"Karena sesuatu yang menarik hanya akan terlihat ketika ia telah pergi."
***
Suara langkah kaki yang masuk ke dalam kamar membuat Eunbi membuka matanya. Tanpa menoleh ke belakang, ia bisa melihat dari pantulan kaca meja rias yang terletak mengahadap ranjang dimana ia tengah berbaring. Eunbi bisa melihat pantulan Hyewon yang baru saja masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu mengitari ranjang dan berakhir berdiri tepat di hadapan Eunbi.
Hyewon berjongkok agar dirinya bisa tepat bertatapan dengan Eunbi yang hanya memandang kosong ke ruang hampa.
"Kau baik-baik saja?" tanya Hyewon sambil tersenyum. Tangannya terulur menyentuh punggung tangan Eunbi.
Sesungguhnya ia tahu jika Eunbi sedang tidak baik-baik saja. Ia tidak tahu apa yang terjadi kepada Eunbi di gedung Seoul Arts Center. Ia hanya berpapasan dengan Sakura yang membawa Eunbi dalam gendongannya di koridor gedung Seoul Arts Center ketika ia hendak masuk ke dalam ruang utama untuk acara puncak festival.
Dokter Nam baru saja memeriksanya beberapa menit yang lalu. Beruntung tidak ada masalah dengan kesehatan Eunbi sejauh ini, namun sepertinya tidak dengan mentalnya. Eunbi terlihat terlalu stress hingga dikhawatirkan akan mempengaruhi kandungannya.
"Kwon Eunbi, kau akan baik-baik saja," kata Hyewon lagi setelah tidak mendapatkan respon apapun dari Eunbi. Namun kata-kata yang terlontar dari mulut Hyewon justru membuat Eunbi sesak. Air mata yang telah ditahannya untuk tidak keluar pun akhirnya menetes di sela-sela ujung matanya, seolah air mata itu menegaskan bahwa Eunbi jauh dari kata baik-baik saja seperti apa yang Hyewon katakan.
Eunbi bangun dari tidurnya. Dengan wajahnya yang tidak bergairah sama sekali, ia duduk menatap Hyewon dengan nanar. Eunbi mengusap air mata yang telah mengalir di pipi. Tapi melihat Hyewon, air mata itu seolah tak mau berhenti dan lagi-lagi merembes keluar.
"Aku... lelah," kata Eunbi mencoba untuk tidak tercekat dengan perkataannya.
Hyewon yang mendengarnya seperti dihantam gelombang. Jika Eunbi mengatakan demikian, maka Eunbi pasti sudah sangat menderita akan semua ini. Mendengarnya membuat hati Hyewon mencelos. Sehancur apapun Eunbi, gadis itu akan selalu mencoba untuk terlihat kuat, iya tidak ingin menjatuhkan harga dirinya di hadapan orang lain. Namun apa yang ia lihat sekarang justru hanyalah Eunbi yang lemah, yang membutuhkan uluran tangan untuk membantunya agar tidak kembali terperosok ke dalam lubang yang sama. Meski Eunbi tidak memperlihatkannya secara terang-terangan, namun Hyewon dapat melihat dari netra Eunbi yang seolah memohon pertolongan atau setidaknya menemaninya di saat sulit seperti ini.
"Kau tidak perlu menceritakannya Kwon Eunbi," ucap Hyewon mengangguk mengerti. Ia mengelus rambut Eunbi dan merapikannya. Sungguh, hatinya seakan ikut menderita melihat Eunbi yang terus menerus harus menahan semuanya entah sampai kapan.
"Sepertinya aku sekarang mengerti bagaimana Irene Unnie bisa mengambil keputusan seekstrim itu.
Karena semuanya memang sangat sulit dijalani. Seolah kau sedang menggantung di tebing jurang, antara terus berpegangan dengan kekuatan yang semakin menyiksa, atau memilih mati saja mengakhiri semuanya," kata Eunbi berkata lirih.
"Kwon Eunbi! Apa yang kau katakan! Jangan berbicara seperti itu. Kau dan Irene jelas berbeda. Aku tahu dirimu melebihi siapapun. Kau adalah gadis yang kuat," ucap Hyewon mengenggam tangan Eunbi erat.
Perkataan Eunbi sukses membuat jantung Hyewon berdegub. Seperti apa yang Eunbi rasakan kepada dunia yang kejam ini, Hyewon pun tidak bisa jika tidak ikut membenci dunia yang telah diberikan kepada Eunbi. Gadis itu telah memiliki sejuta alasan untuk menyerah, tapi Hyewon tidak akan membiarkan saudaranya kembali hilang di dunia ini dengan cara yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like You As Soon As I Hated You
FanfictionWhen winter freezes the oceans, the girl came with warmth in her arms.When summer comes to drop the leaves, the girl came with coolness to the rays of her eyes. But strangely enough, she was created to be an enemy. Notes: ➜ This is a work of fictio...