"All broken lives are always related to past experiences. So, consider today so that your future does not always return to this moment."
***
Sakura menyandarkan punggungnya pada sofa yang sudah setengah jam ia duduki. Ia menatap dengan iba layar komputer di depannya, kemudian menyentuh dahinya dan menyingkirkan beberapa helai rambutnya yang menutupi mata. Pikirannya melayang.
Satu email masuk yang tengah ia buka di layar komputer, menunjukan sederet kalimat yang tidak ia harapkan. Orang yang diutusnya untuk mencari keberadaan Ibunya Minju mengatakan bahwa wanita yang dicarinya telah meninggal satu tahun yang lalu. Sudah satu bulan ia menunggu kabar ini, tapi kini ia berharap tak akan mendengar kabar ini sama sekali.
Setelah semua kesakitan yang Minju miliki, kini Sakura harus menambahkan luka dalam hati Minju dengan berita semacam ini? Sakura mengerti bagaimana rasanya kehilangan. Sangat mengerti karena telah terlatih untuk merasakannya selama beberapa tahun hidupnya. Ia telah belajar menahan semua itu untuk tidak terlihat. Rasa sakitnya ditinggalkan setelah dikhianati.
Setelah kejadian itu, Sakura tidak bisa hidup seperti sedia kala. Baginya, semua telah terlanjur berubah dan tak akan bisa dikembalikan. Semuanya akan terasa pahit jika diawali dengan luka yang masih membekas. Membayangkan Minju akan merasakan hal yang sama, Sakura tidak sanggup melihatnya. Ia juga merasa sakit jika melihat gadis yang dicintainya terus membendung luka hati yang tak pernah habis.
Seolah seluruh hidupnya akan terus mendapatkan kepahitan. Seolah sisa hidupnya juga akan dihiasi dengan berbagai derita. Sakura terus menatap sebuah bar email yang menampilkan alamat pemakanan Nyonya Kim, Ibu Minju. Terletak di Jeju.
Sakura tidak tahu bagaimana ia akan mengatakannya terhadap Minju. Harapan bertemu dengan Ibunya adalah satu-satunya alasan Minju masih bisa bertahan sampai sekarang menjalani kehidupannya yang serba sulit. Minju mendapatkan beasiswa di Universitas karena otak pintarnya. Tapi biaya hidup yang ia jalani di kota Seoul tentu tidak akan cukup jika ia tidak bekerja mati-matian. Gadis itu selalu menolak bantuan dari Sakura. Hanya satu yang ia setujui, mencari keberadaan Ibunya.
Dengan kekuasaan yang dimiliki keluarga Sakura, tentu saja Minju bisa memanfaatkan kelebihan Sakura tersebut. Sakura masih cukup tenang karena setidaknya gadis itu masih memiliki ambisi untuk mendapatkan sesuatu dari Sakura, maka Sakura akan menerimanya dengan senang hati. Ia lebih tidak menyukai jika Minju hanya mengabaikannya dan hidup kesulitan dengan menolak semua yang Sakura tawarkan.
Sakura memutar kursi yang ia duduki, mencoba berpikir tentang langkah selanjutnya untuk menangani segala hal yang berkecamuk di pikirannya. Mencoba mencari cara bagaimana agar dirinya tak sebersalah ini membayangkan Minju akan tahu berita yang akan ia sampaikan. Mungkin Sakura akan merahasiakannya sementara waktu, demi gadis itu. Demi senyuman yang masih tersisa di wajah cantiknya.
Sakura menengadah sambil menyenderkan bahunya di punggung kursi. Langit-langit kamarnya masih sama sejak bertahun-tahun lalu ketika ibunya masih ada. Sakura kecil meminta langit-langit kamarnya diberi sekotak kaca, agar ia bisa melihat langit yang sesunggunya di malam hari. Hanya saja, kaca itu kini tertutup. Ia sengaja menutupnya, karena entah mengapa, hujan yang datang di musim ini membuatnya tak nyaman. Beberapa petir di musim hujan yang melesat ke dalam kamarnya membuatnya ketakutan.
Ia mengerti ini hanya masalah jiwanya, namun apa yang bisa Sakura perbuat selain menghadapinya. Maka dari itu Sakura jarang pulang ke rumah, karena ia lebih nyaman berada jauh dari tempat-tempat yang membuat hatinya kembali tak mudah.
Satu notifikasi mengalihkan perhatian Sakura di bar atas ponselnya. Ia membukanya. Tertera pengirim pesan dari Yena. Yena mengirimnya sebuah foto, Sebuah foto yang tidak begitu jelas menampakkan sebuah bar minuman dengan seorang gadis berambut panjang bergelombang, diwarnai putih di bagian bawahnya. Ia terlihat sibuk dengan minuman yang tengah ia tuangkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/285667331-288-k120580.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like You As Soon As I Hated You
FanfictionWhen winter freezes the oceans, the girl came with warmth in her arms.When summer comes to drop the leaves, the girl came with coolness to the rays of her eyes. But strangely enough, she was created to be an enemy. Notes: ➜ This is a work of fictio...