31|| With Situation

46 9 3
                                    

"Wah wah wah, besar juga nyali lo ya. Bisa-bisanya nguntitin kita dari awal berangkat sampe pengen pulang, lagi sibuk nyari informasi ya?" Tanya Winter pada orang itu.

Yujin yang tadinya tidak terlalu menyadari keberadaan penguntit itu, seketika dibuat ketar-ketir karena tiba-tiba saja si penguntit mengeluarkan satu pisau dan juga pistol dari balik jaket hitamnya.

"W-Winter, dia bawa pisau sama pistol," bisik Yujin dengan nada takut.

"Calm down, gue tau cara ngehadapin ini," tukas Winter.

"Ngajak tarung ya? Mm, karena gue lebih jago di bagian pistol jadi gue milih pisau, biar adil." Yujin sontak menoleh ke arah sepupunya itu dan menggeleng sekuat tenaga.

"Hitung-hitung ngetes kemampuan bela diri gue pake pisau," lanjut Winter.

Penguntit itu segera membuang pistol nya ke sembarang arah lalu berlari ke arah Winter dan mulai mencoba menyerang gadis itu.

Winter tersenyum miring, "seru nih."

Gadis itu pun ikut bergerak meladeni pertarungan itu. Menurut Winter, orang yang menguntit mereka ini punya gerakan yang cukup gesit bahkan tak sekali dua kali, Winter hampir terkena tusukan pisau dari orang itu.

Sementara Yujin, gadis itu tengah berjalan agak menjauh dari kedua orang itu. Dia tidak terlalu pandai bertarung, terlebih lagi dia tidak mau kena imbas dari pertarungan sengit itu.

"Akh! Sial!" Ringis Winter ketika pisau orang itu berhasil menggores tangannya.

Lukanya tak terlalu besar memang, tapi itu cukup untuk membuatnya meringis kesakitan sampai pertarungan selesai nanti. Gadis itu melanjutkan kembali pertarungan sengit itu, kali ini dia ingin balas sakit pada penguntit itu dengan melukai area lengannya.

Kejam memang, tapi yang namanya dendam juga mana kenal belas kasihan.

Winter menangkis semua serangan yang diberikan oleh orang itu, lalu mencari celah yang tepat agar ia bisa melukai orang itu.

Dan, gotcha. Dia berhasil.

Penguntit itu meringis kesakitan ketika merasakan sesuatu yang merembes keluar dari area lengannnya, segera saja dirinya ambruk ke tanah sambil memegang lengannyanya sendiri.

Winter yang sedari tadi fokus melihat pertarungan itu dibuat terkejut oleh luka yang dibuat Winter. Lukanya bukan main-main, panjang goresannya hampir membuat nya bergidik ngeri. Kejam sekali sepupunya itu.

Winter pun berjongkok lalu menundukkan kepala nya ke arah orang itu. "Well, itu balasan atas luka yang ada di tangan gue," ucap gadis itu lalu menyuntikkan obat bius.

Si penguntit tadi telah kehabisan kata-kata setelah mendengar kalimat itu, dia pun seketika pingsan tak berdaya.

"Terus gimana nih?" Tanya Yujin dari arah belakang Winter.

"Kita gak mungkin ngebiarin dia disini terus kan?" Lanjut Yujin.

Winter tampak berpikir sejenak lalu memiringkan kepalanya sedikit, "kita bawa dia."

Pupil mata Yujin membulat sempurna, "serius?"

"Iya lah, lagian kayak kata lo tadi. Gak mungkin kita ngebiarin dia disini, bisa-bisa kalau misalnya dia udah sadar dia pasti bakal bikin rencana buat balasin perbuatan gue. Jadi biar aman, kita harus bawa dia." Jelas Winter.

÷×÷

"Jadi kapan lo mau ketemu sama si Winter itu?" Tanya Jaehyuk pada Sunoo yang tengah sibuk mencari buku fisikanya.

"Besok, besokkan hari Sabtu."

"Lo udah janjian sama orangnya?" Tanya Heeseung.

"Oh, gue belum janjian sama orangnya."

COMPLETION [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang