Suasana di sekitar lapangan outdoor sekolah cukup ramai murid-murid yang menyaksikan Azizi bermain basket bersama Chandra dan teman-teman tim basket sekolah di jam istirahat.
Pertandingan ini sendiri sebenarnya hanya iseng memanfaat waktu kosong sebelum belajar kembali di kelas. Tapi atmosfer sekitar lapangan membuat pertandingan ini seakan jadi seperti sebuah pertandingan resmi di kompetisi atau turnamen.
Orang-orang di sekitar lapangan langsung bersorak dan bertepuk tangan saat Azizi sukses mencetak angka lewat three points shoot untuk keempat kalinya dari 4 kali percobaan alias 100% masuk.
"Sniper shoots!" seru Chandra menyebut julukan Azizi saat SMP.
Saat SMP Azizi dijuluki Sniper Shoots karena akurasi menembak terutama 3 point shoot yang cukup bagus dengan tingkat kesuksesan diatas 85%. Karena skill basketnya yang bagus itu Azizi sempat ditawari masuk SKO namun Azizi menolak karena tidak berminat berkarir sebagai atlet. Pilihannya pun cukup tepat karena kini ia bersinar di dunia musik.
"Gua udahan ya," ucap Azizi yang sudah merasa puas bermain dan mencetak 12 poin.
"Iya."
"Coy! Main." Azizi menyuruh salah satu teman sekelas yang juga pemain tim basket untuk bermain menggantikan dirinya.
Azizi berjalan ke tiang ring basket untuk beristirahat di sana. Saat baru dirinya duduk, ada sesuatu yang dingin menyentuh pipinya yang membuatnya menoleh ke samping ada orang memberikan satu botol minuman isotonik.
"Pengertian banget lu, Shel," ucap Azizi sambil menerima minuman tersebut lalu dengan segera membuka tutupnya dan meminum isinya.
"Kan lu yang nyuruh gue beliin minuman," balas Ashel yang direspon Azizi dengan tertawa pelan setelah meminum minumannya.
"Lu ngapain bawa laptop?" tanya Azizi melihat benda yang dipegang Ashel yang masih berada dalam tas.
"Si Ayu minta gue buat periksa proposal pensi dan ulang tahun sekolah yang dia buat hasil rapat yang kita absen," jawab Ashel memberitahu.
"Oh itu. Coba gue periksa."
"Jangan di sini."
"Kenapa? Takut dilihat banyak orang?"
"Bukan. Nanti laptopnya kena boLA!!!" Nada bicara Ashel langsung meninggi saat tiba-tiba ada bola basket memantul melintas di antara dirinya dan Azizi.
"Oke, kita pindah," ucap Azizi mengerti karena bisa-bisa ada korban dari bola basket.
Azizi dan Ashel langsung pergi menuju tempat yang aman dan nyaman untuk memeriksa proposal acara besar yang dibuat oleh adik kelas mereka yang menjabat sekretaris OSIS.
Mereka berdua walau sibuk berkarir di dunia musik, di periode tahun ajaran ini mereka tetap berada di kepengurusan OSIS. Azizi menjadi ketua OSIS yang terpilih sekitar seminggu lalu dan Ashel menjadi sekretaris yang ditunjuk oleh Azizi.
Sebenarnya Azizi kaget dan tidak mengerti mengapa dirinya dicalonkan jadi ketua OSIS oleh pembinanya mengingat dirinya selama menjadi anggota tidak pernah menempati posisi penting di struktur kepanitiaan dan hampir semua acara digelar dirinya absen karena sibuk bersama NF Star.
Setibanya di tempat yang aman yaitu ruang OSIS, Ashel langsung mempersiapkan laptop dengan menghidupkannya lalu memasang flashdisk dan mencari file proposal sementara Azizi tengah membalas chat yang masuk.
"Zee, kapan OSIS membentuk panitia acara maulid nabi?" tanya Ashel yang tengah membuka dokumen file.
"Akhir september aja, biar sekarang kita fokus dapet sponsor," jawab Azizi yang sudah punya planning kapan harus membentuk kepanitiaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Music and Love: NF STAR
FanfictionPerjalanan cinta personil dan ex personil NF STAR