Satu jam, Aluna tidak melirik jam sama sekali, tapi dia yakin sudah menggulung diri di atas ranjangnya selama satu jam. Kemeja kerjanya belum di buka satu kancingpun. Name tag nya masih melekat di dada kanannya. Aluna tidak peduli apapun. Dia hanya bisa melampiaskan rasa sesak didadanya. Airmatanya hampir kering, hanya ada suara sesenggukan yang semakin menyesakkan dadanya.
Baru kali ini dia merasakan di tolak mentah-mentah, bahkan sebelum dia menyatakan cinta. Perempuan di belahan dunia manapun pasti setuju kalau sikap Langit keterlaluan. Sejak awal Aluna selalu berusaha menutupi perasaan, dia berniat menjadi penggemar rahasia sampai ada waktu yang tepat untuk mengatakan perasaannya. Namun, rencana itu gagal total saat Langit mengetahui perasaan Aluna padanya bahkan sebelum gadis itu mengucapkan langsung dari mulutnya.
Bagi perempuan, perasaan adalah anugrah yang harus di pendam, melalui bibir yang bungkam dan suara redam. Namun, jika ketahuan, rasanya seperti di permalukan di depan umum. Di tambah lagi penolakan yang secara terang- terangan. Wanita mana yang tidak terluka. Cleopatra saja pasti menangis jika di perlakukan seperti tadi.
Yang lebih miris, Aluna tidak di beri kesempatan untuk menarik hati Langit. Tidak di beri kesempatan untuk mendekati laki- laki itu. Dan tidak di beri kesempatan untuk mengenal satu sama lain.
Merasa seperti orang bodoh yang tidak memiliki harapan lagi. Aluna untuk pertama kalinya dalam satu jam terakhir berdiri dari ranjangnya. Berjalan lunglai ke kamar mandi dan langsung menuju wastafel. Aluna membasuh mukanya dengan air yang cukup dingin malam ini. Dia berharap air dingin itu bisa menghilangkan jejak airmatanya.
Tapi Aluna salah, setelah jejak airmatanya hilang, muncul lagi airmata baru. Entah kenapa airmatanya seolah tidak memiliki batas stock dan mengalir terus. Aluna benci airmatanya. Oh, tidak Aluna lebih benci lagi sosok bayangannya di cermin wastafel yang terlihat lemah.
"Dasar perempuan bodoh," rutuk Aluna pada bayangan gadis yang rapuh di cermin wastafel.
Matanya sayu dan sembab. Hidungnya memerah seperti kedua pipinya. Rambut Aluna acak- acakan. Sungguh pemandangan yang tidak sedap di lihat. Serapuh itu kah dia hanya karena penolakan?
Entah kerasyukan setan apa, Aluna menyambar gunting di dekat wastafel. Tanpa ancang- ancang, dia langsung memotong rambutnya. Cukup pendek sampai tinggal sebahu. Potongan rambutnya berjatuhan ke lantai bersamaan dengan airmatanya. Terserah apa kata orang- orang nanti. Aluna pernah membaca artikel, katanya untuk melupakan seseorang, bisa dengan cara memotong rambut. Dengan begitu semua kenangan dan rasa hilang bersamaan dengan potongan rambut yang di buang. Semoga saja.
Puas dengan tampilan rambut sebahunya. mata Aluna menjurus ke arah lehernya. Tepat pada kalung yang menggantung indah di leher Aluna. Kalung berliontin matahari dan bulan sabit yang melekat. Berhiaskan berlian- berlian kecil yang kemilau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity Eclipse {Sudah Terbit}
FantasySeingat Aluna, dia cuma duduk manis di Eclipse The Coffee Shop sembari menghabiskan matcha lattenya. Tapi Gerhana matahari total yang bisa dia lihat dari jendela cafe mengubah seluruh hidupnya. Setelah keluar dari cafe itu, Aluna berada di dunia yan...