Chapter 26

80 24 3
                                    

"Orang jahat adalah orang baik yang tersakiti."

***

Dia adalah Chaewon, seorang gadis berparas manis dengan rambut berponi yang menghiasi wajahnya. Tubuhnya ramping dengan tinggi badan yang semampai di usianya yang masih tergolong muda. Untuk sekelas anak Sekolah, Chaewon terlihat menawan hanya sekali memandang. Wajahnya sedikit berbeda dengan gadis korea kebanyakan karena ia memiliki darah campuran dari ayahnya. Terlepas dari transisi kehidupannya yang telah ia lalui, Kim Chaewon hanyalah gadis biasa yang akan tersenyum bahagia setiap ayahnya memberikan kejutan ulang tahun dengan meja penuh makanan dan kue tart setiap tahunnya.

Mungkin kesempurnaan akan melekat dalam diri Chaewon melihat kepribadiannya yang ceria dan ambisius untuk mewujudkan semua yang ia inginkan. Untuk melakukannya, Chaewon tahu ia harus belajar dengan giat. Menggeluti apa yang ia senangi dan menjadikannya sebagai arah impian yang akan ia capai. Namun harapan kehidupan yang semanis cerita Disney, ternyata jauh dari apa yang dihadapkan dengan kenyataan. Benar kata pepatah.

Semua yang menyeberangi laut tak mungkin bisa dilewati hanya dengan berenang, ia harus lebih dulu merakit melewati ombak besar di tengah samudera. Di balik semua nyamannya perjalanan hidup yang ia lewati, tiba-tiba ia dihadapkan dengan jalanan terjal, jalanan yang penuh batu dan duri.

Chaewon tak pernah membayangkan ia akan pulang ke rumahnya dengan nuansa berbeda seperti biasanya. Ia tidak pernah menduga bahwa ia akan berada di titik dimana kesulitan semacam ini akan ia alami. Hari itu, orangtuanya berteriak satu sama lain tanpa memperdulikan kehadirannya. Biasanya tak pernah seperti ini. Bahkan ketika ia pernah merobek berkas penting ayahnya sekalipun, ayahnya tak pernah terlihat semarah ini.

Broken home. Semua ketakutan terbesar seluruh anak di dunia ini adalah broken home, termasuk juga Chaewon. Mendapati orangtuanya saling berteriak seperti itu, hati mana yang tidak terluka. Mendapati mereka yang seharusnya saling menyayangi dan melindungi, kini malah menyakiti satu sama lain.
Saat itu, Chaewon sama sekali tak mengerti dengan keadaan dan hanya bisa memandang mereka dengan ketakutan luar biasa. Ingatan itu seolah rekaman yang mengisi kepalanya dengan permanent, benar-benar jelas dan menyerap dalam kepala Chaewon dengan detail. Kejadian yang tidak pernah ia harapkan dimana keluarganya hancur hanya dalam sekali waktu.

Sungkyu, kakak laki-lakinya yang hanya berbeda tiga tahun darinya itu berlari menubruk ayahnya yang tiba-tiba menampar Ibunya begitu kuat. Semuanya terasa begitu singkat sampai akhirnya Nyonya kim menancapkan pisau yang tergeletak di atas pantri ke perut suaminya ketika ia tengah memukul Sungkyu membabi buta. Detik-detik setelahnya terasa hening. Dalam keadaan terlanjur kacau, nyonya Kim kemudian menjerit histeris menyadari apa yang telah ia lakukan.

Saat itu adalah sebuah tragedi yang masih menancap dengan tajam di dada Chaewon hingga kini. Perasaan menakutkan itu yang tidak bisa terkendali dalam dirinya. Amarah yang membludak karena mereka melakukan itu tanpa peduli dengan Chaewon sama sekali yang berdiri di sana menyaksikan keduanya. Sejak kejadian itu, Chaewon merasa tak ada keadilan di dunia ini. Kehidupan barunya terlalu sulit untuk ia terima.

Sungkyu pergi entah kemana setelahnya. Sementara Ibunya yang gila, apa bedanya dengan hidup sebatangkara? Chaewon yang tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini untuk bersandar seperti telah kecewa dengan takdir yang membawanya. Ia seperti kehilangan arah tujuan untuk melanjutkan kehidupan.

Hingga saat itu, saat semua sehancur itu, ada seorang anak laki-laki yang masih bisa tersenyum kepadanya menawarkan pertolongan kecil di salah satu luka fisiknya yang tidak seberapa. Miyawaki Sakura, lelaki yang memiliki nasib yang tak jauh berbeda dengannya itu ternyata masih bisa tersenyum dan menikmati kehidupan dengan caranya sendiri.

I Like You As Soon As I Hated YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang