

Ia memandang kosong ke arah lantai, seperti tidak punya tenaga lagi untuk bergerak sedikit pun. Ia tidak sanggup melihat siapapun. Orangtua Eunbi yang memang berada di hadapannya, Yena dan Yujin yang berdiri di sebelahnya, Eunbi yang berada di dalam sana, atau pun dirinya sendiri.

Ia tidak sanggup menatap siapapun dan hanya menatap udara dengan datar dan hambar. Rasanya terlalu enggan untuk menunjukkan dirinya dimanapun di sisi dunia ini, karena ia baru saja melakukan kesalahan besar lainnya yang tidak termaafkan. Bahkan lebih buruknya, kini hatinya merasa ragu dengan semuanya.

Perasaan bersalah itu bercampur dengan ketidakyakinan dengan kenyataan yang sudah jelas-jelas ia lihat di depan matanya.

Pintu ruangan kamar Eunbi terbuka, mata Hyewon terlihat sembab. Benar, tidak ada wanita yang sanggup untuk tidak menangis mendengar duka ini harus dikabarkan. Sejak Hyewon keluar dan menutup pintu dengan sedikit kuat, matanya pun tak lepas dari Sakura yang masih berdiam di tempat dan tidak menanggapi siapapun.

"Kau harus mengurus pemakamannya, Ayahnya yang harus menjadi wakilnya," ucap Hyewon membuang mukanya ke arah lain. Ia menghapus air matanya lagi dengan cepat. Mencoba menahan amarah yang sulit untuk dikendalikan.

"Bayi itu... Bagaimana jika aku bukan ayahnya ?" ujar Sakura tanpa menoleh sedikitpun. Ia tahu jika ini bukan saat yang tepat untuk mengatakan hal sebodoh ini, tapi semuanya memang perlu diperjelas agar bayi itu juga dapat pergi dengan lapang dada dengan ayah kandungnya.

Hyewon menoleh memandang Sakura tajam. Ia sudah berusaha menahan emosinya, tapi apa dengan mendengar perkataan Sakura ia harus diam saja? Benar saja, Hyewon melangkah ke arah Sakura dengan geram. Rasanya sebuah kata-kata yang akan disanggahkan untuk perkataan Sakura tidak akan mampu membuatnya puas. Ia perlu mengatakannya dengan kepalan tangannya yang terus berdenyut minta dilampiaskan.

BUGH!

Hyewon menghentikan langkahnya ketika Yena memukul Sakura sebelum Hyewon melakukannya. Yena mencengkeram kerah Sakura dan menatapnya dengan nyalang.

I Like You As Soon As I Hated YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang