28. Queen

16.4K 2.6K 29
                                    

Aluna resah. Tentu saja, sudah pukul 11 malam tapi Matahari belum kembali. Biasanya laki- laki itu sudah ada di kamarnya pukul 8 dan tidur di sofa. Sekarang sudah lewat 3 jam. Sebentar lagi sudah masuk pertengahan malam.

Aluna berulang kali menelan ludahnya, ini satu alasan yang membuatnya ingin mengumpat Matahari. Sejak sore tadi, dia kehausan. Air minum dalam teko di kamar sudah habis. Dan tidak ada satu orangpun yang datang menawarkan minum untuknya. Memang para pelayan dilarang masuk ke kamar ini, demi menyembunyikan Aluna. Hanya dokter istana saja yang boleh masuk selain Gwyn tentunya.

Tapi, hari ini Gwyn tidak muncul sama sekali. Matahari juga pulang lama. Harus sampai kapan Aluna menahan dahaganya. Ayolah, ini bukan bulan Ramadhan.

Dengan kaki yang masih pincang, Aluna mencoba membuka pintu kamar yang tingginya sepuluh kali lipat dibanding tinggi badannya. Lalu dia mengintip lewat celah pintu yang terbuka, berharap melihat Gwyn di depan pintu. Dan dia bisa meminta segelas air.

Sayangnya, tidak ada siapapun disana.

Aluna malah tercengang melihat seberapa luas istana ini. Bangunan ini terlihat seperti lingkaran. Kamar Matahari berada di lantai dua. Aluna yang semakin penasaran, membuka pintu lebih lebar. Matanya langsung di sambut dengan lampu hias raksasa di tengah ruangan. Lantai itu menggantung sampai menyinari lantai satu di bawah sana.

Karena penasaran dan tidak ada satupun pengawal, Aluna memberanikan diri berjalan ke arah pembatas lantai dua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena penasaran dan tidak ada satupun pengawal, Aluna memberanikan diri berjalan ke arah pembatas lantai dua. Dia ingin melihat seperti apa lantai satu di bawah sana.

Mata Aluna tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Tepat di bawah sana, ada pola matahari berwarna merah di lantai satu. Setengah dari luasnya lapangan bola di kota Aluna tinggal dulu. Propertinya tidak main- main. Khas mediterania yang mewah. Aluna merasa seperti berada di negeri dongeng.

Pola lantai di bawah sana seperti menarik Aluna untuk turun kebawah. Meskipun kakinya masih sakit, Aluna mencoba menuruni tangga yang melingkar.

"Hitung- hitung latihan," guman Aluna saat menjejakkan kakinya di tangga.

"Hitung- hitung latihan," guman Aluna saat menjejakkan kakinya di tangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya di bawah sana. Aluna baru tahu seberapa luas istana ini, dia merasa seperti semut yang terjebak di dalam kolam renang. Seluas itu. lantai berpola matahari itupun lebih mengkilap jika di lihat dari dekat. Bahkan ada beberapa pemata warna merah di bagian sisi matahari.

Infinity Eclipse {Sudah Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang