14. Eterio Castle

16.9K 2.7K 18
                                    

Aluna sudah sering mendengar nama istana Eterio. Istana Kerajaan Eterio yang terletak di tengah wilayah Naevah. Satu- satunya wilayah yang memiliki empat musim berganti seperti di dunianya. Beruntungnya, saat Aluna mengunjungi istana ini bertepatan dengan musim semi. Membuat istana megah ini dihiasi pohon hijau dan bunga sakura yang indah.

Aluna tercengan melihat keindahan istana ini. Istana Kerajaan Eterio berdiri di atas bukit yang di bawahnya mengalir sungai indah. Untuk mendatangi tempat ini saja butuh usaha ekstra, namun terbayar dengan keindahannya.

Kastil yang menjulang tinggi, luas wilayah yang berhektar- hektar, pilar- pilar megah, pagar yang tinggi menjulang dan tentu saja penjagaan yang ketat. Itu yang membuat Aluna tetap berdiri di depan pintu gerbang belakang istana yang di jaga dua orang pengawal berjubah abu- abu. Yang Aluna yakini sebagai anggota ksatria kerajaan. Kedua orang tersebut bahkan membawa tombak di tangan kanannya dan pedang melingkar di pinggang mereka. Bagaimana Aluna bisa melewati dua orang ini?

"Ke istana Eterio jam 9 pagi, jangan lupa lewat gerbang belakang," ujar Matahari memberi saran.

"Gimana caranya aku bisa masuk?"bingung Aluna, karena dia tahu tidak sembarang orang bisa memasuki istana. Adena saja yang ayahnya bekerja di istana tidak leluasa keluar masuk istana.

"Sebut saja namaku," saran Matahari.

Aluna mengangguk pelan, 'tinggal sebut nama Matahari', batinnya. Dan dia melangkah maju.

"Mau kemana Nona?" tanya si pengawal pintu gerbang berjubah abu- abu.

"Saya mau ketemu teman di dalam sana," jawab Aluna mencoba sesantai yang dia bisa.

Kedua pengawal berjubah abu- abu ini saling pandang.

"Tidak sembarang orang bisa masuk ke istana Nona," jelas si jubah abu-abu yang satunya. Wajahnya terlihat lebih garang.

"Matahari," sebut Aluna.

"Apa?" tanya si pengawal bingung.

"Teman yang mau aku jumpai, namanya Matahari."

Dan kedua orang itu saling bertukar pandang. Saling mengernyitkan dahi dan kembali menatap Aluna.

"Nona, hati- hati menyebut kata Matahari di istana ini," si jubah abu- abu bermuka garang memberi peringatan.

Aluna jadi heran, dia tidak salah sebut, kan? Nama laki- laki itu memang Matahari. Apa Matahari itu kata- kata yang tabu untuk di ucapkan di istana?

"Tapi, namanya memang Matahari. Dia ksatria pedang. Orangnya tinggi banget, mukanya ganteng walaupun seram. Matanya abu- abu. Dan selalu pakai jubah abu- abu," Aluna mencoba mendeskripsikan Matahari. Siapa tahu mereka mengenalnya. Toh, jubah mereka abu- abu sama dengan yang Matahari pakai selama ini.

"Siapa?" suara seorang laki- laki yang mendatangi gerbang belakang.

Kedua pengawal itu membalikkan badan dan membungkuk memberi hormat pada laki- laki berpakaian abu- abu yang baru saja mendekati keduanya. Laki- laki itu tampan, sebelas dua belas dengan Langit. Dia memakai kemeja abu- abu, celana abu- abu dan ada bros berwarna abu- abu juga di kantung kemejanya. Rambutnya di sisir rapi menunjukkan jidat paripurnanya yang sempurna.

'Tuhan, kenapa manusia di dunia ini ganteng semua?" batin Aluna.

Dan si laki- laki itu langsung menatap Aluna. Kemudian memberinya senyum manis. Dia laki- laki yang cukup ramah, kira- kira itu first impression Aluna.

"Nona ini ingin memasuki istana dan bertemu dengan temannya, Tuan." Jawab si jubah abu- abu saat menyadari laki- laki itu menatap Aluna.

Tuan, itu artinya dia bukan orang sembarangan di istana ini. Dan Aluna harus berhati- hati, terutama ucapannya.

Infinity Eclipse {Sudah Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang