32|| Liaison

36 9 1
                                    


"Udah bangun?" Tanya Winter pada orang yang tadi siang menguntitnya itu.

"Luka lo tadi udah gue obatin, jadi jangan banyak gerak dulu. Sekali
nya gerak, malah makin sakit."

Ngomong-ngomong sekarang Winter ada di markas, tempat dia biasanya ngumpul sama rekan-rekan kerjanya buat bahas kasus. Kebetulan banget markas itu lagi sepi, jadi Winter mutusin buat ngebawa penguntit itu kesitu.

Gadis itu kembali melanjutkan kegiatan nya tadi, membereskan beberapa alat P3K yang tadi ia gunakan. Sementara si penguntit itu tetap diam memperhatikan kegiatan gadis itu.

Setelah selesai dengan kegiatan berberes nya, Winter duduk di sebuah bangku lalu membuka laptop pribadinya dan juga membuka semua komputer yang ada di markas itu.

Dan di elektronik itulah, muncul semua hal yang diperlukan oleh Winter.

Mulai dari data koordinat, sistem pelacak yang tengah bekerja, beberapa folder file penting dan juga satu lagi yang paling penting sebuah peta yang ditandai oleh beberapa titik merah tempatnya.

Winter terlihat fokus memperhatikan titik merah yang sudah ia tandai itu, sambil mengemil snack yang tadi sempat ia beli.

"Hm, kayak nya udah semua tempat gue tandain, dan cuma kesisa satu tempat doang. Area terlarang itu."

Tiba-tiba saja, sistem pelacak yang sedang bekerja itu memperlihatkan sebuah titik koordinat merah di tempat yang disebutkan Winter tadi.

"Well, gimana pun juga tempat itu tempat yang paling bagus buat lenyapin nyawa," gumamnya.

Gadis itu pun memutar arah tubuhnya, menghadap ke arah orang yang sedari tadi terus memperhatikan nya.

"Coba lo liat ini, menurut lo kenapa Jay naruh banyak nyawa disana?" Tanya Winter sambil menunjuk ke arah titik koordinat itu.

Yang ditanya juga malah diam saja, yaampun ini orang gak mungkin bisu mendadak kan?

Winter menghela nafas pasrah, "gue harap lo bisa ngulang semua dari awal, berhenti sama pekerjaan lo itu dan balik gabung sama gue."

Gadis itu kemudian melempar sebuah arloji tua ke arah orang itu, beruntung arloji mendarat tepat di tangan sang penguntit. "Lo gak mungkin bisa jadi begini tanpa ada alasan sesuatu, dia pasti ngapa-ngapain lo." Ucap Winter.

Winter pun beranjak lalu berjongkok guna menyamai posisi wajahnya dengan si penguntit itu.

"Lo gak seharusnya ngebantuin dia. Lo ngebantuin orang yang salah, orang yang lo bantu itu adalah orang yang berusaha mengambil apa yang bukan haknya. Gue pikir, lo bisa keluar sendiri dari jebakan dia, tapi ternyata enggak, lo malah semakin jatuh sampai-sampai bingung harus kembali keluar atau tetap ngebiarin diri lo jatuh gitu aja."

Gadis itu pun menghirup nafas kasar, "gue tau lo udah dapet banyak dari hasil kegiatan lo selama ini, dari mulai nguntit Jay bahkan sampai ke gue sama Yujin, gue yakin lo pasti punya banyak informasi yang menarik buat dibagi, iya kan Kak Minho?"

÷×÷

Sunghoon membuka matanya pelan-pelan, penglihatannya yang samar-samar mulai terlihat jelas kembali.

Ah, entah sudah berapa kali dia pingsan lalu terbangun kemudian pingsan lagi, dia harap setelah ini dia tidak kembali pingsan.

Ini sudah hampir setidaknya hampir 6 hari dia disekap. Ya ampun, rasanya sesak sekali disini, panas pula, mungkin karena disini ventilasinya kurang kali ya.

"Bangun juga lo, gue kira udah mati."

Sunghoon mendongakkan kepalanya, "Jay?"

Lelaki yang baru saja datang itupun tersenyum miring. "Masih inget lo sama gue?" Tanyanya sembari melihat-lihat koleksi pistolnya.

COMPLETION [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang