i'm sorry

1.7K 100 2
                                    


NICKHUN P.O.V.

Aku seorang namja yang tak pernah merasakan apa sebenar nya kata 'cinta'. Banyak dari mereka mengatakan bahwa 'cinta' itu indah, aku tak percaya. Sampai suatu hari aku bertemu dengan seorang yeoja yeopo, baik, ramah dan selalu terlihat sempurna bagi mereka para namja yang melihat nya. Ia adalah lee bora. Awalnya, kami hanya berteman sampai perasaan itu muncul seketika. Aku pun semakin menyukai nya mengingat sikap nya yang sangat supel kepada siapapun.

Sampai suatu hari aku mengatakan semua perasanku padanya. Ia menjawab kepadaku saat itu juga, bahwa ia ragu karna seorang perempuan yang selalu ada di sampingku. Yang tak lain dan tak bukan adalah. Tiffany.

Nama indah yang selalu terngiang di pikiran ku selama kami menjalin persahabatan ini. Perlu kalian tahu, sebelum aku membaca buku diary nya yang tertinggal di rooftop universitas kami saat itu. Aku telah mengetahui perasaan nya. Awal nya, aku selalu menampik bahwa aku tak memiliki perasaan yang sama seperti nya tetapi ternyata semua itu salah. Ketika semua apa yang aku jalani membuktikan segalanya, dengan semua bukti itu aku pun percaya. Memang pikiran dan mulutku selalu mengatakan bahwa yeoja yang kusuka adalah bora. Tetapi hatiku?! Tak sejalan dengan semua itu. Hatiku lah yang menjawab bahwa seorang yeoja itu adalah tiffany.

Setiap getaran yang ku rasakan saat bersama bora, tak sebanding dengan apa yang kurasakan dengan tiffany. Sebesar apapun aku mencoba untuk menjadi seorang namja yang akan selalu memproritaskan utama bora, semua itu akan goyah ketika mendengar ataupun melihat tiffany membutuhkanku. Aku bodoh! Sangat bodoh! Merasakan perasaan ini setelah aku menyakiti nya! Menyakitinya untuk menungguku sekian lama nya, dan aku menyakiti nya dengan kata-kata yang terucap oleh mulutku malam itu.

Sungguh, itu semua bukan kemauan ku. Melainkan... Sudahlah abaikan tentang itu.

Sekarang aku benar-benar merasa menjadi seorang yang sangat jahat di dunia.

Karna sudah 2 minggu tiffany tidak masuk bekerja dan tidak mendampingiku ke acara seminar, rapat ataupun pertemuan dengan klein-kleinku dari luar negri.

Aku meringis merasakan kesakitan yang mendalam, ketika mendengar keadaan terkahir tiffany yang di sampaikan sunny padaku tadi siang.

Ia masih menangis di dalam kamar nya, bahkan ia masih belum mau menyentuh sedikitpun air di dalam kamar mandi nya. Ia tak mandi, dan keluar kamar seperlu nya seperti makan atau minum. Selain itu, ia akan tetap berada di kamar.

Sungguh, aku ingin datang ke rumah nya. Masuk kedalam kamar nya, merengkuh nya ke dalam pelukan ku. Mengucapkan maaf kepada nya berkali-kali, kalau perlu sampai mulutku mengeluarkan busa pun tak apa.

Tetapi, selang beberapa menit. Sunny, memberiku kabar kembali.

Bahwa, tiffany mulai kembali seperti semula dan ia mau keluar kamar nya dengan cara memberi tahu nya bahwa aku adalah namja brengsek yang tak pantas untuk di tangisi.

Gwaenchana, jika kata 'brengsek' kini ku sandang bila ia mau kembali seperti semula.

Tetapi, kalian harus tahu ini bukan keinginanku!

Mianhae, tiffany~ ini semua demi kami, lebih tepat nya demi mereka. Mereka yang membuat skenario tentang ini, aku sangat senang karna mereka memiliki niatan penting tentang hubungan kita selanjut nya. Tetapi, bukan sekarang saat nya untuk memberi tahumu niatan itu apa?! Sampai nanti waktu nya tiba.

Lusa, setelah itu. Ia kembali bekerja, ada yang aneh dengan sikap nya. Sikap nya yang selalu mengumbar senyum kepada siapa pun memudar. Tiffany yang selalu tersenyum manis kini menjadi tiffany dengan sikap yang dingin dan pendiam. Walaupun ia masih memberikan sedikit senyuman kepada para pegawai lainnya. Tetapi, tidak kepadaku.

Dulu, sebelum ini terjadi ia selalu bersikap biasa saja seperti hak nya kami memang bersahabat dan berbicara sewajar dan sebiasa saja. Tetapi, sekarang ia lebih formal seperti apa kata nya bahwa kami hanya rekan kerja dan tak lebih. Jika pun lebih, lupakan saja karna itu akan membuat nya terpuruk seperti kemarin.

Dan ucapan nya itu, ia buktikan dengan sikap-sikap nya. Ia selalu berbicara dengan formal, ia akan berbicara padaku hanya mengenai pekerjaan dan tak pernah berbicara di luar jalur itu. Ia selalu diam, tak menanggapi ucapanku jika aku menanyakan hal-hal yang mungkin bisa dikatakan omong kosong, lelucon, dan konyol.

Tetapi, ia tak pernah mengagapku ada. Aku hanya seperti radio yang berbicara dan ia yang mendengarkan nya. Tak akan mau membalas semua omonganku.

Sungguh, aku merasa bersalah. Seharusnya, sedari kemarin aku menolak tawaran itu jika menjadi seperti ini. I'm sorry, tiffany~

***

TBC

Vomment yah~

Do You Love Me? (KhunFany)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang