Chapter 18

87 23 1
                                    

"Selalu ada kecacatan di balik usaha manusia untuk menjadi sempuran."

***

Eunbi membuka matanya, mungkin baru setengah jam yang lalu ia bisa terlelap, tapi mimpi itu kembali mengganggunya. Memang, sejak kejadian meninggalnya Minju, Eunbi tak pernah bisa tidur dengan tenang. Ia mengalami insomnia berat dan hanya bisa tidur dengan obat-obatan, Tapi sekarang lain cerita karena ia tengah mengandung sehingga tidak bisa sembarangan meminum obat tidur. Jadi untuk beberapa minggu terakhir ini, Eunbi terpaksa harus menerima keadaan dirinya yang seperti ini.

Matahari telah tampak menelusup di sela-sela kamar hotel yang sebenarnya menampakkan pemandangan kota dari arah dinding kaca yang kini tertutup gorden tebal. Tapi Eunbi tak berminat untuk bangkit dan membukanya. Sakura juga tidak kembali, toh apa pedulinya dia kepada lelaki itu. Justru akan jauh lebih baik jika Sakura tak pernah menampakkan lagi batang hidungnya di hadapan Eunbi.

Perut Eunbi tiba-tiba bergejolak, seolah mendesak sesuatu hingga ke tenggorokannya. Eunbi segera menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan berlari ke arah kamar mandi. Ia memuntahkan rasa mual yang tiba-tiba menghampiri dirinya.

"Kau baik-baik saja?"Eunbi reflek menoleh karena cukup terkejut ternyata ada orang lain di kamar itu selain dirinya, Hyewon menepuk-nepuk punggung Eunbi dengan khawatir.

"Sejak kapan kau di sini?" tanya Eunbi penasaran. Pasalnya ia belum tertidur terlalu lama dan tidak mendengar suara bell pintu berbunyi. Lagipula bagaimana caranya Hyewon bisa masuk ke dalam kamar hotel yang ia tempati.

"Aku baru saja masuk," jawab Hyewon.

"Kenapa?" tanya Eunbi lagi.
Hyewon menghentikan tepukan di punggung Eunbi dan membalas tatapan Eunbi yang masih terlihat sangat penasaran. Akhirnya Eunbi memutuskan menarik Eunbi agar cepat membersihkan dirinya dan keluar dari kamar mandi.

"Sakura menghubungiku dan menyuruhku agar datang ke sini," kata Hyewon saat ia telah mendudukan dirinya di sisi ranjang, menghadap Eunbi yang masih berdiri menatapnya.

"Sakura? Kenapa?" tanya Eunbi lagi tak mengerti.

"Eunbi-ah, biar kuluruskan. Di sini seharusnya aku yang harus bertanya padamu. Kenapa dia bisa sampai menghubungiku di hari pertama pernikahan kalian? Dia menghubungiku dan menyuruhku membawamu ke apartement baru kalian. Kenapa kalian tidak pergi sendiri? Dan kemana dia? Ayolah... Ini hari pertama penikahan kalian. Seharusnya dia tidak pergi sepagi ini apapun urusannya," kata Hyewon tak habis pikir.

Eunbi yang akhirnya mengerti arah pembicaraan Hyewon pun tersenyum masam.

"Dia tidak di sini sejak semalam," ucap Eunbi hingga sukses membuat Hyewon membelalakan matanya tak percaya.

"Maksudmu?" tanya Hyewon ingin memastikan kembali apa yang ia dengar. Hyewon menatap mata Eunbi dengan khawatir. Ia baru menyadari bahwa mata Eunbi sedikit sembab.

"Apa dia melakukan sesuatu padamu?" tanya Hyewon lagi berdiri menghampiri Eunbi dan menyentuh pundak gadis itu dengan kedua tangannya. Ia begitu khawatir ada yang salah dengan diri Eunbi.

Eunbi menepis tangan Hyewon pelan dari bahunya. Ia tidak suka Hyewon yang selalu mengeluarkan simpatinya untuk dirinya seperti ini.

"Mungkin aku tidak akan pernah bisa menjadikan pernikahan ini sebagai kebahagiaan di masa mendatang seperti yang kau katakan, Hyewon-ah," kata Eunbi nanar.

"Atau mungkin tidak akan bisa bertahan lama," tambah Eunbi lagi.
Hyewon yang sebenarnya tidak mengerti inti dari apa yang dikatakan Eunbi hanya bisa terdiam. Ia tahu bahwa dari awal Sakura telah melakukan kejahatan yang tidak termaafkan, namun ia kira pernikahan mereka adalah bentuk tanggungjawab yang ditebus oleh Sakura. Kini melihat semuanya tak baik-baik saja membuat Hyewon hanya bisa menatap Eunbi iba. Akan sampai kapan kehidupan Eunbi akan sesulit ini? Tidak adakah jalan bagi gadis itu untuk bahagia?

I Like You As Soon As I Hated YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang