E N A M B E L A S

62.2K 8.6K 1.3K
                                    

TYPO TANDAI!

VOTE SEBELUM BACA ✔

KOMEN✔ 🌚

BAGI YANG BELUM FOLLOW AKUN WP AUTHOR SILAHKAN SEKARANG JUGA FOLLOW!

HAPPY READING

🍁🍁🍁

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

"Berapa lama kalian melihatnya?!" Zayn duduk dikursi kerjanya. Dia bertanya pada Asisten dan sekretarisnya.

Derry dan Jeremy sontak langsung menelan salivanya dengan susah payah.

"Diam heh?!" Zayn tersenyum miring. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja.

"Maaf Tuan, kami tidak sengaja." Jawab Jeremy berusaha setenang mungkin. Walaupun wajahnya tetap datar sedatar tembok tapi hatinya sedang ketar-ketir dengan kaki yang seperti jelly.

Sedangkan Derry diam dalam pikirannya. Walaupun dalam keadaan mencekam seperti ini, dia masih sempat-sempatnya membayangkan kejadian tadi siang. Bayangan-bayangan bagaimana istri Bosnya berbaring dengan menggunakan baju yang cukup sexy serta paha putih yang terekspos itu selalu terngiang diotaknya. Tapi kemudian Derry menggelengkan kepala untuk menghilangkan pikiran itu. Jika Zayn tau apa yang dia pikirkan, mungkin sekarang dia hanya akan tinggal nama. Oh tentu Derry belum ingin mati, dia bahkan belum menikah dan memiliki anak.

"Saya tanya sekali lagi. Berapa lama kalian melihatnya!" ucap Zayn penuh penekanan. Dia menatap kedua bawahannya dengan tajam. Jeremy dan Derry semangkin menciut. Menurut mereka, Zayn sangat menyeramkan sangat berbeda jika pria itu bersama istrinya. Jika Istri bos mereka tau kalau Zayn semenyeramkan ini mungkin gadis itu juga akan takut seperti mereka, itulah kira-kira yang mereka berdua pikirkan.

"3 detik." ucap Derry dan Jeremy serempak. Mereka bedua dibuat was-was saat melihat senyum simrk diwajah Zayn. Firasat mereka mengatakan kalau sebentar lagi mereka akan mendapatkan kesialan.

"3 detik?... Berarti gaji kalian saya potong setengah selama 3 bulan. Dan tidak ada bantahan!"

Derry merosot kebawah. Padahal gaji bulan lalu baru saja dipotong Zayn dan sekarang 3 bulan kedepan gajinya kembali dipotong. Bisa bayangkan bagaimana dia akan menuntaskan hasratnya untuk bercinta dengan para jalang diclub malam yang biasa dia lakukan setelah gajian. Jika seperti ini, Juniornya akan mengecil karna tidak memasuki tempatnya. Bahkan mungkin Juniornya akan mengeriput akibat tidak diberi asupan.

Sudah Jeremy duga. Dari sekian banyaknya hukuman, selalu gaji sebagai sasaran. Untung saja Jeremy sudah terbiasa, 5 tahun dia bekerja dengan Zayn jadi dia sudah biasa. Ya dia sudah Biasa jadi tidak boleh sedih. Tapi kenapa hatinya tidak rela. Hiks.

"Baik bos.." ucap mereka lesu. Mereka pasrah, jika mereka membantah maka gaji mereka pasti akan dipotong lagi. Cukup patuh maka semuanya aman. Dihati mereka bersumpah untuk selalu menundukkan kepala jika bertemu istri bos mereka agar kejadian tadi tidak terulang kembali. Untung saja hanya 3 bulan, jika 1 tahun gaji mereka di potong maka mati saja ditempat!

🍁🍁🍁

"MAMA PAPA BILLONA PULANG....!" Teriakan Billona menggema sampai terdengar didapur. Zaline menutup telinganya karna teriakan Billona yang begitu indah sampai-sampai telinganya sakit dan berdengung.

Zaline memukul kepala Billona pelan. Tidak sopan memang tapi itulah Zaline.
"Bisa gak sih lo gak usah teriak ha! telinga gue sakit karna suara cempreng lo."

Billona cemberut tapi sedetik kemudian dia tersenyum saat melihat orang tua kesayangannya berjalan menuju mereka. Raina, ibu dari Billona menatap gadis asing yang datang bersama anak kesayangannya dengan penasaran. Begitu juga Damian yang merasa aneh dengan putrinya karna baru pertama kali putrinya itu membawa seorang teman.

Billona menarik tangan Zaline menuju sofa diikuti Damian dan Raina yang sedang dilanda rasa penasaran.

Zaline memutar bola mata malas, dia bisa datang kesini juga karna wanita ini. Tadi saat Zaline masih berada didepan kantor Zayn, Billona tiba-tiba datang dan memaksanya untuk datang kerumah wanita ini. Zaline terus menolak tapi Billona tetap kekeh memaksanya bahkan Billona menangis histeris karna Zaline yang tetap tidak ingin ikut. Zaline bahkan sampai menutup wajahnya menahan malu akibat tangisan Billona membuat para karyawan yang ada didekat mereka serempak menoleh dan berbicara yang tidak-tidak. Alhasih, Zaline mengalah dan terpaksa ikut.

"Billona sayang, dia siapa? teman kamu?" tanya Raina lembut. Setaunya putrinya ini sulit untuk berteman tapi sekarang tiba-tiba putrinya membawa teman apalagi umurnya yang masih muda. Raina tebak kalau gadis ini masih SMA.

"Mama papa kenalin, Dia Zaline dan dia akan menjadi adik angkat aku. Pokoknya mama sama papa harus setuju dan tidak boleh membantah. kalau kalian tidak setuju, aku bakal kabur dari rumah dan tidak akan balik kesini lagi." Billona menggenggam tangan gadis imutnya dengan erat. Pokoknya Zaline harus menjadi adiknya.

"Eh gue gak mau ya!" bisik Zaline sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Billona. Jika Billona pria, Zaline tidak masalah. Tapi masalahnya, Billona ini perempuan dan Zaline masih normal.

Bibir Billona melengkung kebawah. Zaline menghela nafas, seharian ini dia selalu dibuat emosi dan tertekan. Tadi pagi Arga yang membuatnya pusing tujuh keliling sekarang Billona yang bertingkah seperti anak kecil membuat Zaline tertekan. Lama-lama Zaline akan masuk rumah sakit jiwa jika seperti ini terus.

"Cup cup jangan nangis ya sayang. Ok papa setuju. Mulai sekarang Zaline bakalan jadi adik kamu dan jadi putri kedua keluarga Bawson." Ucap Damian setuju. Dia tidak mungkin menolak keinginan putri kesayangannya. Lagipula menambah satu orang putri tidak masalah apalagi Putrinya ini sangat menginginkan gadis muda itu menjadi adiknya. Nanti dia akan menyelidiki latar belakang gadis ini.

Raina berdiri lalu duduk disamping Zaline. "Mulai sekarang kamu bakal jadi putri kedua keluarga Bawson." wanita berumur 45 tahun itu mengelus surai panjang milik Zaline dengan penuh kelembutan.

Mata Zaline berkaca-kaca. Sifat keibuan Raina mengingatkannya pada ibunya dulu yang sudah tiada. Dia sangat menyayangi ibunya. Setelah ibunya tiada, hidupnya terasa sepi. Dia sendirian tanpa seorang ibu dan ayah. Bahkan keluarga yang lain tidak mau mengakuinya. Dia kesepian, hampa dan menanggung segala beban didunia yang begitu kejam.

"Bolehkah aku memelukmu?" Zaline sangat ingin memeluk Raina. Mungkin dengan memeluk wanita ini, rasa rindu pada ibunya akan terobati.

Raina mengangguk. Zaline langsung memeluk tubuh Raina dengan erat sambil menangis dalam diam. Rasa hangat ini hampir sama saat dia memeluk ibunya.

"Aku merindukanmu ibu..." Batin Zaline lalu melepaskan pelukannya.

Billona tersenyum senang. Akhirnya dia punya adik dan orang tuanya juga menerima Zaline dikeluarga mereka.

"Mulai sekarang kamu bakal tinggal disini." ucap Damian pada putri angkatnya.

Zaline menatap satu persatu wajah ketiga orang ini.

"Tapi Saya sudah menikah." Ucapnya membuat Ketiga orang itu syok.

"APA..."

🍁🍁🍁

JIKA KOMEN DAN VOTE KALIAN BANYAK, BESOK AUTHOR BAKAL DOUBLE UP!

SPAM NEXT 👉

SPAM SEMANGAT 👉





MY HUSBAND IS A MALE PROTAGONIST [END]  [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang