"Racun?" tanya Aluna sambil melihat teh yang ada di genggamannya sekarang.
Dan Vella- guru etikanya mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaan Aluna. Aluna sempat bertanya kenapa setiap kali makanan terhidang, selalu saja para dayang mencicipi makanan mereka terlebih dahulu. Dan itulah jawaban Vella.
"Racun senjata utama di istana, Putri."
Aluna jadi melihat tehnya lagi dan ragu untuk meminumnya.
Tapi Vella malah tersenyum dengan tingkah lucu Aluna, "Tentu saja teh Putri aman. Dayang istana sudah mencicipinya tadi."
Vella selalu resah melihat Aluna, dia takut gadis sepolos ini tidak bisa bertahan di istana yang penuh senjata.
"Apa pernah keluarga kerajaan meninggal karena racun?" tanya Aluna penasaran. Tentu saja kisah Raja atau Ratu yang mati keracunan tidak akan di catat dalam sejarah.
"Ratu Avinda, Ratu Eterio ke-9, meninggal karena racun arsenik."
"Arsenik dalam jumlah sedikit tidak akan membuat target mati seketika. Tapi kalau di konsumsi rutin dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan hati yang berujung kematian."
"Siapa yang berani meracuni seorang Ratu?"
Yang Aluna tahu, menyentuh Ratu saja tidak bisa dilakukan sembarangan. Apalagi meracuninya.
"Selir Raja."
Hampir saja Aluna tersedak tehnya sendiri setelah mendengarnya. Ini lebih mengerikan dari cerita apapun yang pernah dia baca.
"Apa selir itu dihukum mati?"
Yang membuat Aluna tercengang adalah gelengan kepala Vella, "Tidak, Raja Eterio ke-9 sangat menyayangi selirnya. Titah Raja adalah mutlak. Keputusannya untuk tidak menjatuhi hukuman untuk selirnya tidak bisa dibantah."
Aluna menerawang kedepan, apa yang akan terjadi padanya kalau sudah menjadi Ratu nanti. Helios tidak mencintainya. Aluna tidak bisa tidak berpikiran buruk soal masa depannya.
"Tenang saja, Putri. Raja menerima ganjarannya. Dia dilengserkan dan langsung digantikan anaknya. Makanya Raja Veldo tercatat sebagai Raja termuda sepanjang sejarah."
Aluna ingat semua cerita tentang Raja Veldo, Raja ke-10 Eterio. Kenapa keturunan mereka semuanya berakhir tragis. Terlebih lagi Raja Veldo, Ibunya meninggal setelah diracuni selir. Beberapa tahun kemudian, dia harus bepisah dengan istrinya karena bukan keturunan Eterio dan dia mati muda tanpa memiliki keturunan. Ternyata di dunia ini masih ada yang lebih sial dibanding Aluna. Untungnya sejarah mencatatnya sebagai salah satu Raja terbaik meskipun Cuma memerintah dua tahun.
"Salam Hormat Yang Mulia Putri Mahkota," suara laki- laki yang muncul di hadapan Aluna sambil membungkuk itu menyentak lamunan Aluna. Seketika wajahnya berubah berbinar.
"Santai aja, lagian aku belum di nobatkan," ucap Aluna sambil berdiri menyambut tamunya itu.
Vella dan dayang lainpun mengerti Aluna butuh waktu untuk bercengkrama dengan teman yang sudah lama tidak dia jumpai itu, Gwyn.
"Kau kelihatan berbeda," Gwyn melihat Aluna dari atas sampai bawah dan ada ekspresi kagum di wajahnya.
Aluna masih memakai gaun berwarna coklat sebelum dia resmi bertunangan. Tapi gaun ini kualitas terbaik dan tidak main- main. Rambutnya juga di tata rapi. Cara duduk Aluna juga berubah lebih anggun, semua berkat bantuan Vella.
"Haruskah aku memanggilmu Putri?"
"Aluna aja," Aluna mencibir, "Aku merinding mendengar panggilan itu."
"Jadi, bagaimana kabarmu?" tanya Gwyn basa- basi.
"Seperti yang kau lihat," Aluna merentangkan tangannya, "Hidup di istana apa semewah ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity Eclipse {Sudah Terbit}
FantasySeingat Aluna, dia cuma duduk manis di Eclipse The Coffee Shop sembari menghabiskan matcha lattenya. Tapi Gerhana matahari total yang bisa dia lihat dari jendela cafe mengubah seluruh hidupnya. Setelah keluar dari cafe itu, Aluna berada di dunia yan...