29. Labirin Mawar

16.3K 3K 93
                                    

Aluna menarik nafas lega saat keluar dari ruangan perjamuan Ratu. Seolah- olah baru lolos dari maut. Tapi masalah dia belum selesai malam ini, saat Aluna melihat laki- laki bertubuh tegap dan memakai pakaian merah dengan jubah merah yang melekat di punggungnya. Jubah itu bergambar matahari yang ada di pola lantai istana.

Aluna mendengus malas harus berhadapan dengan seorang pembohong.

"Aluna." Gumam Helios.

Dan Aluna mundur dua langkah ke belakang, seperti mencoba menghindari Helios. Bahkan dia tidak sudi melihat wajah tampan itu.

Tanpa aba- aba, Helios malah mengangkat Aluna. Membopongnya seperti pengantin baru yang manis. Namun, tentu saja Aluna tidak terima.

"Lepaskan, aku!" teriaknya pada Helios.

Tapi laki- laki itu menatapnya tajam, dan berkata. "Diam saja kalau kau tidak ingin pengawal menangkapmu."

Dan Aluna berakhir pasrah dalam gendongan Helios. Meskipun dalam hati Aluna sudah merangkai puluhan umpatan yang harus dia sampaikan secepatnya pada Helios.

🌜🌞🌛

Helios menurunkan Aluna di tengah labirin mawar. Membiarkan kaki Aluna menyentuh rumput yang lembab karena cuaca malam. Ternyata labirin ini jauh lebih indah jika di lihat pada malam hari. Cahaya rembulan yang menyeruak masuk dari celah- celah labirin menambah kesan indahnya dan damai di dalam sini.

 Cahaya rembulan yang menyeruak masuk dari celah- celah labirin menambah kesan indahnya dan damai di dalam sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Aluna tidak paham kenapa Helios membawanya kesini. Di jam segini.

"Kau bilang, kau ingin masuk ke labirin ini."

"Bukan malam- malam juga, dingin tauk!" Aluna memeluk dirinya sendiri dan mengelus pelan lengannya.

Helios melepas jubahnya, lalu melingkarkannya di tubuh Aluna. Sontak membuat Aluna melotot. Dia tahu apa arti jubah itu. warna merah dan motif matahari. Berarti jubah ini tidak boleh di kenakan sembarangan orang. Termasuk dirinya yang bahkan bukan bagian dari rakyat Eterio.

"Hei, apa- apaan ini?" Aluna hampir melepas jubah itu. tapi Helios mencegahnya dengan cara memperketat ikatannya.

"Kau bilang dingin, kan?"

"Tapi, ini milik..."

"Kau boleh memakainya. Aku mengizinkannya."

Aluna menyentuh ujung jubah yang terbuat dari sutra itu. wangi tubuh Helios melekat disana. Tidak bisa di pungkiri, selama mengenal laki- laki itu, Aluna menyukai aroma tubuhnya yang menenangkan. Tidak, bukan saatnya mengingat aroma tubuh Helios.

"Matahari?" Aluna berdecih, "Nama yang konyol," sambungnya dan memberikan tatapan tidak suka.

"Maafkan aku, Aluna."

"Tidak, aku yang salah. Menganggapmu sebagai ksatria pedang biasa yang mengabdiakan dirinya pada istana. Nyatanya, kamu pemilik istana ini."

"Haruskah aku memanggilmu, Yang Mulia?"

Infinity Eclipse {Sudah Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang