Pilihan?

1.8K 99 13
                                    


Ikut pergi ke California itu bukan ide yang buruk, tetapi aku masih menunggu sesuatu yang menurut mereka dan kalian tak pasti.

Cuaca hari ini, sangat dingin mengingat ini memasuki bulan Desember. Semakin lama kah?, semakin lama kah dia mengulur jawaban atau lebih tepatnya pilihannya?

Satu jawaban yang sangat tepat, entahlah.

Di penghujung ruangan aku bisa melihat Taeyeon yang sedang sibuk dengan telepon genggam di jepit antara bahu dengan telinganya, dan jari jemarinya sibuk menekan keyboard, serta tatapannya yang cukup serius menghadap monitor.

Mungkin, dia benar-benar akan menerima tawarannya Sunny!

Aku menghempaskan bokongku di bangku, dan meletakkan beberapa file penting untuk rapat siang nanti di meja.

Ku periksa kembali beberapa file itu, karna memang ada beberapa file penting yang mungkin saja kesalahan kecil bisa menjadi kesalahan fatal.

Karena, beberapa klien besar yang tersangkut-paut dalam proyek ini.

Seseorang menepuk bahuku, aku telonjak kaget. Sontak, aku menolehkan kepala ku.

"Aiiissshhh,Taeyeon!" Ucapku sedikit berteriak. Kesal dan marah menjadi campur aduk.

Ia hanya menyengir kuda, memamerkan gigi putih nan rata nya. Lalu, mengangkat tangan kanannya yang memegang gelas kaca berisi coklat panas.

"Kau mau?" Tanyanya dengan sebuah senyuman, "Bo-boleh" balasku sedikit kikuk karna memang aku bingung. Tidak seperti basanya ia bersifat lembut dan tenang seperti itu.

Ia memanggil salah satu OB yang sedang mengantarkan kopi hitam ke salah satu pegawai.

"Ada apa, noona?" Tanyanya dengan sopan, dengan menjepit nampan berwarna coklat diantara tangan dan ketiaknya.

"Coklat panasnya, satu gelas lagi" balasnya, "Iya noona, ada lagi?" Tanyanya dengan senyum hormat dan Taeyeon membalasnya dengan gelengan kepala dan jangan lupa dengan senyuman lembut yang menurutku aneh itu terukir diantara kedua pipi tirusnya.

Aku pun berjalan mendekatinya, meletakkan punggung tanganku di dahinya.

"Aih, ada apa? Kenapa kau meletakkan punggung tanganmu di dahi ku!" Ucapnya dengan kesal sembari menepis tanganku yang menempel sempurna di dahinya.

"Tidak panas", balasku dengan jari telunjuk ku letakkan di dagu ku.

"Memangnya siapa yang sakit, Tiffany!" Balasnya yang kembali dengan sikap gaharnya, "Kau!" Balasku dengan jujur.

Katakan aku polos, lebih baik seperti itu bukan?  Seorang sahabat itu tak akan berkata bohong pada sahabatnya sendiri.

"Aku tak sakit, pabo!" Balasnya dengan jengkel, "Kalau kau tidak sakit, kenapa kau begitu aneh hari ini? Kenapa kau bersikap seakan-akan kau benar-benar wanita" balasku.

"Memang aku wanita, Tiffany!" Balasnya dengan jengkel dan kesal menjadi satu, "Tetapi kau kan seperti seorang namja, terlalu gahar" balasku dengan bergidik ngeri.

"Aissh, menyebalkan!" Balasnya sembari mengacak-acak rambutnya dengan kesal, mungkin itu salah satu caranya untuk menahan emosi yang sedang memuncak seperti ini.

Senangnya bisa mengerjai yeoja bersikap namja ini.

"Memangnya ada apa kau bersikap seperti itu, Tae?" Tanyaku sembari duduk kembali di kursiku saat coklat panasku telah tiba di meja.

"Tidak salah kan, bersikap seperti itu untuk hari terakhir di perusahaan ini!" Balasnya dengan enteng lalu menyesap coklat panasnya.

Sudah kuduga!

Do You Love Me? (KhunFany)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang