Jinan baru saja keluar dari kelasnya usai mengikuti mata kuliah. Setelah keluar dari ruangan Jinan melangkahkan kaki menuju parkiran mobil karena dirinya mau pulang ke rumah untuk packing pakaian yang akan ia bawa ke Jogja.
Saat berjalan menuju parkiran dari arah belakang ada seorang laki-laki berlari ke arahnya seraya memanggil namanya yang membuat Jinan menghentikan langkahnya dan memutar badannya.
"Ada apa lu manggil gue, Chris?" tanya Jinan pada temannya yang bernama Chris yang kemarin memberikan cincin pesanan Jinan. Lalu keduanya berjalan bersama menuju mobil Jinan.
"Mau ke mana lu?" tanya Chris.
"Pulang, mau packing buat ke Jogja," jawab Jinan. "Kenapa?"
"Nongski dulu lah. Udah lama 'kan lu gak ngumpul sama gue dan anak-anak? Urusan packing biar istri lu yang urus," jelas Chris yang saat mengatakan istri dengan nada pelan.
"Gak bisa, Chris. Malem gue flight. Lu tahu 'kan jalanan gimana nanti?" jawab Jinan menolak walaupun ia sangat ingin karena sudah lama tidak kumpul dengan Chris dan teman-temannya.
"Tunggu sebentar." Chris meraih tangan Jinan karena menyadari ada sesuatu yang tidak ada. "Cincin gak lu pake?"
"Enggak. Lagi males," jawab Jinan sambil menarik tangannya.
"Males kenapa?"
"Males ditanya-tanya soal status gue sekarang sama males ribet lepas pasang kalo lagi mau ngelakuin sesuatu kaya mandi atau cuci tangan," jelas Jinan.
"Dia, ortu lu sana ortu dia gak marah atau permasalahin soal ini?"
"Enggak. Lagian bukan suatu kewajiban laki-laki pakai cincin nikah tiap hari."
"Iya, lu benar, Nan." Chris setuju dengan perkataan Jinan perihal cincin bukan sesuatu yang wajib dipakai laki-laki walau itu dimaksudkan agar perempuan yang melihat tahu laki-laki tersebut sudah beristri.
"Chris, ngapain?" Jinan menyadari sahabatnya itu mengikutinya hingga ke mobilnya.
"Nebeng ke kafe, mobil gue lagi di bengkel Bang Jerry," jawab Chris.
"Oh."
Jinan dan Chris langsung masuk ke dalam mobil. Setelah itu Jinan menghidupkan mesin mobilnya lalu menjalankannya meninggalkan kampus menuju kafe terlebih dahulu untuk mengantar Chris.
"Nan, itu gitaris band lu si Zahran kenapa gak bikin insta story kaya lu, Shani, Dey sama Azizi?" tanya Chris penasaran tentang ramainya kabar di sosmed perihal Zahran tidak membuat insta story seperti teman-teman bandnya.
"Lu tebak aja kenapa dia gak bikin," jawab Jinan yang sebenarnya malas menjawab pertanyaan yang ditanyakan sahabatnya karena tadi di kampus maupun di sosmed miliknya banyak yang bertanya tentang Zahran.
"Dia keluar?" tebak Chris yang langsung diangguki Jinan. "Kenapa?"
"Dia ada di kondisi yang memaksanya untuk tidak bisa melanjutkan karirnya di NF Star."
"Ya Tuhan. Sakit apa dia, Nan?" Chris cukup terkejut dengan apa yang membuat Zahran keluar dari band yang sudah membesarkan namanya tersebut.
"Salah satu penyakit yang rata-rata pengidapnya meninggal dunia. Dialami salah satu anak band yang saat ini sudah sembuh."
Penjelasan Jinan membuat Chris langsung tahu sakit apa yang diidap oleh Zahran yang merupakan salah satu penyakit paling berbahaya di dunia karena rata-rata yang terkena sakit itu meninggal dunia.
Setelah mengantar sahabatnya ke kafe, Jinan langsung pulang ke rumahnya untuk segera packing pakaian yang akan ia bawa ke Jogja. Sesampainya di rumah Jinan langsung masuk ke dalam rumah yang cukup sepi menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Music and Love: NF STAR
Fiksi PenggemarPerjalanan cinta personil dan ex personil NF STAR