Misteri Cinta

1.7K 81 5
                                    


Seluruh pegawai memberi salam hangat pagi ini padaku, aku merasa sangat senang. Bukan karna mereka tak pernah mengucapkan salam itu setiap harinya, mereka selalu melakukan itu. Tetapi yang membuatku tersenyum senang adalah ucapan-ucapan mereka tentang pernikahan ku yang terdengar sedikit konyol. Mendengar kata perikahan membuatku teringat akan hari itu, Bora dan Nickhun.

Semenjak hari itu memang aku sedikit menghindar dengan Nickhun, bukan menghindar keterlaluan hanya saja aku masih membutuhkan waktu untuk memilih. Bukan, bukan karna aku tak percaya dengannya. Tetapi, aku hanya tak ingin membuat kedua orang tuaku dan kedua orang tuanya kecewa dengan kami kalau memang diakhir akan ada perceraian. Melihat mereka yang begitu antusias, membuatku senang pada awalnya. Akan tetapi karna ke antusias annya itu yang membuatku terbebani untuk menyelesaikan masalah ini. Masalah yang sedari awal, dasar akan kisah cinta ini.

Aku terus berfikir, ada apa dengan Misteri Cinta ini? Sebegitu Misterinya kah? Sampai aku harus memecahkan sendiri tanpa seseorang yang begitu kuharapkan untuk terus bersamaku walaupun keadaan tak memungkinkan?

Aku menghembuskan nafasku lelah, menghempaskan bokongku di bangku kebesaranku.

Aku lelah. Bukan karna pekerjaanku yang menumpuk, Oh ingatlah aku tak akan pernah membiarkan pekerjaan sialan itu menumpuk di meja kebesaranku ini. Tetapi, aku lelah karna aku pasti akan bertemu dengan Nickhun dan aku harus memiliki alasan untuk menghindarinya.

Haruskah seperti ini?

Aku mulai terfokus dengan layar monitorku, "Aigoo! Apakah seorang calon pengantin CEO harus tetap bekerja? Aih, padahal tak perlu bekerja pun harta sang calon suami tak akan habis lima belas turunan" Ucap seorang yeoja dari ambang pintu, sontak aku menolehkan kepalaku kearah sumber suara itu.

"Yak! Sunny! Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku tak percaya dengannya yang tiba-tiba datang ke sini, "Apakah tak boleh melihat keadaan sang sahabat tercinta yang sedang memecahkan Misteri Cinta yang tak tahu bagaimana sebenarnya?" Balas Sunny lalu duduk di sofa dalam ruanganku.

"Yak! Kau bilang apa?" Balasku dengan berpura-pura marah, padahal aku tahu bahwa dia telah mengerti diriku dibandingkan aku sendiri.

"Ya, aku bilang sedemikian, garis tepat nya itu bahwa kau sang calon mempelai pengantin ter plin-plan sejagat raya!" Balas Sunny, lalu tertawa.

"Kurang ajar! Sudahlah tak usah basa-basi, mau apa kau kesini Sunny!" Tanyaku lagi dengan kedua bola mata yang ku bulatkan menggambarkan ekspresi yang menakutkan, alih-alih dia akan ketakutan tetapi dia malah tertawa melihat ekspresiku.

"Ekspresimu itu loh, Tiffany!" Balasnya tak nyambung dengan pertanyaan, sambil tertawa dan memegang perutnya karna ia tertawa begitu geli dan lepas.

"Aku iri denganmu, Sun" Ucapku berterus terang, "Wae? Iri? Denganku? Oh ayolah, apa yang di irikan pada diriku? Aku ini tak lebih baik dibandingkan dirimu Tiffany! Dari fisik sampai perilaku saja semua orang akan tahu siapa yang menang, pasti kau. Jadi, tak perlu iri denganku karna kau begitu sempurna" balas Sunny dengan wajah lucu.

"Aku tidak iri dengan apa yang kau sebutkan itu!" Balasku sambil memutar kedua bola mataku jengah, karna sahabatku yang satu ini selalu lambat mencerna perkataan orang lain.

"Lalu?" Balasnya bertanya dengan satu alis terangkat.

"Jangan berbicara seperti itu, Sun. Aku iri denganmu bukan karna sikap, perilaku ataupun fisik. Tetapi aku iri denganmu yang masih bisa tertawa lepas seperti itu" balasku dengan wajah sedih dan bibir yang ku buat-buat melengkung kebawah seakan-akan aku merengek dan menangis.

"Come on, aku kesini itu untuk menghiburmu bukannya semakin membuatmu sedih" balas Sunny dengan nada sedih.

"Oke, aku mengerti!" Balasku dengan seulas senyuman, "Apa kau sudah sarapan?" Tanya sunny padaku, dan kubalas dengan gelengan.

Do You Love Me? (KhunFany)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang