4. Eclipse

23.4K 3.2K 29
                                    

Kemeja merah berlengan panjang dengan aksen dasi pita hitam, celana kulot hitam dan sepatu flat hitam, dan Aluna tidak lupa untuk membiarkan rambut sebahunya di gerai bebas. Menurut Aluna pakaiannya pagi ini sudah sesuai dengan kunjungan kerja yang dilaksanakan. Tidak berlebihan dan cukup elegan.

Aluna hampir menghabiskan setengah jam waktunya untuk mencari baju yang menurutnya menarik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aluna hampir menghabiskan setengah jam waktunya untuk mencari baju yang menurutnya menarik. Bukan kunjungan lapangan yang jadi masalah, tapi dengan siapa Aluna berangkat. Tentu Aluna tidak mau terlihat dandan berlebihan di depan Langit, dan dia juga tidak mau terlihat menyedihkan di mata Langit. Mengingat penolakannya baru beberapa hari yang lalu.

Semesta memang kejam. Dia suka mempermainkan hati tanpa pandang suasana dan waktu. Seandainya penolakan itu sudah berlalu sebulan yang lalu, Aluna tidak akan secanggung ini. Dan rasa sakitnya sudah mulai memudar. Lah, kenapa harus sekarang momen mereka pergi berdua? Di saat Aluna masih mengingat dengan detail semua kata- kata penolakan dari Langit. Bahkan kaktusnya saja belum layu.

Seharusnya Aluna senang bisa memiliki waktu panjang berduaan dengan Langit. Tapi tidak dengan sekarang, Aluna malah ingin menghilang ke belahan dunia manapun, asalkan tidak di atas sepeda motor sport merah milik Langit. Kalau saja mereka mengendarai mobil, Aluna masih bisa menjaga jarak dengan Langit. Sepeda motor berperan penting membuat jarak mereka hanya 5 cm, apalagi jenis sepeda motor sport milik Langit memiliki space tempat boncengan yang cukup kecil dan sedikit tidak nyaman.

Seperti dugaan Aluna, sepanjang jalan hanya hening dan suara angin yang menguasai. Kalau saja sepeda motor Langit bisa bicara, sudah sejak tadi sepeda motor itu menertawakan keduanya yang seperti orang tidak saling mengenal. Aluna bahkan tidak tahu mereka ada dimana dan sudah berapa lama waktu berlalu. Yang dia lihat hanya pepohonan di sepanjang jalan yang cukup gersang. Bersyukur hari ini tidak terlalu terik, jadi menaiki sepeda motor bukan tantangan besar bagi mereka dengan cuaca yang bersahabat.

Oke, cuaca memang tidak terik, tapi hanya beberapa saat cuaca mendukung perjalanan mereka. Sampai akhirnya mendung menemani perjalanan membosankan ini. Dan si mendung akhirnya memuntahkan airnya dari langit, yang perlahan turun menjadi gerimis yang menebal di menit- menit selanjutnya.

Ah, sial, semesta memang sedang bekerja sama untuk mempermainkan Aluna dan Langit. Perjalanan yang semula mulus tiba- tiba menyebalkan karena hempasan air hujan yang semakin deras. Jika dilanjutkan mereka bakalan basah kuyup.

Langit memacu motornya dengan kecepatan tinggi di tengah hujan, dan tanpa sadar Aluna yang ketakutan memegang sisi jaket sebelah pinggang Langit. Ah, Aluna harus berpegangan bukan? Kalau- kalau terjadi sesuatu, Aluna masih bisa bertahan.

"Sial," umpat Langit saat hujan seperti mengamuk.

Aluna tidak tahu umpatan itu di tujukan pada siapa? Pada dirinya kah? Hujankah? Atau perjalanan yang membosankan ini?

Tidak mau lebih basah kuyup lagi, Langit berbelok ke arah rumah tua di pinggir jalan. Setelah memarkirkan motornya, barulah mereka sadar, ini bukan rumah tua biasa.

Infinity Eclipse {Sudah Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang