Chapter 40 (END)

206 25 13
                                    

"Seperti musim dingin yang membekukan danau, seperti musim panas yang membuat daun berguguran. Karena cinta tak membutuhkan kapan dan bagaimana ia akan bertahan."

***

Ketika musim dingin datang di penghujung tahun seperti ini, rasanya seluruh kota menjadi tenang dan damai. Sebagian orang tentu akan memilih menghangatkan diri di dalam rumah mereka sendiri, dan sebagian yang lain? Mungkin akan seperti beberapa gadis di dalam sebuah club itu yang justru mengadakan pesta.

Di dalam club itu, rasa dingin bisa tersamarkan dengan tegukan bir atau minuman alkohol lainnya yang akan menghangatkan tubuh. Beberapa wanita berwajah eropa juga lebih menyukai menggerakkan tubuh mereka di tengah-tengah ruangan mengikuti alunan musik barat yang melantun dengan suara musik nyaring.

Club malam yang terletak di sekitar wilayah pusat kota Paris. Club besar itu mengadakan pesta tahunan yang selalu diadakan setiap tiba musim dingin di bulan Desember. Acara itu adalah acara yang cukup terkenal bagi warga kota Paris, sehingga mereka pun akan sangat antusias untuk meramaikannya.

Bagi Jihyo, mengunjungi Club itu setiap tahunnya adalah kewajiban baginya. Karena sudah menjadi kebiasaan, Jihyo tidak mau melewatkannya barang satu kalipun. Kali ini ia membawa Eunbi ke dalam pesta itu karena Jihyo tahu persis bahwa Eunbi sesekali butuh hiburan untuk menghilangkan stress.

Lagipula Eunbi adalah gadis yang lumayan sering berada di Club waktu ia masih di Korea Selatan, jadi Jihyo merasa gadis itu pasti merindukan hingar bingar dunia malam seperti ini yang sudah jarang ia kunjungi.

"Aku tidak percaya kau sudah memiliki satu anak dengan kepribadianmu yang seperti itu," kata Eunbi menyahut kepada Jihyo yang baru saja datang dari tengah lantai dansa. Jihyo membalas Eunbi dengan cengiran lebar.

"Aku masih harus menikmati hidup selagi suamiku tidak melihatnya. Mana bisa aku datang ke sini jika bukan karena pesta," kata Jihyo yang meraih Mocktail yang berada di atas bar, lalu meneguknya dengan mata berbinar senang.

"Terbaik!" katanya sambil menatap gelas kosong yang baru saja tandas.
Eunbi berdecak, "lagipula itu bukan alkohol," katanya memutar bola matanya malas, membuat Jihyo kembali terkekeh pelan.

"Aku menemanimu. Kau tidak minum alkohol, aku juga akan mengikuti aturan hidup sehat milikmu," ujar Jihyo.

Apa yang dikatakan Jihyo membuat Eunbi tersenyum miris. Ia mengangkat tangannya dan menyentuh dadanya yang sering sakit tanpa sebab. Eunbi yakin sebenarnya ia memiliki penyakit jantung atau sejenisnya yang membuatnya juga tidak bisa toleran dengan alkohol.

Jika memang ia memiliki penyakit, kenapa tidak terdeteksi dengan jelas? Padahal jikapun itu memang benar bahwa ia sakit, maka Eunbi akan menerimanya dengan lapang dada.

Memiliki waktu hidup yang singkat akan membuatnya justru bisa menjalani kehidupan dengan lebih bermakna di sisa akhir waktu yang ada. Eunbi rela jika skenario Tuhan akan berjalan demikian.

"Apa itu sakit lagi?" tanya Jihyo ketika melihat gelagat Eunbi. Ia juga merasa bersalah karena membuat Eunbi menjadi sedikit murung karena perkataannya. Namun Eunbi menggeleng dan tersenyum samar.

"Kau tidak boleh murung begitu di dalam pesta semeriah ini, Eunbi-ah. Itu tidak sopan namanya," kata Jihyo berdecak.

"Kurasa kau perlu menari juga untuk membuang suntuk." Jihyo menarik Eunbi ke arah lantai dansa, membuat Eunbi terkejut dan tertarik secara paksa ke tengah kerumunan. Eunbi menatap Jihyo dengan mata melebar berusaha menolak.

"Ayolaahhh. Kau mantan center cheerleaders, cepat tunjukan kemampuanmu," kata Jihyo, kemudian menggerakkan tubuhnya sendiri menggoda Eunbi sambil terkikik geli. Ia meliuk-liukkan badannya dan berputar mengitari Eunbi sambil mengibas-ngibaskan rambut Eunbi.

I Like You As Soon As I Hated YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang