Waiting

1.6K 88 6
                                    


Aku melirik arloji di pergelangan tanganku, dan menghembuskan nafas lelah.

Tak terasa. Hari demi hari, lalu menjadi minggu. Minggu demi minggu, lalu menjadi bulan.

Ya, sudah 1 bulan aku menunggu kepastian dari Nickhun. Aku menunggu jawaban darinya.

Selama itu juga kami jarang sekali berkomunikasi, kecuali tentang pekerjaan. Ada keinginan aku ingin menghubunginya duluan, tetapi aku ini perempuan. Bukankah, gengsi perempuan menghubungi pasangannya lebih dulu? Akan menjadi apalagi emansipasi wanita masa kini? Entahlah

Aku menghembuskan nafasku kembali, sampai beberapa pertanyaan selalu terngingang di otakku.

Apakah dia masih mencintaiku?

Apakah masih ada perasaan nya untukku?

Kenapa ia menghubungi Bora bisa, sedangkan aku tidak?

Apakah aku masih dianggap calon istrinya seperti aku yang masih mengagapnya calon suamiku?

Selalu pertanyaan itu yang terngiang di pikiranku. Aku hanya butuh bersabar, hanya itu saja.

Kumohon, Tuhan berilah aku kesabaran agar aku bisa menghadapi ini walupun sebenarnga aku sudah tak sanggup lagi.

Beberapa hari ini, Sunny dan Taeyeon selalu memberikanku semangat. Karna memang hanya mereka yang tahu tentang masalah ini. Bagaimana dengan kedua orang tua kami? Mereka tak mengetahui semua ini, mereka hanya berfikir bahwa hubungan kami berjalan dengan baik-baik saja sebenarnya tidak.

Handphoneku berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk. Aku membuka nya dan membaca pasan itu.

Taeyeon: Makan siang bersama bagaimana

Sunny:Boleh, tetapi aku sedikit telat

Taeyeon:Tiffany?

Tiffany:Pasti, kita berangkat bersama

Balasku lalu mematikan handphone lagi, hari ini aku sedikit santai mengingat beberapa laporan telah selesai ku buat.

Aku menyandarkan punggungku pada bangku kebesaranku, mengetuk-ngetuk pulpen pada bibirku sembari menggiyang bangku ini ke kanan dan ke kiri.

Me-rileks kan tubuhku sebentar, ku lirik arloji di pergelangan tanganku lagi.

15 menit lagi.

Jam makan siang, aku bosan. Sampai seorang OB mendatangiku, "Tiffany Noona, apakah anda ingin kopi hitam lagi?" Tanyanya dengan sopan.

Aku menggeleng, "Tidak, terima kasih. Terakhir kali aku meminum kopi lebih dari secangkir dan lambung ini membawa ku pergi ke rumah sakit" balasku sembari terkekeh.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi. Jaga kesehatan anda, anda terlihat lebih kurus dan stress akhir-akhir ini" balasnya yang membuatku tercengang,
Begitu terlihatkah ke-frustasian ku sampai orang-orang di sekitar menyadari itu.

"Huh? Yeah" balasku dengan senyuman getir.

Bagaimana aku tidak terlihat stress jika memang semakin banyak masalah yang menimpaku.

Sebenarnya, mungkin dengan cara aku pindah dari perusahaan ini bisa mengobati rasa sakit itu, tetapi kenapa sangat sulit untuk memisahkan diri.

Karena memang semua orang mengetahuinya kami sedang tidak apa-apa, walaupun dibalik ketidak apaan nya itu ada sesuatu yang tersembunyi.

Aku ini, bagaikan bunga yang mengharapkan kupu-kupu hinggap di pada ku, tetapi aku harus menelan pil pahit karena lebah lah yang hinggap.

Atau dapat diartikan,

Do You Love Me? (KhunFany)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang