16. Aludra

16.4K 2.4K 63
                                    

Aludra menghentikan langkahnya saat melihat di depan pagar rumahnya berdiri laki- laki bertubuh tegap. Kali ini dia memakai jubah abu- abu. Sejujurnya Aludra sangat merindukan kekasihnya itu. semenjak pesta ulangtahun Putra Mahkota tempo hari, mereka belum pernah bertemu kembali. Tapi Aludra tahu, sorot mata Putra Mahkota yang dia cintai itu sedang tidak bersahabat hari ini. Sedikit banyaknya Aludra sudah bisa membaca sifat laki- laki yang bertahun- tahun ada di hatinya itu.

Jadi, Aludra memustuskan untuk berhenti di tempatnya dan membiarkan Helios berjalan menuju kearahnya.

"Apa begitu menyenangkan bisa bercengkrama dengan laki- laki asing itu?" tanya Helios langsung tanpa basa- basi.

Seperti dugaan Aludra, mood Helios sedang tidak baik. Lebih bahaya lagi, Helios sedang cemburu. Sampai- sampai Helios menyebut Langit sebagai laki- laki asing.

"Apa kamu memata- mataiku?" tanya Aludra dengan wajah yang tegas. Setegas pertanyaannya. Ya, begitulah, di Eterio, Aludra satu- satunya perempuan yang berani memanggil Helios dengan kamu, dan berani menanyakan pertanyaan tajam. Karena dia tahu, Helios tidak semudah itu marah padanya.

"Bagaimana bisa disebut memata- matai, saat kamu bercanda dengan laki- laki di taman tebuka yang bisa dilihat semua orang?" wajah Helios benar- benar serius.

"Jadi, apa aku harus bertemu dengan dia diam- diam, di tempat tersembunyi?"

Helios mengeraskan rahangnya menahan emosi yang sudah mulai menguasai, "Kita jarang bertemu dan sekali bertemu malah memancing masalah," umpat Helios.

"Jadi, siapa yang memancing masalah? Aku, apa kamu?" Aludra semakin tidak sopan. Mungkin dia lupa sedang bicara dengan pewaris tahta negeri yang dia pijak saat ini.

"Segitu meyenangkannya bisa tertawa dengan laki- laki itu? sementara bertemu denganku kau malah menyulut perdebatan." Helios menyuarakan kekesalannya.

"Iya, lebih menyenangkan bertemu laki- laki yang bisa aku jumpai kapan saja. Di banding laki- laki yang untuk menemuinya saja harus hati- hati."

"Apa sekarang kamu jago menyindir?"

Aludra tertawa kecut, Cuma sebentar sebelum dia melanjutkan debatnya, "Aku tidak menyindir, hanya menyadarkan."

"Aludra, apa yang salah denganmu?"

"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang salah denganmu?" tanya Aludra balik, "untuk apa kamu cemburu?" desahnya pelan, "Apa aku tidak boleh berinteraksi dengan laki- laki lain selain dirimu?"

Helios diam sejenak, lalu menarik nafas untuk menetralkan emosi. Sengaja, supaya suaranya tidak lepas kendali dan berakhir membentak Aludra.

"Wajar aku cemburu, aku ini kekasihmu." Tegas Helios dalam satu tarikan nafas.

"Apa?" Aludra tertawa kecil lagi, "orang yang bahkan tidak berani mengenalkan aku pada orangtuanya mengaku sebagai kekasihnya."

"Apa sekarang kau meragukanku, Aludra?" tanya Helios penuh penekanan. Sebagai laki- laki, dia paling benci diragukan.

"Meragukan? Lebih dari itu." jujur Aludra. "Siapa yang tidak ragu? Saat semua orang mulai menceritakan tentang aku yang dipilih Putra Mahkota sebagai pasangan dansa di pesta ulangtahunnya. Setelah pesta selesai, kamu malah memintaku untuk menjaga jarak." Aludra mengeluarkan segala isi hatinya.

Iya, malam itu, di pesta ulangtahun Helios, Aludra sempat merasa menjadi wanita paling bahagia sedunia. Helios langsung yang memilihnya sebagai pasangan dansa di tengah-tengah wanita bangsawan yang mendambakan Putra Mahkota. Dengan kata lain, Helios terang- terangan menunjuk Aludra sebagai calon pendamping hidupnya kelak. Gosip tentang Aludra pun beredar kemana- mana dalam waktu singkat.

Infinity Eclipse {Sudah Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang