jealous

1.6K 93 1
                                    


Aku menatap diam seorang yeoja yang sedang terduduk dihadapanku sambil menangis tersedu-sedu. Sedangkan nickhun, duduk di samping nya sembari mengusap lembut punggung yeoja itu menenangkan. Aku memutar bola mataku jengah, hampir setengah jam ia menangis dan membuatku muak karna harus membatalkan janji dengan eomma yang akan mengajak kami --aku dan nickhun-- bertemu dengan WO yang mengurus pernikahan kami. Tetapi semua batal! Batal sebatal-batal nya karna kedatangan yeoja ini. Dan karna yeoja ini menangis, dengan terpaksa kami harus memesan meja VVIP agar tangisan nya tak di dengar oleh pengunjung yang lainnya.

Yeoja itu memgangkat wajahnya yang sedari tadi ia tenggelamkan diantara kedua lengan nya, ia mentap nickhun lalu memeluk leher nickhun erat. What the....

Kulihat seketika tubuh nickhun tegang, aku menatap mereka dengan sesak seperti ada beban di setiap helaan nafasku.

Nickhun menolehkan kepalanya ke arahku, aku hanya menatapnya datar dan mengalihkan pandangan. Menatap betapa ramai lalu lintas di kota seoul melalui kaca besar cafe ini. Aku menghembuskan nafas panjang, jengah, kecewa, sesak, tak peduli menjadi satu.

"Bo-bora, bisakah kau lepaskan pelukanmu?!" Terdengar suara nickhun setelah sekian lama terjebak dalam  kesunyian. Yeoja itu, ya yeoja itu adalah Bora. Aku tak tertarik, tetapi aku dapat melihat dari ekor mataku kalau Bora menggeleng dalam pelukan nickhun.

Aku melirik arloji di pergelangan tanganku.

"Okay, seperti nya hari akan menjelang siang. Dan kali ini aku tak mungkin membatalkan janjiku lagi dengan orang lain, jadi aku akan pulang lebih dulu. Permisi!" Ucapku ketus, lalu bangkit dari posisi terdudukku.

Langkahku terhenti ketika nickhun menahan pergelangan tanganku, aku menoleh kearahnya sembari mengangkat sebelah alisku. Seperti mengerti apa pikiranku ia menggelengkan kepalanya, aku menatap nya yang seperti nya tetap tak ingin melepas pelukan bora sehingga membuatku semakin-makin jengah melihat nya. Aku hempaskan cekalan tangan nickhun lalu pergi meninggalkan mereka dengan bora yang masih memeluk nickhun.

Cih, dia kan sudah memiliki suami kenapa calon suami orang lain mau di rebut juga.

****

"WAE?! Bora datang kembali?!" Tanya sunny yang kini menggenggam es krim coklat di tangan nya, dan kami sedang duduk di bangku ayunan taman. Aku hanya mengangguk lemah, lalu menjilat kembali es krim strawberryku yang mulai mencair.

"Lalu kau mendiamkan nya saja saat ia memeluk calon suamimu, i mean nickhun?!" Tanya sunny, dengan melemahkan kalimat akhirnya. Dan lagi-lagi aku hanya membalasnya dengan anggukan lemah.

"Ya tuhan, pabo! Seharusnya kau itu menarik nickhun keluar bersamamu tiffany!!" Balas sunny dengan ekspresi gemas.

"Awalnya aku ingin menariknya, tetapi aku lihat ia tidak ada niatan untuk melepas pelukan nya bora juga. Membuatku jengah dan sesak, jadi kubiarkan saja dan aku pergi" balasku sembari menundukkan wajahku menatap ujung flat shoes pink ku setelah es krim ku habis.

"Kurang ajar! Dimana nickhun!!!" Ucap sunny berteriak, membuat beberapa orang yang berada di taman ini menoleh kearahnya. Wajahnya merah padam menahan amarah.

"Ssstt... sudahlah, gwaenchana lagipula nickhun akan menjadi milikku di akhir" balasku penuh percaya diri walaupun hatiku ragu.

"Cih, munafik!! Aku tahu, hatimu ragu!!" Balas sunny.

"Baiklah, katja hari telah sore" ucapku menarik tangannya meninggalkan taman itu.

****

"Tiffany!!" Teriak eomma dari lantai dasar, membuat aktivitas mengeringkan rambutku terhenti.

"Ne, eomma" teriakku membalas, tak ada jawaban. Ku putuskan untuk turun kelantai dasar, dengan mengenakan celana tidur panjang dan kaos putih tipis dengan potongan pendek pada lengan.

Aku menuruni tangga, terdengar eomma dan appa yang riuh mengobrol dengan beberapa orang yang tak ku ketahui. Mungkin relasi bisnis nya, pikirku.

Setelah aku berdiri di tangga paling bawah.

"Ada apa, eom-" ucapanku terhenti ketika melihat siapa yang sedang duduk di sofa dengan makanan ringan dan minuman hangat di atas meja tamu. Ya, tebakan kalian benar. Ternyata mereka adalah eomma, appa, dan juga anaknya nickhun. Eomma dan appa yang kusebutkan diatas maksudnya adalah orang tua dari nickhun.

"Kemarilah, tiffany!!" Ucap appa, membuatku tersadar akan keadaan. Pandangan ku bertemu dengan nickhun tetapi aku hanya memasang wajah datar dan tatapan dingin.

"Oh ya, gimana sudah fitting baju?!" Tanya appa nya nickhun. "Sudah, tadi siang" balasku sembari tersenyum.

"Jinja?! Berarti kalian sudah menemui WO yang diusulkan eomma, dan sudah mengetahui berapa persen persiapannya?!" Ucap eomma membuatku meneguk salivaku.

"Kami tidak jadi ke tempat WO eomma karna ada kendala tadi siang" ucap nickhun tenang seperti menyelamatkanku. Cih, pembohong!!

"Baiklah, gwaenchana" balas eomma menenangkan.

Setelah itu, sang tertua bercengkram tentang pernikahanku dan mereka semua tertawa lepas tetapi bukan untukku dan nickhun.

Aku meminta izin ke belakang. Aku pergi ke kolam renang yang berada di halaman belakang rumahku. Kucelupkan kedua kaki ku kedalam air, aku bersenandung kecil.

Tiba-tiba celupan sesuatu kedalam air disampingku membuatku menolehkan kepalaku. Nickhun?

"Hey, what are you doing here?!" Tanyanya sembari tersenyum, aku hanya diam menganga tak percaya dia akan menghampiriku.

Seperti mengerti jalan pikiranku, ia tertawa kecil. Lalu, ia mengacak-acak rambutku. Aku menghembuskan nafas lalu memajukan bibirku beberapa senti.

CUP

Ia mengecup bibirku singkat, aku mengerjapkan mataku bingung.

"Aku tahu, tadi siang kau cemburu" ucapnya sembari menatapku.

"Percaya diri sekali!" Balasku ketus membuang pandangan sembari memainkan air di kaki ku.

"Memang kau cemburu, kalau kau tak cemburu tak mungkin sahabat kesayanganmu itu memaki diriku tadi siang"

WHAT THE....

Sunny!!!!

"Ya, aku kalah!" Balasku lemah. Ia megang daguku lalu mengangkat wajahku.

"Jangan cemburu, aku ini hanya milikmu dan kau adalah milikku jadi tak usah khawatir kau harus percaya akan diriku!" Balasnya sembari menyatukan keningku dan keningnya.

"Kau tak bohong?!" Tanyaku tak percaya, dia menggeleng.

Aku memeluknya erat, mengumpatkan wajahku di lekukan lehernya.

"Jangan seperti tadi lagi" ucapku sembari menggeleng di lekukan lehernya. Ia hanya terkekeh membalas pelukanku, lalu membelai rambutku lembut.

TBC

VOMMENT YAH! SORRY FOR LATE UPDATE :)

Do You Love Me? (KhunFany)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang