Seperti dugaan Aluna. Pagi ini Helios sangat sibuk berbincang dengan Alardo- penasehat kerajaan dan Gwyn. Sementara Aluna Cuma bisa duduk diam di kursi tamu yang tak jauh dari meja kerja Putra Mahkota. Sedikit banyaknya Aluna tahu apa isi pembicaraan mereka.
Altair sudah berhasil menghasut klan Zesti dan Pluvia untuk menandatangani petisi pelengseran Putri Mahkota. Strateginya memang cerdik, mengincar klan- klan terkuat. Sementara Marava masih abu- abu berkat Alardo yang meyakinkan para petinggi klan itu. satu- satunya klan yang masih netral adalah Nix.
Diantara semua klan, Nix memang paling lemah dari segi ekonomi dan politiknya. Daerah yang dipenuhi salju sepanjang waktu membuat mereka tidak berkembang selama 10 tahun terakhir ini. Tapi diantara semua klan, Nix lah yang paling banyak populasinya. Karena itu, strategi yang dirancang Helios adalah mendekati petinggi di Nix dan mengajaknya untuk mendukung Putri Mahkota.
Suatu saat nanti, ketika Helios naik takhta dia juga butuh dukungan dari setiap klan untuk memperkuat kekuasaannya. Jika di biarkan seperti ini, Helios bisa kehilangan diantara salah satu yang dia pertahankan, dukungan para klan atau Putri Mahkota terpilih. Dan Helios tidak mau melepas siapapun.
Aluna melihat Helios mengambil mantelnya dan hendak pergi.
"Aku ikut," ucap Aluna yang langsung berdiri saat ketiga orang itu hampir meninggalkannya di ruangan.
Semuanya saling bertukar pandang. Mereka pasti ragu membawa Aluna ke daerah sedingin Nix. Dan ini bukan study tour, tapi perundingan.
"Tetap disini," ucap Helios.
"Aku nggak akan nyusahin dan berulah disana," kilah Aluna.
Alardo dan Gwynpun meninggalkan ruangan saat melihat Helios menghela nafas dengan berat.
"Bukan masalah menyusahkan, ini perundingan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi disana. Dan kamu, siapa tahu ada yang mengincarmu dan membuatmu terluka."
"Aku percaya kamu, selama ada kamu aku nggak akan terluka," Aluna bersikukuh ingin ikut.
"Aluna, sepertinya kamu belum paham situasinya. Di luar sana, beberapa klan membentuk aliansi untuk menurunkan kamu. Siapa tahu mereka membuat perangkap untuk melukaimu. Mereka menginginkan kamu. Jadi, tetap berdiam diri di istana. Ini tempat paling aman," Helios hendak pergi tapi Aluna mencengkram tangan Helios untuk mencegahnya melangkah lebih jauh lagi.
"Justru karena ini demi aku, makanya aku harus ikut. Aku Cuma ingin menunjukkan pada klan Nix, kalau aku pantas menjadi Putri Mahkota."
"Gimana mereka bisa percaya kalau aku Cuma bisa duduk diam di istana?"
Helios mendesah pelan, sepertinya dia harus mengalah. Lalu dia mengangguk pasrah.
Seharusnya Aluna tersenyum setelah mendapat izin yang susah payah dia terima. Tapi wajah itu tetap datar, Aluna punya alasan lain yang membuatnya harus ikut ke Nix.
🌜🌞🌛
Aluna memeluk tubuhnya sendiri, meskipun sudah memakai mantel tebal, Nix tetap membuatnya ingin mengumpat. Tempat ini tidak main- main. Sejak dulu Aluna sangat ingin menyentuh salju. Namun, saat salju berada di depan matanya, yang bisa dia lakukan hanya berkurung di kamarnya dalam kastil yang katanya terbaik di Nix dan melihat salju- salju itu turun tidak berhenti dari jendela kamarnya dilantai tiga.
"Kulit klan Nix kayaknya setebal badak, bisa- bisanya berkeliaran dengan pakaian setipis itu," Aluna melihat beberapa orang yang lalu lalang dengan pakaian serba putih yang normal, tanpa mantel maupun jaket bulu- bulu. Bahkan ada gadis yang memakai gaun berlengan pendek selutut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity Eclipse {Sudah Terbit}
FantasySeingat Aluna, dia cuma duduk manis di Eclipse The Coffee Shop sembari menghabiskan matcha lattenya. Tapi Gerhana matahari total yang bisa dia lihat dari jendela cafe mengubah seluruh hidupnya. Setelah keluar dari cafe itu, Aluna berada di dunia yan...