Chapter 33

94 26 1
                                    

"Apakah perasaan itu mulai tumbuh? Atau hanya sekedar delusi?"

***

Dua hari setelah Sakura dilarikan ke klinik  Dr. Nam . Ia mendapatkan jahitan di luka tusuk yang menembus ke dalam perutnya. Beruntung, luka itu tidak terlalu dalam hingga Sakura tidak harus melakukan operasi besar, atau peluang terburuknya mungkin ancaman nyawanya yang bisa saja tidak terselamatkan.

Kini Yena berdiri di samping ranjang Sakura. Ia menatap lelaki itu yang masih menutup matanya rapat. Meski Dr. Nam mengatakan bahwa luka tusukan itu tidak terlalu parah, namun Sakura belum kembali sadar dari lelapnya. Kejadian seperti ini terulang lagi. Sakura sempat tidak sadarkan diri seperti ini meski seharusnya tubuhnya baik-baik saja ketika ia mengalami kecelakaan motor tepat di hari kematian Minju.

Dr. Nam memanggil Yena hari ini bukan tanpa alasan. Biasanya, dokter Nam tidak pernah meminta sesuatu pun darinya karena mereka tidak terlalu dekat. Tapi kepeduliannya yang kini ia tunjukan karena keponakan satu-satunya itu mungkin membuatnya merasa khawatir.

"Aku sangat dekat dengan Sakura karena aku tahu seberapa besar kesulitannya sejak ayah dan ibunya memutuskan bercerai. Anak itu yang tiba-tiba berubah menjadi pendiam waktu itu membuatku banyak sekali berpikir bagaimana perasaan yang tengah ia pendam. Apa ia kesulitan, apa ia ketakutan, atau hancur? Anak itu tidak pernah menunjukannya kepada siapapun. Aku rasa ia menyembunyikan semuanya dengan sangat rapi," ucap Dr. Nam ikut memandang Sakura yang masih terbaring. Ia berdiri di samping Yena sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kau pasti lebih mengenal Sakura lebih dari yang aku tahu Yena-ssi, karena kau teman terdekatnya yang masih bertahan hingga sekarang," kata Dr. Nam memandang Yena sekilas, sebelum akhirnya kembali memandang Sakura yang masih terbaring tak sadarkan diri. Mungkin lelaki itu juga bisa mendengar percakapan mereka.

"Aku tidak tahu apakah aku benar-benar mempengaruhi hal positif padanya selama ini," ucap Yena tertawa masam. Ia sadar, meski ia dekat dengan Sakura, bukan berarti ia menciptakan sisi positif pada diri lelaki itu selama ini, karena sudah terhitung berapa banyak hal-hal negatif yang sampai kini masih dilakukan oleh Sakura karena dirinya.

"Benar. Kau memang banyak memberikan pengaruh buruk bagi Sakura. Kau ingat? Kau mengajarinya merokok waktu itu. Kau juga membuatnya memiliki candu kepada alkohol bahkan sebelum umur kalian melampaui batas legal. Kau menjadi role modelnya untuk urusan berkelahi. Kurasa waktu itu aku hampir menyerah untuk mengawasi kalian. Jika bukan karena rasa peduliku kepada ponakanku sendiri, aku mungkin sudah menelantarkannya sejak lama," kata Dr. Nam terkekeh.

"Tapi kau perlu tahu Yena-ssi, mungkin juga jika bukan karena dirimu yang bersedia menemaninya di waktu itu..., Aku tidak tahu apakah Sakura akan lebih baik dari ini," kata Dr. Nam tersenyum tulus ke arah Yena.

"Paman, kau ingin tahu akan sesuatu?" tanya Yena mencoba menebak. Pasalnya, tidak mungkin Dr. Nam menyuruhnya datang hanya karena ingin bernostalgia tentang pertemanannya dengan Sakura.
Dr. Nam menggaruk alisnya yang tidak gatal. Mereka memang terlalu banyak berbasa-basi. Seharusnya Dr. Nam mengingat jika ia memiliki jadwal yang padat di Minggu terakhir ini.

"Aku memang ingin menanyakan sesuatu padamu," kata Dr. Nam melangkah dan memilih duduk di sofa. Yena mengikutinya, sadar jika Dr. Nam ingin berbicara serius dengannya.

"Penikaman yang terjadi pada Sakura jelas bukan main-main." Dr. Nam mulai merubah garis raut wajahnya dan memandang Yena yang terduduk di sebelahnya.

"Aku paham. Maka dari itu Sakura meminta untuk dibawa ke sini alih-alih ke rumah sakit. Jika itu terjadi, mereka bisa berakhir di persidangan karena kasus percobaan pembunuhan atau KDRT," ucap Yena yang disetujui anggukan oleh Dr. Nam.

I Like You As Soon As I Hated YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang