"Karena sebagian rasa sakit hanya bisa disembuhkan oleh orang yang menyakiti."
***
Hyewon masuk ke dalam apartement dengan heran. Pasalnya, gorden yang terpasang untuk menutupi dinding kaca besar di kamar apartement biasanya akan terbuka di siang hari. Hyewon sedikit terlambat kembali ke apartement karena ternyata urusannya masih terlalu banyak untuk diselesaikan.Hyewon kembali mengernyit karena ia mendapati pintu kamar Eunbi yang terbuka. Hari ini adalah jadwal Eunbi harus kuliah, jadi ia mengira gadis itu tidak ada di dalam apartement.
"Eunbi-ah," panggil Hyewon sambil berjalan mendekat ke arah kamar. Namun betapa terkejutnya dirinya melihat pemandangan di hadapannya. Kamar Eunbi berantakan. Dari alat make up, peralatan kuliah, sampai vigura dan vas bunga. Semuanya pecah berceceran di lantai. Yang lebih mengejutkan, ada bercak darah yang menetes di lantai kamar Eunbi.
Hyewon mengedarkan pandangannya dan menemukan Eunbi di sisi ranjang, tengah memeluk lututnya sambil menatap ke lantai dengan pandangan kosong. Pecahan vas bunga tergeletak di hadapannya, masih menyisakan bercak darah yang belum mengering di setiap ujung-ujungnyanya yang runcing.
"Ada apa ini!?" tanya Hyewon cepat sambil mendekat setelah menemukan Eunbi. Ia memandang Eunbi dengan tatapan terkejut, apalagi melihat vas bunga yang menempel banyak darah di hadapannya. Hyewon segera memeriksa lengan dan tubuh Eunbi, khawatir ada goresan di sana yang membuat Eunbi terluka. Tapi ia tak menemukan apapun. Eunbi tidak terluka sedikit pun.
"Apa yang terjadi, Eunbi-ah!?" Hyewon mengguncang tubuh Eunbi yang masih tak menghiraukan kedatangannya.
Eunbi masih terdiam, ia bahkan tak melirik Hyewon sama sekali. Tubuhnya seperti hanya raga saja. Jiwanya kosong seolah telah hilang sejak beberapa waktu lalu."Eunbi...Kwon Eunbi!!!" Hyewon terus mengguncang bahu Eunbi. Ia ingin penjelasan atas semua yang terjadi, juga mengapa Eunbi menjadi seperti ini. Tapi melihat bagaimana kondisi Eunbi membuatnya tak bisa mendapatkan jawaban apapun.
"Kwon Eunbi! Tatap aku!" Hyewon menganggam wajah Eunbi dan mengarahkan agar menatap wajahnya. Muka Eunbi sangat suram dan pucat. Entah apa yang telah dilalui Eunbi, namun Hyewon mengerti Eunbi tengah mengalami depresi berat.
"Apa yang terjadi?" Kini Hyewon berbicara dengan pelan dan lembut setelah memastikan Eunbi menatap matanya. Namun bukannya menjawab, air mata Eunbi meluruh. Air mata itu mengalir di wajah datar Eunbi karena Eunbi tetap tak memberikan ekspresi apapun.
Tak ada tangisan, Air mata itu hanya meluruh sendiri tanpa pancingan yang berarti. Nyatanya Eunbi masih membeku dalam dirinya sendiri. Sesekali ia hanya melirik kosong ke udara, seperti kehilangan dirinya.Dengan sedikit gemetar, Hyewon akhirnya mengeluarkan ponselnya, berniat menelepon Nyonya Kwon, mama Eunbi. Bagaimana pun kondisi Eunbi saat ini sangat membutuhkan pengobatan dan ia harus meminta keputusan orangtuanya terlebih dahulu.Hyewon keluar kamar Eunbi sambil membawa pecahan kaca yang ada di hadapan Eunbi. Ia harus menjauhkan benda-benda itu karena Eunbi sedang dalam keadaan tidak stabil dan bisa saja melukai dirinya sendiri.
Sementara Eunbi kembali memeluk lututnya setelah Hyewon meninggalkannya. Eunbi tak bisa memikirkan apapun selain rasa muak yang teramat sangat memenuhi seluruh rongga tubuhnya. Rasanya pijakan pada kakinya di atas lantai seperti bukan kenyataan. Eunbi seperti di dalam sebuah mimpi buruk, ia ingin keluar secepatnya dari mimpi itu tapi entah mengapa ia tak lekas bangun. Maka dari itu Eunbi akan menunggunya. Ia akan menunggu dirinya sendiri yang tengah mendapatkan mimpi buruk segera bangun dari tidurnya.Hyewon kembali masuk setelah menelepon Nyonya Kwon. Ia menghampiri Eunbi yang masih dalam posisi yang sama.
"Eunbi-ah, kumohon katakan sesuatu," pinta Hyewon memegang tangan Eunbi. "Apa yang terjadi semalam?"Hening. Hyewon mengacak rambutnya frustasi. Eunbi tak mau menjawabnya. Sebesar apa kejadian yang dialami Eunbi sampai gadis itu benar-benar mengalami trauma sebesar ini?
Hyewon akhirnya ikut terduduk di depan Eunbi sambil menyandarkan punggungnya pada lemari pakaian. Ia hanya dapat menatap iba kepada Eunbi. Inilah yang sejak dulu ia takutkan akan dialami Eunbi ketika ia depresi karena kematian Yuna. Eunbi telah melewati itu semua dengan baik meski tak mudah. Tapi kini apa? Eunbi benar-benar mengalami depresi berat entah dipicu karena apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like You As Soon As I Hated You
FanficWhen winter freezes the oceans, the girl came with warmth in her arms.When summer comes to drop the leaves, the girl came with coolness to the rays of her eyes. But strangely enough, she was created to be an enemy. Notes: ➜ This is a work of fictio...