Butuh waktu cukup lama untuk menemukan cafe ini. Aluna dan Langit hampir berjalam satu jam lebih di bawah guyuran hujan. Mantel memang membantu mereka menghalau air hujan, tapi bukan berarti bisa menghilangkan rasa dingin. Aluna sampai menggigil. Dia ingin menyerah kalau saja cafe ini tidak di temukan di detik- detik terakhir.
Cafe tempat mereka pertama kali datang kedunia ini ternyata terletak di pinggiran Pluvia. Hampir berbatasan dengan daerah Nix. Karena itu, butuh waktu untuk menemukannya.
Setelah menginjak teras cafe, mereka baru tahu kalau tempat ini Cuma rumah tua yang tak berpenghuni. Rumah dari kayu yang memiliki banyak sawang disana- sini. Berbanding terbalik dengan cafe eclipse di dunia mereka. Aluna dan Langit sempat ragu kalau ini tempat pertama kali mereka menginjakkan kaki di dunia ini. tapi posisi rumah tua ini sama persis dengan cafe eclipse, berada di pinggir jalan tapi kiri- kanannya penuh pepohonan. Dan hanya satu- satunya rumah yang ada disini.
Dengan langkah hati- hati mereka memasuki rumah tua. Di pintunya tidak ada tulisan Eclipse The Coffe Shop. Tapi bentuk pintunya sama persis. Terbuat dari kayu dan hanya di pernis, bedanya pintu ini sedikit lusuh.
Setelah berada di dalam, Aluna dan Langit saling tukar pandang. Isinya juga sangat berbeda 180 derajat. Kalau cafe itu di hiasi properti kayu dan pencahayaan ruang yang hangat, ditambah lagi lagu jazz yang menambah kesan cozy. Rumah ini gelap dan pengap. Hanya ada empat kursi kayu yang sudah rusak di makan rayap di tengah ruangan dan sebuah meja di tengah kursi- kursi itu.
Jendela- jendelanya tertutup rapat, namun beberapa kayunya sudah berlubang sehingga seberkas cahaya matahari menelusuk masuk dari celah- celah itu. Tidak ada penerangan, hanya mengandalkan cahaya matahari dari celah jendela. Bau lembab dimana- mana, bahkan di beberapa bagian sudut rumah di tumbuhi lumut hijau. Sarang laba- laba dan debu bercampur aduk.
Aluna dan Langit bahkan tidak percaya ini. Mereka sempat ragu. Bisa saja mereka salah tempat. Namun, Aluna mencoba memastikannya dengan cara mencari toilet. Kalau memang ini tempat yang sama, posisi toilet tidak akan berubah. Ternyata benar, letak toiletnya sama persis dengan Eclipse The Coffe Shop. Hanya saja, bentuk kamar mandinya sangat tidak manusiawi. Lantai berlumut, cermin wastafel yang pecah dan WC yang sudah di tumbuhi lumut. Menjijikkan.
"So, ini tempat kita berpindah dimensi?" ujar Langit dengan wajah sedikit ragu.
Aluna mengangguk pasti. "Aku yakin, di salah satu sudut tempat ini. Atau salah satu ruangannya, punya portal yang membawa kita masuk ke dunia ini." Aluna menjelaskan pendapatnya. Dalam bayangannya, sesuatu di tempat ini pasti mempunyai pengaruh besar untuk perpindahan dimensi yang mereka alami.
"Tapi dimana? Jangan bilang di toilet," jawab Langit dengan wajah jijik. Tentu dia tidak mau masuk ke dalam toilet.
"Coba kita pikir ulang. Kita berdua makan di meja nomor 10, kita pesan minum. Terus aku masuk ke toilet sebentar, setelah keluar dari toilet kakak ngajak aku balik. Kita bayar ke kasir walaupun si kasir nggak kelihatan. Terakhir, kita keluar dari pintu cafe, semuanya udah berubah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity Eclipse {Sudah Terbit}
FantasySeingat Aluna, dia cuma duduk manis di Eclipse The Coffee Shop sembari menghabiskan matcha lattenya. Tapi Gerhana matahari total yang bisa dia lihat dari jendela cafe mengubah seluruh hidupnya. Setelah keluar dari cafe itu, Aluna berada di dunia yan...